PROLOG ✔

24.4K 1.2K 21
                                    

SUASANA pagi hari yang begitu tenang, mataku terpejam merasakan hangatnya sinar matahari yang menerpa wajah dan tubuhku dari balik kaca besar apartemen tempatku tinggal sekarang. Entah perintah dari mana, bibirku merekah membentuk senyuman tipis saat merasakan kehangatan sang surya lebih intens.

Mataku perlahan terbuka saat aku merasakan sebuah sentuhan dari tangan lain. Kepalaku mendongak ke atas untuk melihat sang pemilik sentuhan tangan itu. Dan, senyumanku merekah saat melihat sang pemiliknya.

"Kamu menyukainya?" tanyanya yang sudah berjongkok di sampingku.

"Menyukai apa?" tanyaku pura-pura tak tahu apa topik pembicaraannya. Kulihat genggamannya yang semakin erat padaku, kini tangannya tak lagi mengenggam tanganku, tapi menautkan jemarinya dengan jemariku.

"Tempat ini. Mungkin tidak begitu luas, tapi ini cukup nyaman untuk kita berdua," ucapnya padaku. Aku mengangguk mengiyakan apa yang dia ucapkan. Tanganku yang lain menyentuh lembut pipi kirinya, mengusapnya ke kanan dan ke kiri hingga matanya terpejam. "Aku akan membuat rumah impianmu," janjinya.

"Terimakasih," aku mendekatkan wajahku kepadanya, menggecup pelan keningnya, lalu turun ke kedua matanya secara bergantian. "Terimakasih untuk segalanya," bisikku lirih.

"Aku yang harusnya berterimakasih ke kamu," sahutnya yang menarik tanganku dan menggecup punggung tangan kiriku cukup lama, dan kemudian menggecup keningku cukup lama juga.

Dia memelukku dan mengusap lembut punggungku, sesekali dia mengusap puncak kepalaku dengan sayang. Inilah Nirwanaku yang sesungguhnya, seperti kata ibu, 'Jika kamu tak mampu lagi menemukan cinta, biarkanlah cinta yang menemukanmu.'

Annyeong, Aisyah [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang