10. arung jeram

2.3K 440 48
                                    

14.23

Gila

Merupakan kata yang pantas di deskripsikan untuk antrian arung jeram saat ini. Udah hampir sejam gue nunggu sama Calum buat naik arung jeram, tapi kita ganyampe-nyampe ke ujung.

"Ini orang orang gabisa di buang ke laut apa?" buset ini orang ngomong apa bertelur, enteng bener mulutnya.

"Santai nape si, Cal. Bentar lagi juga naik kita." ucap gue menenangkan calum yang lagi kesal.

Dia pun melihat ke arah sekitar sembari menunggu giliran. Akhirnya, gue sama dia pun bisa naik duluan gara-gara ada empat orang yang mau naik dan gabisa di ganggu gugat. Sementara seat buat sekali jalan itu ada enam.

Ternyata gak sia-sia juga cuma jalan berdua, benefitnya banyak.

Cihuy!

Gak lama, sebuah bundaran yang membawa kami semua meluncur mengikuti arus buatan wahana ini. Awalnya sih pelan, makin lama tapi makin deres sampe bundaran yang gue tumpangi membentur sebuah batuan.

Dan karena hal itu, tubuh gue langsung kesiram air banyak banget. "HAHAHAHAHAHA BASAH KUYUP LO KAYA GEMBEL KALIMALANG." ledek calum pas ngeliat gue kesiram.

BYUUUUUR

Air pun juga membasahi tubuh calum lebih parah dari gue.

Bibir gue mengulas sebuah senyuman, "Enak kan lebih basah dari gue? mAMPUS HAHAHAHAHA." balas gue tak kalah ngakak.

"Ish tapi masa gua mau lagi." Calum ketagihan part 2.

Gue menendang sebuah percikan air ke arah mukanya, "Palalu peang. Baru ngantri sekali aja udah anjing-anjingan lo." nyinyir gue.

Dia malah cekikikan. Dasar selera humor receh nih si ganteng.

Setelah berakhir, gue ngelewatin booth foto wahana arung jeram. Anjir, gue lupa padahal itu mainannya santai banget. Kenapa gue gak foto imut, ya?

Mbak-mbak penjaga booth itu nawarin gue. "Nih, mbak ada fotonya." katanya lalu nunjukin gue foto gue sama Calum di saat gue menendang percikan air ke arah calum.

Ekspresi gue bahagia banget cuy, apalagi Calum.

"Fix deh mbak, cetak ya." suara Calum muncul dari arah belakang gue. Dagunya ia taruh di atas kepala gue yang emang lebih pendek dari dia.

"Cetak dua kali, ya. saya mau juga." kata gue. Mbak-mbaknya ngangguk kaya patung di depan restoran Hoka-Hoka Bento lalu tak lama menyodorkan dua lembar foto. "Totalnya seratus ribu rupiah."

Calum mengunci kedua tangan gue lalu tangannya yang satu lagi memberi uang dua lembar lima puluh ribuan. "Pokoknya hari ini gue gabakal ngebiarin lo ngeluarin duit, kecuali buat makan tadi." katanya ke gue.

Jangan bergerak mz cal, q pewe dengan posisi ini.

"Udah ah, ganti baju yuk. Nanti masuk angin." pintanya.

Gue menggeleng. "Istirahat dulu ngapa, pegel anying." tolak gue.

Dia pun berjongkok membelakangi gue lalu menepuk-nepuk punggungnya. "Naik sini. Katanya pegel?"

plis lah jangan bikin gue tambah baper. "Gue berat tau, cal." ucap gue sok nolak. Padahal mah salting whOOPs.

"Gausah sobet malu gitu, deh. Biasanya juga gapunya malu. Naik buruan!"

Gue mendaratkan tubuh gue di punggung dia lalu mengalungkan kedua tangan gue di lehernya. Calum berdiri sambil membawa dua beban, tas yang ia bawa dan gue.

Dia pun berjalan dengan santainya. Dan Calum mendaratkan gue di depan toilet. "Gue berat ya, Cal?" tanya gue waktu ngeliat mukanya keringetan gara-gara bawa beban segede babi.

Ia menaruh jari telunjuknya di bibir gue. "Ssst. berisik tau, nggak? Gue bilangin ya, lo tuh gak berat sama sekali. Masih beratan juga kalo bawa buku cetak geo sosio eko dalam sehari."

Gue pun gatau harus apa lagi selain senyum. "Thanks, Cal." ia membalas senyuman gue sebelum gue memasuki toilet buat ganti baju.

dufan 🌿 hood [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang