My Otouto-Kun

Mulai dari awal
                                    

Sasuke mengehela nafas mengalah, untuk sejenak ia terdiam. Ia masih tidak percaya jika dua hari lagi ia akan pergi. Ini untuk pertama kalinya ia bepergian jauh tanpa kedua orang tuanya dan tanpa keberadaan kakaknya.

Kwek kwek kwek satu pesan kau terima, satu pesan kau terima kwek kwek kwek

Suara ringtone serta nada getar di ponselnya, membuyarkan lamunan Sasuke, ia pun berjalan menuju tempat tidurnya. Meraih ponselnya yang berada dibawah bantal.

Naru-dobe

Sasuke bisakah kau menemuiku di taman kota, ditempat yang biasa? Aku sudah menunggumu

12 : 38
15 Juni 2016

Tanpa babibu lagi Sasuke meraih jaketnya yang ia gantung ditempat gantungan kain di samping lemarinya, juga meraih kunci mobil yang ia letakkan di atas rak-rak buku di dekat pintu keluar kamarnya. Tanpa membalas pesan yang baru ia terima, Sasuke bergegas menuju taman kota, tidak ada waktu lagi karena orang itu sudah menunggunya.

Saking terburu-burunya Sasuke melewatkan keberadaan Itachi yang memandang heran kepergiannya sebelum memutuskan untuk mengikuti kemana ia akan pergi dan menjadi penguntit lagi.
.
.
.
Taman Kota
13 : 04

Akhirnya Sasuke menginjakkan kakinya di atas rerumputan di taman kota setelah ia menempuh perjalan selama kurang lebih dua puluh menit.

Tempat yang biasa yang dimaksud pengirim pesan adalah air mancur. Seingat Sasuke di taman ini hanya ada 1 air mancur dan itu berada tidak jauh dari posisinya sekarang.
.
.
Setelah 5 menit berjalan akhirnya air mancur itu terlihat, tempat yang sangat indah dan bisa Sasuke katakan bahwa ini adalah tempat yang romantis. Keberadaan air mancur yang dikelilingi oleh taman bunga beragam warna memberikan kesan yang Sasuke sulit untuk melukiskannya dengan kata-kata, terlebih jika sosok pemuda pirang yang sekarang berdiri ditengah-tengahnya menyandar pada dinding kolam air mancur atau jika yang lalu-lalu ia duduk di bangku yang telah disediakan oleh pengelola taman. Kesan indahnya menempel pada sang pemuda dan membuat keindahan itu berlipat ganda.

"Sudah lama menunggu?"

Sasuke tidak bisa menahan senyumanya ketika berhadapan dengan si pemuda. Pemuda itu menggeleng dan balas tersenyum kearahnya membuat lesung di kedua pipi chubi itu terlihat.
Ah manis sekali, membuat jantung Sasuke bekerja lebih cepat dari biasanya.

"Ada apa?"

Naruto menggelengkan kepalanya.

"Ayo duduk dulu, kau pasti lelah."

Sebenarnya Sasuke ingin membalas "Jika untukmu aku tidak akan merasa kelelahan sedikitpun" akan tetapi jelas ia tidak akan berani mengatakannya sebab ia adalah seorang Uchiha yang pantang untuk mengatakan hal-hal tabu semacam itu.

"Kakakku tidak memberikan ku izin untuk pergi, dia bilang itu adalah tempat yang jauh. Padahal aku berharap liburan tahun ini aku bisa kesana,"

Raut kecewa jelas terpatri di wajah Sasuke, kecewa mendengar perkataan Naruto barusan. Padahal dia pikir dialah yang tidak akan diberikan izin. Tapi ternyata Narutolah yang tidak bisa pergi.

"kau sendiri bagaimana?"

Padahal Sasuke sudah tidak sabar, bahkan sikap tenangnya selama ini pun runtuh hanya karena membayangkan jika liburan tahun ini ia habiskan bersama dengan Naruto.

"Sasuke! Kau tidak marahkan?"

Sasuke menggelengkan kepalanya. Dia tidak boleh marah, itu yang sedang ia katakan pada dirinya. Sekalipun rasa kecewa itu tidak bisa ia pungkiri membuatnya ingin berteriak keras dan memaki.

"Tidak masalah, kakakku juga tidak mengizinkanku."

Akhirnya ia berbohong, untuk pertama kalinya Sasuke berbohong pada Naruto.

"Hehehe ternyata kita sama ya. Tadinya kupikir hanya aku, dan hal itu akan membuatmu kecewa."

Sasuke hanya dapat tersenyum getir, menyembunyikan perasaannya yang kalut.

Menatap air mancur dihadapannya tanpa minat.
Kenapa rasa kecewa itu menyakitkan?.
.
.
Sekalipun Naruto tidak menyadari perubahan raut wajah Sasuke yang begitu kentara namun berbeda dengan seorang pria dibalik pohon besar yang tidak jauh berada di depan sana. Ia bisa melihat dengan jelas kekecewaan di raut wajah Uchiha bungsu.

Ya pria itu adalah Itachi kakak Sasuke, laki-laki dengan tanda lahir diwajahnya itu sudah berdiri di sana sedari tadi. Mendengarkan percakapan Antara adiknya dengan pemuda pirang yang duduk di sebelah sang adik. Orang dengan seribu keingintahuan tentang semua hal yang berhubungan dengan Sasuke, yang selama beberapa bulan yang lalu semenjak Sasuke menyebutkan nama si pemuda pirang kepadanya. Itachi tidak pernah bisa berhenti untuk tidak mengikuti kemanapun sang adik pergi. Meski sebelumnya juga, namun Itachi sudah melupakannya.
.
.
.
Sasuke pulang dalam keadaan lesu, semangat 45 yang tadi Itachi lihat hilang entah kemana tergantikan raut wajah sendu. Hati Itachi jadi tidak kuat melihatnya, 'Dia masih memikirkannya.' batin Itachi berkata saat melihat adiknya yang berjalan sempoyongan menaiki tangga menuju kamarnya.

Sepertinya Itachi harus melakukan sesuatu yang dapat menghibur adiknya.
.
.
.
Tbc

Ahahahahah buat yg baru lagi..

Sebenarnya ini udah lama saya buat, tp waktu itu secara tiba2 teksnya hilang. Dan baru ketemu sekarang.. *iyalah...

Oh ya saya mau jujur..

Sebenarnya setiap saya membuat cerita. Saya hanya menuliskan apa yang saya pikirkan..

Jadi saya lebih suka memikirkan ide baru ketimbang ide untuk melanjutkan cerita saya.

Dan saya akan melanjutkannya kalau memang sudah ada idenya. Dan seandainya tidak ada saya akan membuat cerita yang baru..
*bingung
Saya harap yang membaca cerita saya tidak kecewa.

Arigato sudah mau membaca sampai akhir.

Salam A.S :)

My Otouto-KunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang