Prologue

823 67 7
                                    

Dalam keheningan malam, keduanya berdiri. Mematung, saling memaku tatapan satu sama lain dengan perasaan yang bahkan tidak bisa mereka jelaskan sendiri.

Namun keduanya tahu, saat-saat seperti ini pasti akan terjadi.

Si gadis dengan rambut panjang pirangnya yang dibiarkan tergerai membuang pistolnya begitu saja.

"Kali ini, akan kulakukan dengan sungguh-sungguh," katanya. Mata merahnya menatap dingin pemuda pemuda di hadapannya.

Pemuda itu tertegun mendengarnya. Lalu dalam sekejap, ia menyerengai. "Kali ini, tidak akan ada yang menghalangi kita."

"Hm."

Mata hijau zamrud itu berkilat mengerikan. Lalu dengan cepat ia menerjang ke arah si gadis dengan pisau lipat yang entah sejak kapan ada di tangannya. Ia mengarahkan tangannya ke leher gadis itu.

Namun dengan sigap, si mata merah menahan kedua tangan si pemuda. Pemuda itu tak kehabisan akal, ia memutar pisau di genggamannya ke arah pergelangan tangan si gadis yang terpaksa melepaskan melepaskan tangan itu. Sayangnya, ia sengaja melakukan itu agar si gadis lengah. Lalu, ia menendang si gadis yang untungnya bisa menahan tangkisan itu dengan kedua tangannya.

Pemuda itu terus memberikan serangan cepat pada si gadis yang bisa menangkisnya dengan tepat.

Memukul, menendang, bahkan ia berusaha melukai si gadis dengan pisau lipatnya.

Kau tidak bisa menghindar terus.

Mata hijau itu menatap nyalang gadis di depannya. Dengan cepat, ia berusaha memukul si gadis lalu mengarahkan pisaunya pada wajahnya. Ia berhasil menghindar. Namun, pipinya terluka.

Senyum kemenangan menghiasi wajah si pemuda. Kali ini, gadis itu sudah kewalahan. Napasnya terengah-engah dan gerakannya melambat.

Tentu saja, sehebat apapun, ia tetap perempuan. Batas nyata antara mereka berdua.

Lalu, saat pemuda itu mengarahkan pisaunya, si gadis kembali menghindar sambil berusaha memberi pukulan di wajahnya.

Dan keduanya terluka.

Jack dengan memar di pipinya yang ia yakin, giginya tumbal satu sekarang.

Dan Rose, dengan luka berdarah memanjang di lengannya. Lukanya tampaknya lebih parah. Darahnya menetes sepanjang lengannya dengan rasa perih yang menyebar.

Jack meludah lalu mengelap bibirnya kasar. "Pukulanmu semakin kuat ternyata."

Rose yang memegang lengannya yang terluka hanya terdiam.

"Bahkan di saat seperti ini pun, kau masih saja tenang," kata Jack entah mengejek atau memuji.

"Hm."

Lalu keduanya kembali menyerang.

============================

Halo~

Kembali lagi dengan saya di cerita Rose.

Saya nggak bisa cerita banyak soal Rose kali ini. Tebak-tebak aja sambil baca sinopsisnya. Yang jelas, ending dari cerita ini sudah saya tentukan.

Oke, tunggu chapter berikutnya.

Rosalyn : escapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang