21

746K 43.6K 3.3K
                                    

__

"Bokap lo ganteng, Dib. Gue mau deh nikah sama om-om kalau gantengnya kayak gitu."

Aku hanya bisa memutar bola mata dengan malas. Sejak tadi, Lia berceloteh tentang kegantengan Papa yang katanya mirip Fedi Nuril. "Dasar!" balasku kesal.

Saat ini, kami berjalan menuju gerbang sekolah. Sedikit lagi. Lia tumben mau-mau saja saat kuajak untuk naik angkot ke sekolah. Katanya sekali-kali. Tetapi, aku curiga, jangan-jangan dia sengaja ke rumah untuk melihat Papa karena penasaran dengan cerita teman satu SMPku yang berada di kelas X.3.

"Gue serius deh, Dib. Bokap lo emang umurnya berapa?"

"Tiga puluh lima."

"HAH?"

Suara Lia benar-benar toak. Aku menutup telinga kiriku dengan cepat. "Lo kenapa sih pake teriak-teriak segala?"

"Se..seriusan umurnya segitu?" Mata Lia membelalak. Berlebihan sekali cewek itu. "Pantesan. Umurnya juga nggak jauh-jauh dari Fedi Nuril."

Aku mendengus pelan. "Dari tadi lo sangkutin sama Fedi Nuril mulu."

Lia memiting leherku. Anak ini! "Iyalah, ganteng gitu. Gue 'kan pencinta cogan."

"Yaelah." Aku memutar bola mataku. Malas. "Lo mau jadi nyokap gue?"

Lia terkekeh. "Enggaklah. Gue beda jauh banget sama umur Bokap lo. Beda dua puluh tahun, gilak! Bayangin coba?" tanya Lia heboh.

Tak kuhiraukan lagi celotehan dari Lia. Aku menggeleng-geleng. Cewek di sampingku ini benar-benar hiperaktif. Suka galak jika ada yang mengganggunya. Entah bagaimana reaksinya saat berada di depan cowok yang dia suka.

Katanya, segalak-galaknya seorang cewek, mereka akan kalem di depan cowok yang dia suka.

Berarti orang-orang itu jaga image dong?

Entahlah.

"Diba! Itu bukannya Kak Agam sama Kak Agatha?"

Pertanyaan Lia membuatku ikut menatap ke mana arah pandang Lia. Kak Agatha sedang merangkul Agam. Kak Agatha memang tinggi, tingginya sampai dagu Agam. Beda dengan aku yang kecil. Jika aku berada di depan Agam, orang-orang yang berada di belakang Agam pasti mengira aku tidak ada.

Kedengarannya lebay, tapi itulah kenyataannya.

Kembali ke keadaan sekarang, aku melihat mereka berdua berjalan tak jauh di depan kami. Kami berada di koridor yang sama. Dan aku yakin, ini bisa menjadi bahan gosip siswi-siswi tukang gosip SMA Bakti Mulya

"Lo nggak cemburu gitu?" tanya Lia. Aku mengedikkan bahu. Pura-pura tidak mau tahu.

Padahal sebenarnya aku mau tahu semuanya, semua tentang dia.

"Yakin?" Lia terdengar mau mengujiku. "Yang pacar siapa, yang digandeng siapa." Aku melotot kaget mendengar perkataan Lia. Kulihat pandangannya lurus menatap sesuatu di depan sana. Aku tertarik menatapnya.

Oh, dua orang yang berjalan tak jauh di depanku benar-benar mencari sensasi. Atau hanya Agam saja yang mau mencari sensasi?

Kulihat Agam menggenggam tangan Kak Agatha.

Ish. "Mereka temenan, salah gandengan tangan?" Akhirnya aku bisa mendapatkan balasan kata yang tepat. Daripada aku mati kutu.

"Bisa aja orang-orang ngiranya mereka temenan, tapi..."

"Ck, lo mau manas-manasin gue, ya?" tanyaku dengan nada jengkel. "Nggak berhasil," lanjutku dengan penuh penekanan kata.

Akhirnya kami tiba di kelas. Aku segera duduk di bangku dan mengambil bukuku untuk melanjutkan PR Matematika yang tinggal satu nomor lagi belum kuselesaikan.

"Dari nada lo aja, lo beneran cemburu." Lia lalu terkekeh. "Ah, senengnya lihat anak orang yang lagi cemburu buta. Anak dari Om ganteng, lagi."

"Diem nggak lo!" seruku kesal. Tak kudengar lagi perkataan dari Lia. Dia tertawa sambil menutup mulutnya. Dasar! Dia mungkin belum merasakan apa yang kurasakan saat ini. Aku memang—

Eh?

"Enggak!" Aku menggeleng.

"Lo kenapa?" tanya Lia heran. Aku kembali membaca soal Matematika di bukuku.

"Jawabannya gue kira salah," jawabku asal sambil memandangi buku itu. Aku menghela napas berat.

"Dib!"

Aku hanya berdehem pelan.

"Diba!" teriak Lia lagi yang membuatku kesal.

"Apaan sih? Gue lagi fokus dengan PR dan lo cuma diem di situ, enggak bantuin gue sama sekali."

Tampang Lia sebal sepertinya. "Itu hape lo bunyi dari tadi!"

"Siapa sih?" Kulihat nama yang tertera di layar. "Agam?"

"Pasti dia kangen, aw.." Aku menyikut lengan Lia pelan. Lalu kubuka pesan masuk dari Agam. Pesannya banyak, tapi semua isinya sama.

Jangan cemburu dengan yang lo liat tadi

Bahkan dia tahu aku cemburu melihatnya menggandeng tangan perempuan lain.

*


thanks for reading!

love,

sirhayani

True StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang