1

13.8K 267 1
                                    

Aku terbangun di sepertiga malam yang sunyi dan sepi, entah sudah keberapa kali mata ini terjaga, dan lagi-lagi aku bangun dengan terpaksa. Tanpa sengaja aku melihat handphone- ku yang tergeletak diatas nakas, tanpa minat aku mulai mengambilnya, mengutak-ngutik demi menghilangkan rasa bosan yang terus mengganjal. Hingga tanpa sengaja, aku melihat foto keluargaku. Iya, ada ayahku, ibuku, dan aku. Kami sedang tersenyum seakan tak ada sedikitpun beban yang mengganjal di pundak kami. Foto lama yang tak pernah lelah untuk aku pandangi dan resapi. Aku merindukan keduanya, merindukan keluarga ku, merindukan kehidupan ku yang selalu baik-baik saja, sebelum bencana itu datang bagaikan rantai kesialan. Rasanya baru kemarin foto itu diambil, tapi kini semuanya telah menghilang. Entah aku yang tidak sadarkan diri atau waktu memang berjalan terlalu cepat? Entahlah, bahkan setiap pertanyaan kadang tak diperlukan jawaban. Aku sudah tidak ingin bersedih lagi, aku selalu berusaha kuat, bahwa kenyataannya aku tak sekuat yang orang lain pikirkan. aku tersenyum bahkan saat orang-orang melihat hidupku terasa miris. Tanpa mereka sadari, bahwa sebenarnya air mataku sudah cukup habis hanya karena ini.

Waktu kini sudah menunjukkan pukul lima pagi, tanpa semangat aku mulai meninggalkan kasur yang rasanya tidak ingin untuk ditinggalkan. Aku segera bergegas karena jam setengah tujuh nanti sepertinya akan ada jadwal mata kuliah, apa itu cuma perasaanku saja? Ah, yang penting aku bersiap-siap dulu. Setelah selesai aku mulai mengecek jadwal kuliahku hari ini, dan benar saja ternyata jam setengah tujuh akan ada mata pelajaran Pak Sasono, aneh kan namanya? Jika dipanggil Pak Saso rasanya tidak enak, dipanggil Pak Sono, juga rasanya lebih tidak enak. Memang serba salah, hingga memasuki kelasnya juga terasa salah.

"Oi, masih pagi udah bengong aja" Sapaan Nadine seakan menyadarkanku kembali ke dunia nyata, dan aku hanya memutarkan mataku sebagai respon bahwa aku sedang tidak mood untuk menanggapinya

"Oh, C'mon. Jangan ditekuk gitu dong Pak Sasono kan lagi nggak masuk kelas hari ini" Tanggapan Nadine yang seperti ini nih, yang harus direspons dengan serius

"Beneran? Tau gitu gue pulang teru lanjut tidur" Tanpa menunggu balasan Nadine aku berbalik arah dan sudah merencakan bahwa aku akan tidur seharian ini, selain tidak ada jadwal kuliah lagi, sekarang aku juga tidak ada kegiatan di luar kampus, aku lebih baik memilih pulang ke rumah, sekalipun rumah sudah tidak sehangat dulu, semuanya hilang beserta dengan bayangan orang-orang yang aku sayangi. Hingga tiba-tiba...

"Lo gabisa balik, Moli" Ucapan Nadine spontan membuatku berhenti dan jidatku mulai berkedut bingung

"Iya karena tetap ada dosen pengganti, jadi, ayo kita ke kelas" Nadine menarik tanganku untuk menuju ke kelas, tapi entah kenapa rasanya badanku selalu mengarah untuk pulang. Aku ingin tidur hingga selama Nadine menarikku mataku sungguh terasa berat. Sialan, ini pasti karena efek aku bangun dini hari dan merenung tak karuan. Aku masuk kelas dan menyadari bahwa sepertinya ada yang aneh dengan pemandangan di kelas, hmm... kenapa aku merasa banyak mahasiswa yang hadir? Bahkan kursi depan juga sudah terisi semua, tidak biasanya... Mungkin kalau saja Pak Sasono tidak berhalangan hadir, ia pasti akan senang melihat jumlah kursi yang hampir terisi semua. Yah, karena sudah hampir terisi jadi aku dan Nadine terpaksa menempati tempat paling belakang. Toh, aku juga tak peduli karena hari ini aku berencana untuk tidur. Aku menyenderkan kepalaku diatas meja, rasanya tidak butuh waktu lama untuk segera memasuki alam mimpi, aku segera memejamkan mataku dan kudengar suara kelas yang terdengar gaduh, entahlah sepertinya guru pengganti itu sudah masuk...

"Untuk sementara waktu saya akan menggantikan Pak Sasono dalam mata pelajarannya" Yap, benarkan dugaanku, ucapku dalam hati

"Perkenalkan nama saya-" Dan tiba-tiba saja semuanya terasa sunyi.


My Dosen My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang