prolog

386 26 1
                                        

Author's POV

Ketegangan jelas nampak di wajah gadis yang masih memakai lengkap seragam sekolahnya itu saat ia duduk di sofa rumahnya. Kakinya tak berhenti bergerak, memperjelas ketegangannya. Keringat deras mengalir ditubuhnya meskipun Ia berada di ruangan dengan pendingin ruangan

"Daddy enggak bisa percaya sama apa yang kamu lakuin" suara yang dingin dan getir memecah keheningan.

"Dad, it's not a big deal" suaranya sangat pelan, Ia berusaha membela dirinya, tatapan matanya tertuju ke lantai. Bahkan, Ia tak berani melirik lawan bicaranya itu.

"It's so big deal Cara... kamu di Drop Out dari sekolah dan itu benar-benar masalah besar buat daddy" jawab pria yang berdiri tegap, tepat di depan anak gadisnya itu. Tangannya mengepal dengan kuat untuk menahan amarahnya, kerutan-kerutan yang sudah mulai nampak diwajahnya semakin jelas saat Ia mengerutkan keningnya, nada suaranya sangat berat, jelas Ia menahan agar tidak membentak anaknya itu.

"Aku cuma bilang tentang perasaan aku ke orang yang aku suka Dad" air mata tidak mengalir di pipinya, namun sangat jelas nada suaranya yang terisak menandakan Ia menangis.

"Tapi dia cewek Cara! Kamu..."

"Oh! Aku fikir selama ini Daddy serius bilang kalo Daddy dukung aku, siapapun yang aku suka, cewek atau cowok!" Cara memotong sebelum Ayahnya sempat melanjutkan. Kali ini Ia mengangkat kepalanya, menatap lurus ke mata biru yang kini memandangnya dengan penuh rasa bersalah.

"Aku mau ke kamar" dengan itu, Cara bangkit dari duduknya. Ia melirik sejenak ke arah ibunya yang sedari tadi hanya diam menahan tangisnya, Cara tersenyum kecil untuk meyakinkan sang Ibu kalau dia baik-baik saja sebelum akhirnya Ia menaiki anak tangga menuju kamarnya.


Cara's POV

Really? Apasih yang salah di Negara ini? Kenapa sangat sulit menjadi beda di sini, seakan-akan menjadi beda adalag suatu kesalahan yang sangat fatal.

"Aaarrrrggghhhhh!!" Aku membenamkan kepala ku ke dalam bantal agar teriakan ku tidak terdengar keluar. Aku hanya ingin berbaring ditempat tidur saat ini, menangis entah sudah berapa jam lamanya sampai akhirnya suara ketukan dipintu kamar memaksa ku berhenti terisak.

"Cara..." suara lembut disisi lain pintu mulai terdengar, aku mendesah berat, aku benar-benar tidak ingin bicara dengan siapapun sekarang, tapi sangat tidak mungkin mengabaikan Mommy, aku tidak ingin melukai perasaan perempuan yang sangat aku hormati.

"Come in Mom..." suara ku sangat pelan, aku bahkan tidak tau suara ku dapat terdengar oleh Mommy. Sedetik kemudian, terdengar suara pintu terbuka lalu tertutup kembali, tanda Mommy telah masuk ke dalam kamar ku.

"Hey sweetheart..." aku merasa belaian lembut dikepala ku, membuat ku sedikit lebih tenang, dia selalu mampu membuat ku tenang. Aku mulai memejamkan mataku, menikmati setiap belaian dari tangannya. Ia mulai bersenandung pelan, membuatku semakin relax.

"Maaf sudah membuat kalian malu dengan perbedaan Cara" suaraku memecah keheningan setelah sekian lama keheningan yang membuat nyaman menyelimuti seluruh ruangan. Aku berusaha berkata semampu ku, menahan tangis yang sedari tadi ku bendung.

"Don't be, Cara. Mommy dan Daddy sama sekali enggak malu, Cinta adalah hal yang tulus sayang, ini soal perasaan dan perasaan itu bisa datang ke siapapun. Kita sama sekali enggak keberatan dia itu wanita atau pria, selama dia mampu bikin kamu senang dan bisa jaga kamu, dan selama kamu nyaman bersamanya, itu udah cukup buat kami."

Aku mulai terisak lagi, oh God Cara stop it. Batin ku dalam hati.

"Can... can you... le.. leave me alone for a while Mom?" Kata ku disela-sela isak tangis ku.

"Sure baby, kamu bisa turun ke bawah dan kita omongin semuanya kalo kamu udah siap, just.. jangan paksain diri kamu" satu kecupan hangat mendarat di dahi ku dan kemudian Mommy keluar dari kamar ku.

Different LovesWhere stories live. Discover now