Justin mengangkat sebelah alisnya saat Nicole merengut. Dengan wajah tak rela, Nicole bangkit dari sisi kasur Leander dan menutup pintu kamar putranya itu dari luar. "Kenapa Wero menyuruhmu pulang tadi malam?" tanya Nicole sambil menuruni tangga.

"Dia ingin membicarakan sesuatu." Justin masih belum mengatakan keadaan Leander pada Nicole. Dia tidak ingin istrinya itu khawatir, atau bahkan sedih atas perubahan putra mereka.

"Membicarakan apa?"

"Well, sebenarnya bukan sesuatu yang penting." Justin bahkan tidak yakin harus berbohong pada Nicole.

"Lalu kenapa kau langsung pulang?"

"Itu hanya masalah rumah pohon. Wero merasa ada seseorang yang mampir ke sana. Vampir lain maksudku."

Nicole berhenti melangkah, dan dia menahan lengan Justin saat laki-laki itu hendak berlalu menuju ruang makan. "Wero tidak ke hutan tadi malam. Dia sendiri yang bilang padaku sehingga aku meminta dia mengawasi rumah."

Justin sukses terdiam. Dia menatap mata Nicole, dan gadis itu balas menatapnya. Jelas menunggu jawabannya.

"Kau menyembunyikan sesuatu dariku."

Justin mendengus. Berusaha santai. "Apa kau sudah berubah jadi cenayang?" Dia melepaskan tangan Nicole dari lengannya lalu mengusap puncak kepala gadis itu sambil lalu. "Aku lapar."

oOoOoOoOo

Di penghujung sore, akhirnya Leander keluar dari kamarnya. Memakan masakan Nicole dengan rakus, sehingga membuat ibunya itu tersenyum lebar. Leander tahu Nicole bertanya-tanya, namun dia tidak mengatakan apa-apa. Berpura-pura tuli tentang hal yang berkelebat di pikiran ibunya itu. Bagaimanapun, wajahnya tidak seperti orang yang sudah tidur seharian. Yeah, memang faktanya dia tidak tidur. Hanya berguling-guling tidak jelas di kasurnya, lalu browsing tanpa tujuan. Semua itu karena matanya yang terus berubah-ubah.

"Kau tidak ada masalah di kampus, kan?" tanya Nicole hati-hati.

Leander meneguk minumnya, lalu menggeleng. "Tidak."

"Apa yang terjadi malam tadi? Kenapa ayahmu mendadak pulang?"

"Bukan sesuatu yang penting."

Nicole memutar bola matanya. "Bahkan jawaban kalian berdua persis sama," keluh Nicole. "Kalian berdua bisa telepati?"

Leander tersenyum kecil. Dia memperhatikan Nicole yang mulai membersihkan meja makan, dan ibunya itu pun segera mencuci piring-piring kotor. Haruskah dia memberitahu Nicole? Bagaimanapun, perubahannya ini pasti. Dan sebaiknya dia mempersiapkan ibunya itu, bukan? "Mom," panggil Leander.

Nicole menoleh dari balik bahunya. "Kenapa?"

"Aku ingin mengatakan sesuatu," Leander berhenti bicara. Bimbang.

Nicole mematikan keran air, lalu memutar tubuh seutuhnya sehingga dia sudah berhadapan dengan Leander walaupun terbentang jarak di antara mereka. "Tentang?"

Tepat saat Leander akan membuka mulutnya ponselnya berbunyi. Nama Felicia terpampang di layar. Leander melirik Nicole yang tengah menunggu penjelasannya. "Tidak jadi," ujar Leander cepat, lalu meninggalkan ruang makan, menuju halaman belakang rumah.

"Halo, Felice," sapa Leander setelah dia duduk di kursi santai di dekat kolam renang. Well, dia berada di belakang rumah Wero.

"Kau sakit?" tanya Felicia langsung.

"Aku baik-baik saja," jawab Leander.

"Lalu kenapa kau tidak masuk? Seharian."

"Terjadi sesuatu, jadi aku tidak bisa masuk."

LEANDERWhere stories live. Discover now