JP 1 : I

96.7K 2.2K 29
                                    

HAPPY READING AND SORRY FOR TYPOSS

0000

You must understand the whole of life, not just one little part of it. That is why you must read, that is why you must look at the skies, that is why you must sing, and dance, and write poems, and suffer, and understanding, for all that is life. ~~ Jiddu Krishnamurti

Dan hidup gue kembali seperti sedia kala. Batin Grace menatap gantungan tulisan baru untuk dinding.

"Gantung yang kuat Grace! Terus jangan lupa kunci pintu dan berikan pada Bambang!"

Grace tersadar dan mengangguk cepat.

"Gue pulang duluan Grace." Pamit Susi dan menutup pintu kafe.

Grace mendesah berat sepeninggal manajernya, Kak Susi. Dengan cepat ia memasang gantungan tulisan dinding. Setelah dirasanya kuat dan rapi ia segera turun dari tangga dan mengembalikan tangga ke gudang kafe. Grace menuju loker nya, menukar seragam kerjanya dengan baju miliknya. Dengan malas disandangnya tote bag abu-abu miliknya, menutup pintu kafe dan menguncinya.

Grace berjalan menghampiri pria yang sedang merokok di atas motor tak jauh dari kafe.

"Nih Kak kuncinya, Grace pulang dulu." Pamit Grace memberikan kunci kafe pada Bambang yang memang memegang kunci kafe.

"Nggak mau Kakak antar Grace?" Tanya Bambang memberi tumpangan. "Kos kamu jauh kan?" Bambang menghidupkan mesin motornya menyusul Grace yang sudah berjalan meninggalkan nya.

Grace berhenti, memutar badannya mengarah Bambang. "Terimakasih tumpangan nya Kak, Tapi Grace bisa pulang sendiri. Grace pulang dulu." Ujar Grace berjalan cepat meninggalkan Bambang.

Grace benci ini. Ia sangat membenci perhatian yang Bambang berikan padanya. Andai saja Bambang bukan seniornya di tempat ia bekerja, Grace pasti sudah mengusirnya dari dulu.

Bambang masih menyamai kecepatan motornya dengan Grace. "Kakak antar ya? Sekali ini saja,,"

Grace masuk ke dalam oplet yang biasa ia naiki menuju rumahnya. "Daah kak." Grace melambaikan tangannya pada Bambang yang kini menatapnya kecewa. Tak ada alasan pasti kenapa Grace membencinya, ia hanya tak suka.

Grace turun dan membayar oplet yang mengantarkan nya ke rumah. Dengan gontai ia berjalan menuju gedung apartement yang tampak sudah tua. Grace menyapa Pak Amir yang sedang menonton pertandingan sepakbola di tv bututnya. Pak Amir adalah keamanan disini sekaligus pemilik gedung apartement 3 tingkat yang dihuni Grace dan penghuni lainnya.

Grace masuk kedalam lift yang kebetulan tak ada yang menggunakan. Pantas saja sepi, dari jam tangan lamanya ia tahu sekarang sudah jam setengah sebelas malam.

Baru saja pintu lift akan tertutup ketika sebuah tangan menahannya. Grace sempat ketakutan, terbayang adegan film hantu yang sering ia tonton.

"Eh tunggu!." Ucap sang pemilik tangan.

Grace segera menekan tombol untuk membuka pintu. Betapa menyesalnya ia ketika tahu siapa yang menahan pintu lift.

Seorang pria masuk kedalam lift sambil menjinjing kantong plastik yang penuh buku.

Kenapa harus orang ini sih! Grace membatin kesal.

"Thanks,," ujar pria itu menatap Grace. "Oh Grace, kalau gitu gue tarik ucapan terimakasih gue barusan." Pria itu menekan angka lantai tujuannya dan kembali memasang headphone nya. Seolah tak peduli dengan Grace yang satu lift dengannya.

Grace menatap benci pada Kevin. Benci sekali. Dan alasannya adalah,

"Jadi lo baru pulang?" Tanya Kevin meliriknya.

Bukan. Bukan ini. Tapi,

"Malam ini lo nggak laku? Kenapa? Karna bayaran lo terlalu tinggi?" Kevin tertawa kecil.

Ini. Ini nih. Grace benci sekali mulut kasar tak berperasaan milik Kevin.

Grace diam tak peduli tetap memandang lurus ke pintu lift. Berharap pintu lift cepat terbuka, ia benar-benar tak tahan mendengar suara pria itu.

"Harga lo nggak sesuai dengan gaya pakaian lo. Mestinya lo pakai baju seksi, biar om-om itu ngelirik lo." Kevin menatap Grace dari bawah hingga atas. "Tapi, gue nggak tahu juga sih, siapa tahu dibalik baju lo itu emang mahal."

Ting.

Grace segera keluar dari lift menuju apartementnya. Ia berjalan cepat karna menyadari langkah kaki lebar dibelakang nya.

Sesampainya di pintu apartement nya, Grace mengambil kunci dan memasukkan kunci terburu-buru hingga kuncinya sempat terjatuh. Dengan cepat ia ambil.

"Kenapa lo? Ngerasa gue ngikutin? Lo lupa kalau gue tinggal di samping lo?"

Karna lo tinggal di samping gue itu makin buat gue takut. Grace membatin sambil terus berusaha membuka pintu yang terkadang macet. Besok ia harus membeli kunci baru.

Click. Pintu Grace berhasil terbuka, ia segera masuk dan menutup pintu kembali. Tak lupa mengunci.

Grace bernafas lega. Tadi itu adalah hal yang selalu ia hindari. Bertemu tetangganya. Kevin.

Ia tak tahu kenapa Kevin begitu membenci nya hingga selalu mengganggunya.

Grace melepas sepatu kets nya, berjalan lesu menuju kamarnya. Grace langsung menghempaskan tubuhnya di kasur nya. Menatap langit-langit kamarnya, menghela nafas.

Inilah hidupnya. Sebatang kara sepeninggal orang tuanya dua tahun lalu di sebuah kecelakaan mobil. Hidupnya benar-benar berubah total. Hanya tersisa apartement tua ini dari peninggalan orangtuanya. Harta benda yang lain dibawa kabur pengacara ayahnya. Menyisakan apartement kumuh yang surat kepemilikannya ia pegang sendiri atas nama dirinya.

Bukan cuma keadaan ekonomi nya yang berubah. Tapi teman-teman nya yang mengaku sebagai sahabatnya.

Grace menggeram mengingat orang itu. Orang yang meninggalkan nya ketika ia terpuruk.

Kuliahnya pun terpaksa terhenti. Padahal ia mencintai kuliah nya sangat.

Tetapi dua tahun sudah berlalu. Grace bisa menghadapi cobaan hidupnya seorang diri.

Ia sudah terbiasa kerja part-time sana sini demi impian nya. Kembali kuliah. Ia juga sudah terbiasa mengahadapi tetangganya yang menyebalkan karna selalu mengganggunya, mengatakan yang tidak-tidak.

Grace memeluk bantal guling kesayangannya yang sudah lusuh. Membenamkan kepalanya ke bantal.

"Grace kangen ayah dan ibu." Grace menggigit bibir bawahnya. Tidak. Grace tidak boleh menangis. Biarkan ayah ibunya hidup dengan tenang di atas sana.

Grace harus berjuang seorang diri demi hidupnya sendiri.

Jam 12 malam Grace sudah terlelap dengan pakaian yang belum terganti dengan bantal yang sedikit basah karna airmata nya. Grace benar-benar terlelap dan mendengkur halus karna kecapaian.

Di dinding sebelah, sang penghuni tersenyum melanjutkan kerjaannya didepan komputer setelah mendengar suara dengkuran halus tetangganya.

0000

Typo?

Ugh diperbaiki setelah cerita ini endddddsss

Voment ya! Jumpa minggu depan!

Huamm

Jangan lupa sikat gigi sebelum tidur ya, oh trus cuci tangan dan kaki juga.

Job PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang