“Kita berangkat,” kata Diki. Dia mengeluarkan PDA-nya dan melihat lokasi Rho yang telah dia simpan. Masih belum ada pergerakan dari Rho. Dia menutup PDA tersebut, menoleh pada Andri.

“Akan menghabiskan waktu sepuluh jam untuk mencapai Terminal Banyumas. Ayo istirahat dulu.”

***

Mereka melesat di sepanjang tol yang kosong. Jalan tersebut sangat lebar, mungkin cukup bagi enam bus magnet untuk saling berjejer tanpa bersinggungan.

Andri pernah mendengar cerita-cerita lama, masa-masa saat mobilitas masyarakat begitu tinggi hingga seluruh lalu lintas di jalan tol pun berhenti karena ramainya kendaraan. Dulu, ada berbagai jenis kendaraan darat: mobil, bus, truk, motor, dan bus-bus gandeng yang panjangnya bisa mencapai puluhan meter. Kini, yang tersisa hanyalah bus dan mobil magnet. Truk-truk masih ada, namun hanya digunakan untuk transportasi barang dalam jumlah banyak dan hanya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar.

Habisnya minyak bumi sudah diantisipasi dari segi fisik dan teknik, keberadaan mobil-mobil magnet adalah salah satu buktinya. Namun, dampaknya terhadap psikologis dan kehidupan sosial masyarakat agak tidak terduga. Demonstrasi banyak digelar, rakyat menuntut pemerintah untuk melakukan pengeboran minyak lebih banyak lagi. Isu-isu beredar, mengatakan kalau minyak bumi masih ada dan menjadi konsumsi pribadi orang-orang kaya. Masyarakat tak ingin menerima fakta pahit bahwa pengeboran dan konsumsi konsumsi yang baru berlangsung selama kurang lebih seabad bisa menghabiskan seluruh cadangan minyak bumi dunia. Minyak bumi adalah bagian dari kehidupan manusia, sumber energi yang paling praktis, mudah didapat dan diperoleh, dan meskipun harganya kian meningkat, permintaan tak pernah menurun. Rakyat, terutama golongan menengah dan ke bawah, sangat membutuhkannya. Ketiadaan minyak bumi adalah cultural shock bagi mereka, sebuah shock yang bertahan selama berpuluh tahun.

Begitu keterkejutan berkurang, dampaknya pun mulai terasa. Jumlah kendaraan yang melintas di jalan raya kian berkurang. Kendaraan magnet memang efektif sebagai pengganti, namun dari segi ekonomis sangat kurang. Harga beli dan biaya perawatannya mahal, sementara perawatannya harus dilakukan dengan rutin dan mendetail. Hanya orang-orang dari kalangan atas yang menggunakannya. Angkutan umum yang tadinya dapat dikelola secara swasta ditiadakan, digantikan seluruhnya oleh angkutan umum dari pemerintah.

Regulasi, peraturan, dan hukum-hukum baru ditetapkan. Jalan raya menjadi sepi, masyarakat memilih untuk bergerak dengan berjalan kaki. Kota-kota semakin besar karena menjadi tempat utama bagi manusia untuk tinggal. Sebagian besar manusia lahir dan tumbuh besar di tempat yang sama seumur hidupnya karena mobilitas yang berkurang. Pengadaan fasilitas angkutan umum terus digalakkan, dari kereta api antar kota dan daerah hingga bus-bus yang lebih murah, namun tetap tidak pernah benar-benar cukup. Sarana dan prasarana yang dimiliki pemerintah lebih difokuskan pada pembangunan infrastruktur demi menghadapi perubahan iklim, pertanian, dan perang-perang sipil yang terus berkecamuk.

Namun, ada juga kisah-kisah yang menceritakan tentang kehidupan di Dunia Barat. Beberapa orang, berkat pekerjaan mereka, atau sekedar wisata, telah bepergian dari Dunia Tengah ke Dunia Barat. Mereka menceritakan gedung-gedung sangat tinggi hingga menembus awan dan mencakar langit. Tentang jalan-jalan layang yang melintas di sana-sini, tentang fasilitas kendaraan umum yang lengkap, murah, dan mudah diakses. Tentang kehidupan sosial-ekonomi yang stabil, pencapaian-pencapaian teknologi yang luar biasa, peluncuran pesawat luar angkasa untuk koloni ke planet lain, pengembangan sains yang tak terbayangkan. Tentang masyarakat yang bahagia, damai, dan sejahtera.

Banyak dari mereka yang tidak kembali ke Dunia Tengah, memilih untuk tinggal di sana. Tidak ada kabar pasti dari mereka yang tak kembali, namun beberapa isu mengatakan bahwa dibandingkan dengan Dunia Barat, Dunia Tengah terasa seperti neraka. Perbedaan keduanya bagai langit dan bumi.

BotsМесто, где живут истории. Откройте их для себя