"Ini gara-gara semalam aku baru tidur jam 4. Cindai sih enak masih banyak waktu untuk bersiap," gerutu Prilly sepanjang jalan sambil sesekali mengepalkan tangannya menahan emosi.

Sesekali dia berlari kecil untuk mengejar waktu. Saat dia sampai di gapura gang komplek kos, ada sebuah motor ninja hijau menghadangnya. Pengendara itu membuka kaca helm yang memperlihatkan sebagian wajahnya saja.

"Ayo naik!" titah orang itu.

Tanpa pikir panjang karena Prilly sedang buru-buru, dia segera naik dan motor itu melaju dengan kecepatan tinggi membuat Prilly memegang pinggang orang itu erat. Sekejap mata Prilly tertutup, namun tiba-tiba Prilly merasakan motor itu berhenti.

"Turun, gerbang sudah hampir ditutup," perintah orang itu yang hanya membuka kaca helm.

"Terimakasih," ucap Prilly lalu berlari sedikit mengejar gerbang yang tinggal beberapa senti lagi tertutup.

Dengan tubuh ramping dan gerakannya yang gesit dan lincah, Prilly dapat masuk melewati gerbang yang hampir tertutup. Tepat Prilly sudah berada di dalam kampus, gerbang tertutup otomatis. Prilly menghela nafas lega dan mengusap dadanya. Sebelum Prilly melangkah ke tengah lapangan dia sempat menoleh ke belakang, melihat dan memperhatikan orang yang sudah mengantarnya tadi.

"Ya Allah ... itukan si Oncom Ali, kenapa aku bisa lupa ya?" Prilly menepuk dahinya sendiri.

Prilly melangkah ke tengah lapangan, masuk ke dalam barisan dan mengikuti apel pagi.

***

Usai apel pagi para taruna masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Prilly duduk di sebelah Cindai.

"Cin, aku mau cerita." Prilly ragu untuk mengatakan kepada Cindai.

Cindai yang tadinya sibuk membaca, kini memperhatikan Prilly serius.

"Aku tadi di antar Ali."

"Serius kamu Pril?" Cindai bertanya dengan raut wajah tak percaya.

"Iya Cindai. Tadi aku udah buru-buru banget takut telat, nah sampai di gapura gang kita, tiba-tiba dia menghadangku dan suruh aku naik."

"Terus."

"Tanpa pikir panjang aku naik."

"Nggak biasanya si Oncom begitu. Tumben peduli sama orang dan setahu aku selama ini pacar setianya itu masih perawan. Jok belakangnya nggak pernah tersentuh pantat cewek. Mungkin baru pantat kamu Pril, yang merawanin tuh pacar setia dia." Cindai dan Prilly pun tertawa lepas.

"Sikat Pril! Dia cakep juga nggak jauh beda sama Dedy," bujuk Cindai antusias.

"Aku sudah bilangkan Cin, aku belum mau membuka hatiku lagi jika masih merasakan sakit. Aku takut kalau dia hanya jadi pelarianku aja. Biarin luka di hati aku sembuh dulu, baru nanti aku buka lagi untuk orang lain."

"Yaelah Pril, terserah kamu." Cindai melanjutkan membacanya dan Prilly bersiap mengeluarkan buku tebal berisikan jawaban pertanyaan pada makalahnya.

"Prilly," panggil seseorang dari ambang pintu.

"Iya Bu." Prilly menoleh ke arah pintu.

"Bisa ikut Ibu ke kantor sekarang?"

"Siap Bu."

Prilly beranjak dari duduknya lalu mengikuti dosen itu ke ruang kantor.

"Duduk Pril," perintah dosen itu setelah sampai di depan mejanya.

Prilly duduk berhadapan dengan dosen yang sudah mempercayainya untuk menjadi asisten dosen selama ini yaitu Ibu Dani Asmara.

"Ada apa ya, Bu Dhani mengundang saya ke sini?" tanya Prilly dengan debaran jantung yang cepat.

AIR (Ketika dua air yang berbeda arti disatukan atas nama cinta) KOMPLITKde žijí příběhy. Začni objevovat