"Gak usah Raf, ntar lo kecewa lagi."

"Harus Raf, lo gak tahu apa yang akan terjadi.

"Raf, lebih baik lo berhenti sekarang."

"Raf..."

"Raf..."

Rafa menatap kedua temannya. Ia merasa pusing dengan kedua saran dari temannya. Jauh dari lubuk hatinya, ia tak mau menyerah dan melupakan Nayla sebab itu sangat sulit baginya. Tapi perkataan Adit juga benar, ia takut kecewa untuk yang kedua kalinya.

Rafa mulai berpikir tentang saran mana yang harus ia pilih. Mencoba atau mundur keduanya memiliki akhir yang berbeda, dan Rafa tidak tahu pasti akhir apa yang akan ia terima jika memilih salah satu diantaranya.

* * *

Nayla pulang dengan wajah ditekuk. Kata-kata Farel yang mendukungnya bersama Rafa terus menghantui kepalanya. Padahal ia sudah mencoba berpikir positif tentang Farel yang mungkin malu mengungkapkan rasa cemburunya-karena tidak semua orang mau berterus terang kalau ia sedang cemburu.

Nayla menghela napas dan melempar tubuhnya ke atas tempat tidur. Kenangan indah bersama Farel terlintas di dalam kepalanya. Gadis itu tersenyum dan memeluk bantal yang ada disebelahnya. Bayangan-bayangan Farel semakin memenuhi otaknya. Nayla menyayangkan berakhirnya hubungan mereka yang begitu saja. Nayla yang begitu sulit melupakan Farel semakin tersiksa saat tahu pria itu pindah ke sekolahnya, bahkan satu kelas dengannya.

Mengingat cara Farel yang memutuskannya dengan membawa orang ketiga-merusakan ingatan indahnya bersama Farel. Sesak kembali memenuhi hatinya. Nayla merasa tidak wajar jika harus membalas semua rasa sakit hatinya dengan cara mendekati Rafa. Namun ia sudah terlanjur masuk ke dalam permainannya sendiri. Dengan percaya diri ia berpikir kalau Farel akan cemburu dan sakit hati nantinya, melihat kedekatannya dengan Rafa.

"Maaf." gumam Nayla.

* * *

Rafa mengambil kunci mobil dan bergegas pergi. Tingkahnya membuat ayahnya dan Farel heran, sebab pria itu jarang sekali menggunakan mobil untuk berpergian.

Rafa masuk ke dalam mobil dengan tekad yang kuat. Ia akan melakukannya sekali lagi. Ia akan mengatakan semua perasaannya. Ia akan mencoba sesuai perkataan Nico. Ucapannya yang tidak berminat pacaran dengan Nayla, ia tarik dan ia kubur dalam-dalam. Ia ingin bersama wanita itu, sangat ingin.

Rafa menancap gas. Sebelum ke rumah Nayla, ia singgah ke toko bunga. Rafa memasuki toko bunga, seorang gadis berambut pendek sebahu tersenyum menyambut kedatangan Rafa.

"Selamat malam." kata gadis itu ramah.

"Saya mau bunga apa saja, intinya cocok untuk menyatakan perasaan." kata Rafa cepat. Gadis itu mengangguk lalu melakukan apa yang Rafa perintahkan.

Rafa keluar dari toko bunga setelah mendapatkan apa yang ia inginkan. Namun, seorang gadis yang melayaninya diam-diam mengintip kepergian Rafa. Gadis itu merasa tidak percaya begitu melihat Rafa yang memiliki paras tampan. Degup jantungnya mulai tidak terkendali saat menatap mata hitam Rafa.

"Puna...," panggil seseorang membuat gadis itu menoleh.

"Iya bunda." jawabnya sambil tersenyum, dan mulai menghampiri ibunya.

Gadis bernama Puna yang sedari tadi tersenyum mendadak cemas begitu melihat ibunya yang tergeletak di lantai. Dengan cepat Puna membantu ibunya berdiri dan kembali duduk di kursi roda.

Hello Nayla [TAMAT]Where stories live. Discover now