Pertemuan Pertama

23.1K 1K 44
                                    

"Bertemu dengannya adalah kesialan terbesar dalam hidupku. Aku berharal tidak akan lagi berurusan dengan dirinya"

~Kiara Syahira Pratama~

🍁🍁🍁

Citttttttttt....

Suara rem mobil menggema ditelinga hampir saja mobil itu menabrak sebuah mobil yang berada tak jauh dari tempatnya kalau saja sang pengendara tidak dapat mengendalikan mobil sport bermerk BMW keluaran terbaru itu. Umpatan kesal meluncur dari bibir pria dengan bulu matanya yang lentik tersebut. Harinya harus ternodai oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab membawa mobil dengan seenaknya tanpa mempedulikan keselematan orang lain.

"Aduh Arzan lo kenapa sih berhenti mendadak jadi kejedot nih gue," gerutu seorang cowok yang duduk di samping kemudi sembari mengelus keningnya yang memerah karena kecerobohan sang sahabat membuat keningnya mencium dashbord mobil.

"Iya nih sakit tau!" timpal cowok lainnya yang duduk di kursi belakang.

"Aduh Richad, Niki kalian bisa diem nggak sih! Enggak tau apa gue hampir nabrak, untung aja gue bisa menghindar kalau enggak mungkin lo berdua udah di alam lain!" sungut cowok yang di panggil Arzan itu dengan nada kesal penuh amarah.

"Ehh buset serem amat! Emang lo hampir nabrak apaan?" tanya Richad bingung.

Namun bukannya menjawab Arzan justru beranjak keluar dari mobilnya meninggalkan sahabatnya dalam kebingungan.

Dengan perasaan kesal Arzan menghampiri mobil BMW merah yang berada tak jauh dari tempatnya. Arzan tahu pasti sang pengemudi mobil sama terkejutnya seperti dirinya. Namun Arzan tidak akan pernah terima perbuatan orang tersebut yang sudah membuatnya dan kedua temannya hampir celaka.

Sesaat setelah sampai didepan mobil tersebut ia segera mengetuk pintu dengan kasar dan menyuruh pengemudi mobil tersebut keluar untuk mempertanggung jawabkan kesalahannya pada dirinya.

"Hei! Bisa bawa mobil enggak sih lo?!" sentak Arzan sarkatik. Tangannya memukul kaca mobil tersebut, kasar.

"Apa gue enggak salah denger?" tanya cewek pemilik mobil merah tersebut. "Lo kali yang enggak bisa bawa mobil! Lo lihat ini pertigaan pakai acara ngebut lagi!!" lanjut gadis bertubuh mungil itu tak mau kalah, enak aja mau nyalahin gitu aja, pikir gadis itu.

Memang jika di pikir mereka sama-sama salah karena membawa mobil dengan kecepatan tinggi tetapi ego mereka tidak ingin membuat mereka mengalah apalagi meminta maaf.

Ya, memang sekarang mereka berada dipertigaan jalan, tetapi bukan Arzan namanya kalau dia mau mengalah karna dalam kamus hidupnya tak ada kata kalah apalagi kalah oleh seorang wanita.

Hidup telah mengajarkannya untuk mempertahankan apa yang ia anggap benar. Meskipun itu salah ia tidak akan pernah sudi untuk mengakui kesalahannya. Mungkin orang akan menganggapnya tidak gentle tetapi Arzan bukanlah orang yang peduli dengan tanggapan orang lain pada dirinya.

"Udahlah lo tuh kalau salah ya salah aja enggak usah cari alasan untuk membela diri," ucap Arzan dengan nada meremehkan. Perempuan adalah hal paling menyebalkan dalam hidup Arzan. Meskipun ia juga terlahir dari rahim seorang wanita. Namun tidak ada wanita yang sebaik mamanya.

"Ehh, gue enggak cari alasan ya karna emang gue enggak salah tapi lo!" jawab gadis itu mengacungkan jari telunjuk kanannya tepat di depan wajah Arzan membuat Arzan naik pitam karna merasa direndahkan. Saat dia akan membalas ucapan gadis itu sahabatnya lebih dulu menghentikannya.

My Enemy Is My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang