MSD - Part 6

66.9K 1.8K 32
                                    

Thanks again readers yang udah setia nunggu tulisan saya yang GAJELAS dan TYPO  dimana-mana :)

Terkadang saya malah berharap banyak komentar dari pada vote'nya. Karena saya malah tertawa baca comment dari kalian.

Saran dan kritik dari kalian yang membuat saya sebagai penulis AMATIRAN jadi bersemangat untuk melanjutkannya lagi.

Saya harap bukan kata-kata yang membuat saya malah DOWN.

Saya tekankan sekali lagi.

If you like my story TAKE IT n If you don't like my story LEAVE IT.

Easy kan...

yaudah akh, sii author lagi sensi bangedd nih..

Langsung aja gak pake lama....

***

Ku buka album biru
Penuh debu dan usang
Kupandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda

Pikirku pun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku

Kata mereka diriku s’lalu dimanja
Kata mereka diriku s’lalu ditimang

Nada-nada yang indah
S’lalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku
Tak ’kan jadi deritanya

Tangan halus dan suci
T’lah mengangkat tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup
Rela dia berikan

Kata mereka diriku s’lalu dimanja
Kata mereka diriku s’lalu ditimang

Oh Bunda ada dan tiada dirimu 
’Kan selalu ada di dalam hatiku

Pikirku pun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku

Kata mereka diriku s’lalu dimanja
Kata mereka diriku s’lalu ditimang

Oh Bunda ada dan tiada dirimu 
’Kan selalu ada di dalam hatiku…

Lagu Bunda terdengar mengalun indah dari ponselku dikamar tidur.

Dering yang ku setting khusus apabila Mamah menghubungiku.

Aku melempar gunting yang tadi sudah mengiris pergelangan tanganku sedikit. Apa yang ingin kulakukan barusan??

Aku terkulai lemas diatas dinginnya lantai kamar mandi.

Aku ingin menangis histeris. Tapi aku lebih memilih membekap mulutku, agar suara tangisku tak keluar dan terdengar oleh Iblis brengsek itu.

Seharusnya aku sudah mati saat ini karena menghunuskan gunting diperutku. Tapi bagaimana dengan mamah?? dengan key??

Mah, sekali lagi mamah nyelamatin nyawa aku.

Maafin nayla mah, Nayla Khilaf.

Air mataku semakin turun menderas , ketika aku teringat waktu usiaku masih 10tahun dan mamah mendonorkan ginjalnya untukku.

Satu ginjalku rusak entah karena apa?? mamah dengan ketulusan hati seorang Ibu memberikan kehidupan lagi untukku.

Kalian tahu, bahwa aku dan keenan tak pernah mengenal sosok Papah.

Papah meninggal ketika kami berdua lahir kedunia.

Dan aku tak pernah tahu itu. Mamah menyembunyikan dengan rapat mengenai tanggal kematian papah.

Coba kalian bayangkan, bagaimana mungkin kami merayakan hari lahir kami dengan meriah bersamaan dengan hari kematian papah.

Setelah kami khususnya aku tahu mengenai hal itu. Aku mulai melupakan kapan aku lahir. Bahkan sampai detik ini, kami tak pernah merayakan ulang tahun. Hari dimana aku juga divonis penyakit yang membuat papah menghembuskan nafas terkahirnya.

My Sweet DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang