Part 32 (P: Spesial, Lee Ji Eun dewasa)...Kesalahan?

Mulai dari awal
                                    

"Aku tak melihatnya" Seru Hye Ri mengerucutkan bibirnya,
matanya melirik aneh gadis disebelahnya yang juga sama-sama mendongakan kepalanya kedepan, merasa diperhatikan, gadis disebelah Hye Ri cepat-cepat kembali bersujud sempurna.

"Untuk Kandidat calon Selir, berdiri jika namanya disebut!" Ucap Dayang Senior Istana yang memegang jabatan Ketua Para Dayang pengajar, terlihat dari wajahnya ia sudah tua. Suasana yang hening tampak sakral.

Hye Ri dan Yoo Soung yang mendengarnya lantas mengakhiri perbincangan mereka, gadis disamping Hye Ri tentu saja terlonjak kaget saat Hye Ri kembali pada posisi bersujud sempurna setelah tadi agak bergeser ketempat Yoo Soung.

"Kau kenapa?"

"E... E... Ti, tidak apa-apa" gadis itu tersenyum kikuk seraya kembali bersujud sempurna.

"Kim Mi Rae!" Sebut Dayang berbadan tambun tersebut lantang, Seorang gadis yang memakai seragam hanbok yang tampak berkualitas berdiri dari posisi sujudnya, ia tersenyum menatap kedepan, kearah para dayang yang juga tersenyum kearahnya, Wajahnya begitu menawan, memang pada dasarnya Kandidat Calon Selir selalu dipilih dari kecantikannya, ibaratnya seratus persen nilai seorang kandidat selir, tujuh puluh lima persennya dilihat dari fisik, baru sisanya dua puluh lima persen dilihat dari kesopanan dan keterampilan.

"Lee Song Hi"

Gadis yang tak kalah menawan berdiri.

"Nam He Jo "

"Kim Tae Yeon"

"Seol Han na"

Disela ucapan lantang kepala dayang, Yoo Soung kembali menggeserkan tubuhnya ke samping Hye Ri "Berapa kandidat?" Tanya Yoo Soung melirik Hye Ri,

Tanpa sedikitpun mengalihkan tatapannya dari kepala dayang yang seolah-olah membiusnya "Biasanya dua belas"

"Kim Sae Ron"

"Lee Seul Bi"

"Song Hyo ra"

"Kim Yoo Na"

"Park Shin Ye"

"Park Kyung Ja"

"Lee Ji Eun"

"YESSS!" Hye Ri dan Yoo Song bersorak tertahan, gadis disamping Hye Ri membeku dibalik sikap sujudnya,

"Ji Eun? Cepat berdiri!" Hye Ri menyenggol bahu gadis manis disampingnya, dia memang Ji Eun.

Ji Eun tergagap, mengangkat wajahnya yang masih melongo.

"Apa aku tidak mimpi?"

Hye Ri mendorong tubuh Ji Eun yang masih dalam posisi bersujud.

"Cepat berdiri!"

Dengan lemas Ji Eun berdiri, rambutnya yang pendek sudah tumbuh panjang layaknya gadis-gadis lainnya, wajahnya yang dulu manis semakin menawan dengan postur tubuh yang semakin tegap. Dan sekarang, ia terlihat lebih dewasa.

******

"Lee Ji Eun!" Dayang Ketua menyebutkan nama Kandidat Selir yang terakhir, ia membaca ulang Kertas dikedua tangannya, takut-takut ada yang salah sebut.

Ia tersenyum tatkala semua nama yang ia sebutkan tadi sudah lengkap dan benar, matanya menatap ke depan, ke puluhan ribu anak-anak kerajaan Jaegsukk yang membentuk lautan, mereka semua bersujud hormat.

Hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu murid-murid sekolah Hakyo Jhyo Jaegsukk, karna setelah bertahun-tahun mereka sekolah hanya di hari ini laporan nilai-nilai akan dibagikan, didalam laporan pun hanya ada dua nilai, yaitu menggunakan sistem warna, warna merah untuk tidak berbakat, dan kuning untuk berbakat.

Dan bagi yang tidak beruntung maka ia akan dipulangkan kembali ke rumah masing-masing. Di hari ini pula, setiap anak yang berbakat dan beruntung akan kembali melanjutkan pendidikan, itu pun memerlukan seleksi yang ketat. Setelah acara pembagian jurusan dan nilai, maka acara selanjutnya adalah acara yang paling ditunggu-tunggu, yaitu Pesta.

Ada dua Pesta yang selalu dilakukan, yang pertama Pesta Kerajaan, dan Pesta Rakyat, biasanya yang menggelarnya ialah rakyat-rakyat dipasar maupun didesa, mereka menghias jalan-jalan dan rumah, menyiapkan banyak makanan, mengadakan hiburan-hiburan, itu semua dilakukan untuk menjemput anak-anak mereka yang sudah bertahun-tahun menuntut ilmu.

"Hormat, dayang" Seorang Dayang Pelayan membungkuk hormat didepannya, dahinya berkerut, matanya menajam melirik seragam pelayan tersebut, ia tau seragam dayang pelayan siapa itu.

"Ada apa?" ia bertanya judes, ini acara resmi mengapa dayang pelayan ini mengganggu saja?

Sambil menundukan kepala dayang Pelayan tersebut menyodorkan gulungan kertas rapih, terlihat ragu Ketua Dayang meraihnya, kembali membungkuk Dayang Pelayan tersebut lalu pergi menjauh. Ketua Dayang membuka perlahan gulungan lalu mulai membaca.

Matanya membelalak, melirik Istri Bangsawan yang sekarang tengah menatapnya tajam, bibirnya melengkung menampilkan sebuah senyuman ancaman. Sekali lagi, ia melirik surat dikedua tangannya, ia menghela nafas panjang lalu mulai mengeluarkannya kembali.

"Maaf, saya salah mengucapkan nama, Kandidat Selir Tahun ini hanya sebelas orang" Ungkap Ketua dayang membuat semua orang bertanya-tanya.

Bukankah setiap tahun selalu dua belas orang?, Yoo Soung dan Hye Ri tampak pucat, mereka menatap Ji Eun empati, Ji Eun adalah nama terakhir Kandidat calon selir, jika Kandidat Calon selir dieliminasi satu sudah barang tentu Ji Eun yang akan keluar.

Ji Eun sendiri tampak malu, semua orang menatapnya mengkasihani, ada pula tatapan-tatapan mengejek.

"Untuk Murid bernama Lee Ji Eun, mohon maaf, dia dikeluarkan dari Kandidat Calon Selir,"

Seakan mendengar kalimat kematian, kedua mata Ji Eun berkabut, ada secercah sesak menaungi langit-langit hati Ji Eun, dan rasanya menyakitkan.

"Tetapi dia masuk dalam kandidat Calon Asisten Tabib"

Ji Eun mengangkat kepalanya yang menunduk, ada binar kecil dikedua matanya, ia pun kembali sujud pada posisi semula.

"Silahkan! Untuk kandidat selir dipersilahkan maju" perintah Ketua Dayang membuat se belas gadis dari kelas Junior berjalan semampai kedepan lapangan.

"Ji Eun! Apa kau baik-baik saja?" Hye Ri sedikit menyenggol bahu Ji Eun, nada suaranya terdengar khawatir. Kepalanya sedikit mendongak melirik Ji Eun,

"Aku yakin! Disini ada yang salah, Ketua Dayang itu benar-benar harus kupatahkan lehernya, " Yoo Soung berbisik geram.
Ji Eun sedikit mendongak, ia tersenyum melirik kedua temannya, lalu mulai menggeleng.

"Aku tidak apa-apa, bukankah sudah kukatakan kalau aku benar-benar tak berminat menjadi kandidat selir? Dan lagi, menjadi Kandidat Calon Asisten Tabib adalah keinginanku dari dulu"

senyumnya mengembang, namun tatapannya memancarkan kekecewaan. Seolah-olah angin sepoi-sepoi baru saja mencuri senyum terakhirnya, rasa kecewa yang dulu pernah ada, dan sekarang sialnya kecewa itu kembali menyapa.

********

"The Queen Of Jaegsukk"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang