Aku pun langsung menutup mukaku didadanya yang bidang. Aku seperti ini karena aku ingin mengurangi rasa maluku karena Peter.

•••••

Sampailah aku di UKS. Peter menurunku ditempat tidur dengan perlahan. Tatapan masih saja menatapku. Sungguh, aku sangat risih saat dia menatapku.

Dia menatapku seakan aku makanannya. "Terima kasih Peter. Maaf membuat bajumu kotor karenaku!"

Dia hanya tersenyum. Astaga sudah berapa kali dia tersenyum. Dua? Tiga? Empat? Entahlah. Mungkin lain kali aku akan menghitungnya.

"Tak apa. Apapun untukmu, babe!" ucapnya tulus dan...

What? Dia sebut aku apa?

Babe?

Oh my god, apa aku salah dengan?

Mungkin, tapi aku sungguh jelas dia memanggilku, babe.

Aku manatapnya tak percaya. Dia hanya menunjukan muka datar. Astaga labil sekali guru didepanku ini. Tadi tersenyum, sekarang dingin.

Dasar es batu!

Dia pun langsung berdiri dan mengenggam tanganku. Jujur, aku terpaku saat dipegang tanganku. Tangannya sangat panas.

Apa dia sakit?

"Tunggu disini! Aku akan segera kembali." Aku hanya mengangguk. Untuk membantahpun aku tak mampu. Auranya sangat kuat untuk dibantah.

Dia pun langsung melepaskan tangannya dari tanganku. Dia pun langsung keluar dan menutup pintu UKS lagi.

Aku mulai memejamkan mata. Menghilangkan masalah dan menetralkan emosiku. Walau aku sedikit menahan perih yang ada ditubuhku.

Tapi saat aku menutup mata, aku mendengar suara Peter marah.

"Kenapa kalian disini? BUBAR!!!"

Setelah teriakannya aku mendengar suara kekecewaan dari murid. Aku tau penyebabnya, pasti mereka pada ngumpul didepan untuk melihat aku dan Peter.

Aku pun menghiraukannya dan langsung memejamkan mata lagi. Mataku sudah berat akibat air mata tadi. Dan tubuhku pada sakit semua karena ulah Angel, Kyla dan Dena.

•••••

"Raisa, bangun! Hey bangun!"

Aku mendengar suara panggilan seseorang. Aku pun membuka mata dan mendapati guru penjaga UKS sedang tersenyum.

"Miss!" pangggilku dengan suara serak.

"Bangun dulu! Kamu makan dulu," ucapnya masih tersenyum.

Aku pun bangun perlahan dan langsung duduk. Mataku sangat berat. Ngantuk sekali aku.

Aku langsung mengedarkan sekeliling ruangan. Yah, aku masih di UKS. Aku melihat sepertinya waktu sudah sore. Apa aku tidur terlalu lama.

Aku pun melihat tubuhku. Astaga sekarang tubuhku penuh dengan perban yang menutupi luka. Siapa yang mengobatiku.

Dan lagi baju ku sudah ganti. Aku memakai baju, entah baju siapa. Yang pasti baju ini sangat nyaman dan lembut.

Ini sepertinya bajunya sangat mahal.

"Hmmm, Miss siapa yang mengobati lukaku dan menganti bajuku?"

"Saya Raisa. Ada masalah?"

"Tidak Miss, hanya saja baju ini sepertinya bukan baju saya."

"Itu baju kamu Raisa. Tadi baju itu diberikan oleh Mr. Peter untuk kamu."

Peter?

Dia memberikan baju untukku?

Seorang guru yang sifatnya labil.memberiku baju. Oh mana mungkin?

Tapi ngomong-ngomong kemana Peter? Aduh kenapa aku menanya seperti itu? Dia bukan siapa-siapamu Raisa. Persetan dengan kamu Raisa. Dia itu hanya guru. Bodoh sekali aku.

Tapi aku harus berterima kasih kepadanya sudah memberi aku baju. Walau aku juga tidak mengharapkannya. Aku tidak ingin terlalu berharap kepada seseorang yang pastinya akan menyakitiku.

"Sudah jangan kau pikirin! Lebih baik kau makan, habis itu kau pulang. Hari semakin sore!"

Astaga aku lupa! Nanti malam aku harus bekerja. Oh ya apa aku pernah bilang kalau aku bekerja di Caffe sebagai pelayan?

Oh lupakan. Nanti kalian juga tau kalau aku bekerja. Soalnya aku akan bekerja jam 7 malam sampai jam 10 malam.

"Baik Miss." Aku pun langsung makan tanpa dibantu oleh guru UKS.

Aku memakan bubur yang diberikan guru UKS. Astaga buburnya sangat enak. Bubur ini terasa seperti bubur yang ada di Restaurant mahal.

Ah aku kebanyakan menghayal. Mungkin ini hanya bubur dipinggir jalan. Yah, pinggir jalan. Mana mungkin bubur ini dari Restaurant.

Imposible!

Aku pun cepat menghabiskan bubur yang diberikan guru UKS. Aku tidak ingin membuang waktu. Aku harus ke tempat kerja sekarang.

Karena aku tidak ingin gajiku dipotong lagi hanya karena aku terlambat datang. Padahal uang itu aku pakai buat bayar sekolah.

You know lah kalau keluargaku tidak ingin membiayain aku sekolah. Bahkan makan pun aku disuruh cari sendiri.

Mereka berdua (ayah dan ibu) hanya mementingan ego mereka sendiri, tanpa memikirkan diriku.

Itulah yang membuat hidupku hancur. Untung saja sifatku tidak brandal akibat perlakuan mereka. Karena aku tau semua anak jika diperlakukan sepertiku akan menjadi brandal. Itulah sifat yang ditunjukan mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka.

Tapi aku mengungkapkan perasaanku sekarang dengan cara berdiam. Bersikap dingin kesetiap orang dan menulisnya dalam sebuah cerita.

Itulah yang membuat hidupku kuat sampai saat ini.

Aku pun selesai makan dan langsung berdiri. "Terima kasih ya Miss sudah mengobati saya." Aku tersenyum.

"Nothing Raisa! Ini sudah tugas saya. Oh ya saya mau antar kamu pulang?"

Aku pun menggeleng, "tak perlu Miss. Saya bisa pulang sendiri. Terima kasih Miss sekali lagi." Aku pun mengambil tasku yang diatas meja.

Entah semenjak kapan tas ku ada dimeja sini. Tapi aku tidak peduli. Aku harus segera ditempat kerja.

Hai aku muncul lagi nihhh... Thanks yang udah baca dan vote! Aku sangat senang. Terus baca cerita yang abal2 aku ini ya. Boleh votenya kalau suka. Thanks!

Oh ya kemungkinan aku bisa selalu update cepat. Eh gak tau juga deh. Doain aja ya!

[5] I'm Alpha's Mate! ✔Where stories live. Discover now