Bab 9

7.3K 402 31
                                    

"Ayah kecewa padamu, YooHyun!"

Menunduk adalah pilihan yang paling tepat untuk YooHyun saat ini. Ia bahkan tidak berani menatap wajah ayahnya, dan jikapun ia harus menangis kencang, semuanya akan sia-sia karena pada kenyataannya semua kesalahan ini berawal dari dirinya sendiri.

"Kau masih 19 tahun dan masa depanmu masih sangat panjang, apa kau tidak ingin meneruskan sekolahmu? bermain dengan teman-teman seusiamu? kau tidak ingin hidup seperti remaja seusiamu, huh?"

Hayi menarik lengan JungSoo mencoba menenangkan suaminya itu. "Jangan terlalu keras padanya!" ujar Hayi pelan. "Dia bisa jatuh sakit kalau kau memarahinya seperti itu!"

Hayi kemudian beralih ke YooHyun dan duduk di sisi ranjang. "Katakan pada kami sayang, apa KyuHyun yang memaksamu?" tanyanya kemudian.

YooHyun menggeleng cepat. "Tidak Ibu.." Jawabnya jujur. "Aku menyukainya, dan dia bersikap baik padaku selama ini. Apa salah aku jika aku mencintainya?"

"Dia adalah pamanmu, YooHyun. Dan tentu saja itu salah!" JungSoo menyahut dengan nada yang dingin. "Ayah menitipkanmu di sana karena mereka adalah keluargmu! Tapi apa yang mereka lakukan, pamanmu yang brengsek itu membuatmu hamil..!"

Untuk pertama kalinya YooHyun melihat ayahnya semarah ini, sebelumnya JungSoo bahkan tidak pernah berkata keras padanya. "Apa ayah semarah itu padaku? Ayah bahkan membentakku seolah aku ini bukan putri ayah! Aku hanya jatuh cinta ayah, pada seorang pria yang selalu memperlakukanku dengan baik. Pria yang ayah bilang brengsek itu adalah seseorang yang sangat aku cintai, pria yang rela mengorbankan segalanya untukku.. Secara hukum, dia bukanlah pamanku karena kami tidak memiliki hubungan sedarah."

JungSoo terdiam dan kembali menatap putrnya dengan pandangan nanar. Dia menitiskan air matanya, lalu mendekat ke arah YooHyun untuk memeluk putri kesayangannya itu. "Maafkan ayah sayang. Ayah tidak bermaksud membentakku, kau adalah segalanya untuk ayah, kebanggaan ayah. Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu.."

"Maafkan ayah YooHyun." ujar JungSoo berulang-ulang kali masih sambil memeluk YooHyun. "Kita akan pindah Amerika, ayah akan mengurus semuanya besok pagi. Kita akan carikan Universitas yang terbaik untukmu, dan jangan khawatir soal bayi yang sedang kau kandung. KyuHyun tidak perlu mengetahuinya, karena ayah dan ibu yang akan menjaga dan merawat calon bayimu sayang."

YooHyun melepaskan pelukan ayahnya dan memasang wajah terkejut. "Tidak ayah, aku tidak mau pergi dari sini, aku tidak ingin pindah!" ia menggeleng dan kembali menangis. Bagaimana ayahnya bisa memutuskan sesuatu seperti ini, dan yang benar saja, KyuHyun tidak boleh tau tentang bayi yang sedang ia kandung. "KyuHyun harus tau tentang kehamilanku ayah,"

"Tidak YooHyun! Sampai kapanpun ayah tidak akan mengijinkan hal itu terjadi. Apa yang akan dia lakukan saat tau kalau kau sedang mengandung anaknya. Kalian akan menikah, begitu? yang benar saja! Kau harus melihat ayahmu ini mati dulu baru kau bisa menikah dengannya!"

"Ayah, kenapa kau melakukan ini padaku?" YooHyun mengusap air matanya perlahan. "Aku tidak ingin meninggalkan Korea, aku ingin tetap di sini. Kumohon!"

"Ayah akan mengurus semua surat-surat kepindahan kita, kita juga akan mengambil ijasa dan hal-hal yang butuhkan di sekolahmu. Kita akan pergi setelah dokter mengijinkanmu keluar dari rumah sakit,"

"Ayah.." YooHyun memegangi keningnya yang terasa pening. Sekeras apapun ia membujuk ayahnya, sangat kecil kemungkinan ayahnya menyerah dan membiarkan YooHyun tetap tinggal di Korea.

Jika boleh dia bersikap egois, YooHyun ingin sekali pergi dan melupakan semua tentang orangtuanya, dan kemudian datang pada KyuHyun lalu hidup bahagia bersamanya. Tapi di sisi lain, YooHyun sangat menyayangi ayahnya, dia tidak akan bisa hidup damai jika tak mendapat restu dari ayahnya. Tapi jujur, YooHyun tidak ingin pergi kemanapun saat ini, hidup berjauhan dengan KyuHyun sama saja dengan membunuhnya secara perlahan.

Hit Me UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang