Di sebuah jalan di Seoul, pada malam hari sekitar pukul 8, seseorang berjalan sebentar untuk mencapai sebuah kedai ice cream, dan akhirnya dia sampai juga. "Choco cone-nya, 2 saja!" Teriak Hanbinㅡorang itu, meneriakkan pesanannya.
Ahjussi yang sudah tau kebiasaan pemuda itu, tersenyum sembari mengangguk pelan.
"Kenapa kau tidak membawa Hanbyul-ah?" Tanyanya sambil memberikan 2 cone es krim coklat. "Dia sedang sakit flu, tidak boleh memakan es. Adikku yang malang." Jawab Hanbin sendu yang dibalas kekehan pak tua di hadapannya.
Hanbin merogoh sakunya lalu memberikan sejumlah uang untuk membayar esnya. "Pak, apakah masih ada choco cone lagi?" Tiba-tiba, disebelahnya ada anak lelaki pendek bermata sipit yg sedang melihat ke arah paman penjual eskrim dengan penuh harap. Hei siapa dia, selama 16 tahun disini kenapa aku belum pernah melihatnya.
Si paman menggaruk belakang kepalanya walau tak gatal, "Maaf, itu stok terakhir yang aku punya hari ini." Ujarnya sambil menunjuk es krim yang di genggam Hanbin.
Hanbin melihat ke arah si paman, lalu kembali melihat lelaki pendek tersebut.
Hanbin mengerjap beberapa kali.Ia masih mengerjap.
Dan, diakhiri oleh menatap lama lelaki mungil disampingnya dengan tatapan mupengㅡ yeah, kau tahu? Muka Pengen.
"Apa?" -Hanbin bermonolog di otaknya yang kurang lebih seperti, 'Kata pertama yang terucap dari mulut manisnya, untukku.' Atau 'Oh ya Tuhan, dia imut sekali.'
Dan realita yang terjadi pada Kim Hanbin, hanya menggeleng perlahan dengan mata yang masih melihat ke bocah tersebut.
Merasa risih, lelaki pendek tersebut balas menatap nyalang Hanbin, "Kenapa menatapku terus?" Lama tak dijawab, ia menghela napas lalu permisi kepada sang pak tua untuk kembali pulang.
Setelah merenung dengan masih membayangkan wajah manis lelaki tadi, Hanbin ikut pamit lalu berlari mengejarnya. "Hey! Ya! Kau, yang memakai sweater kebesaran!"
Merasa terpanggil, ia menoleh kebelakang "Apa lagi?" Berucap dinginㅡsedingin angin malam ini. Huhu-
"Kau mau?" Hanbin, yang biasanya kikir jika menyangkut choco cone-nya (sekali pun pada sahabatnya, Jiwon.) kini dengan suka rela menawarkannya kepada lelaki mungil di depannya yang bahkan ia belum tahu namanya.
Lelaki itu mengerutkan keningnya, "Tidak perlu, terim-"
"Aku punya 1 lagi untuk dimakan." Keukeuh Hanbin.
"Sudah kubilang, tidak perlu."
"Ya sudah, kau beli saja dariku."
Yang lebih pendek berpikir sebentar, lalu kemudian mengangguk. "Boleh-"
"-tapi bayarannya, namamu." Lalu si hidung bangir itu menaik-turunkan alis bodohnya.
Setelah itu, yang terjadi adalah tendangan keras tepat di tulang kering Kim Hanbin, yang di ikuti teriakan suara bass semi cempreng menggelegarnya di jalanan itu.
ㅡ
"Apa?!"
"Apanya yang apa?" Hanbin yang baru datang ke sekolahnya, langsung ikut merumpi dengan Yunhyeong dan Jiwon dikelasnya.
Yunyeong dengan mata yang berbinar, dan senyum sumringahnya berkata "Nivea cherry lipbalm sekarang sedang turun harga. Aku akan membeli 10!"
Hanbin melirik Jiwon, "Apa? Aku tau itu dari kakak iparku." Lalu Jiwon berbisik kepada Hanbin, "Lagi pula itu dimulai dari kemarin dan edisinya terbatas."
Yang paling muda mengangkat bahu tak peduli, "Ngomong-ngomong kemarin, aku kemarin melihat bocah lelaki setinggi ini-" ia membuat gestur sejajar dengan bibirnya "-dan dia sangat manis, man. Tapi sangat galak."
"Benarkah?" Park Jimin, teman sekelas mereka ikut menguping. "Hari ini juga ada kakak kelas baru, murid pindahan. Dan dia sangat manis." Lanjutnya berkoar.
"Baiklah, kita lihat siapakah yang lebih manis, kakak kelas-mu atau bocah pendek-ku." Tantang Hanbin sombong.
Jiwon mengangguk, "Dan aku yang akan menjadi penentu siapa yang termanis."
Jimin berdecih pelan, "Tentu lebih manis Yoongi-ku." Jiwon ber-oh-ria, "Beda ya yang punya pacar."
"Setidaknya aku pernah punya mantan." Celetuk Yunhyeong dan membuat telinga Hanbin merasa panas, "Kau menyindirku?" Ucapnya sensi. "Kau merasa?"
Hampir saja Hanbin mengeluarkan umpatan kasarnya pada Yunhyeong, kalau sebelumnya Jimin tidak berteriak dengan suara indahnya seperti- "KIM HANBIXCH! KEMARI KAU CEPAAAAAT."
"JAGA MULUTMU, DASAR MANUSIA TIDAK BERGUNA." Walaupun berteriak seperti itu, Hanbin tetap mendatangi Jimin di jendela dekat pintu dengan penasaran. "Itu sunbae yang kukatakan manis! Duh, kalau aku tidak ingat pada Yoongi-hyung, aku akan segera mengembatnya." Jimin menunjuk sesosok siswa yang masih menggunakan seragam berbeda, sedang berdiri bersama 3 orang dewasa.
Dengan mata yang disipit-sipitkan untuk memfokuskan lensanya, akhirnya ia melihat kakak kelas barunya itu.
Oh, itu.
Oh, iya. Mungil juga.
Oh shiet, itu si manis-ku.
"JIWON, KEMARI KAU MATA SEGARIS." Teriak Hanbin kelewat semangat.
"KALIAN SAMA KURANGAJAR NYA, IDIOT." Dan Jiwon sama dungu-nya, karena ia tetap datang pada Hanbin dan Jimin.
"Itu bocah yang ku lihat kemarin!"Jimin mengerutkan dahinya, "Pardon? Itu sunbae yang ku bilang manis- dan bukan bocah yang kau katakan, Kim. Kalau kau kalah jangan seperti itu." Protes Jimin tak terima.
Menggeleng dengan cepat, ia membela diri "Aku bersumpah. Lihat, lihat! Tingginya segini 'kan?" Memperlihatkan gestur yang sama seperti tadi- "Dan, dia.. dingin."
Pupil mata Kim Hanbin tetap pada pendiriannya, menatap sang pujaan hati dengan lekat-lekat.
"Oh, man. Apakah suasana hati orang yang belum pernah berpacaran selalu mellow?" -Park Jimin, 16.
ㅡ
Sementara, yang diperhatikan merasa jengkel. Merasakan aura-aura menyeramkan dari kelas di sebrang kirinya.
Ia melirik dengan penasaran tanpa menolehkan kepalanya, melihat ada seonggok manusia yang bergerumulㅡ dan satu paling menonjol, sedang nemplok di kaca jendela kelas tersebut.
Hih. Apa-apaan orang itu. Sebentar, apa aku pernah melihatnya ya?To Be Continue.
Ps. if u like it plis click a star under the story 'O') b
If nobody (or only a little) wants my story i'll delete this ff soon ㅠㅠ
안영! ㅇㅅㅇ
KAMU SEDANG MEMBACA
Gimme Your Ice Cream? - ON HOLD
RandomHanbin yang tak pernah berpacaran itu, tiba-tiba bisa langsung jatuh cinta kepada Jinhwan, pandangan pertama! "Apakah kamu choco cone? Karena kau bisa membuatku menyukaimu pada pandangan pertama." "Berisik." ".... Baiklah, hyung." [ iKON's BinHwan;...