Prolog

942 67 9
                                        

PROLOG

Saat matahari tenggelam, hari menggelap. Saat matahari terbit, hari baru dimulai.

"Summer, Rossie, Brighton!!!" Seorang wanita berambut pirang dan bertubuh tinggi memanggil ketiga anaknya.

"Cepat anak anak! Kalau kalian mau diantar kakek kalian!!" teriak wanita itu lagi sambil melihat seorang pria yang duduk di meja makan sambil membaca koran.

"Mereka tidak akan bergegas walau kau bilang begitu, April!" ucap pria itu.

"Berpikir positiflah, dad!" Wanita bernama April itu menjawab.

"Baiklah. Kau ibunya." jawab pria ituㅡWarren.

"Sarapannya apa?" tanya perempuan berambut coklat dengan malas sambil duduk di kursi dekat Warren.

"Inikah anakmu? Apa mereka menyatu menjadi satu sampai sebesar ini?" Warren terkekeh.

"Hahah..." balas April. April melihat kearah tangga. Ketiga belum turun dari kamarnya.

"Panggil saja pakai jurus! Mungkin mereka mau turun." usul Laviniaㅡperempuan berambut coklatㅡsembarangan sambil memakan roti panggang buatan April tanpa selai atau apapun, hanya roti saja.

April menarik nafas. Dan menghembuskannya perlahan. Lalu... "Summer, Rosalind, Brighton Connors, turun sekarang atau kalian sekolah di asrama!!!"teriak April keras, sampai ke-2 saudara tirinya yang kembar fraternal (yang bernama Conchita, tapi sering dipanggil Cady, dan Daniel) keluar dari kamar mereka masing masing, masih dengan rasa malas.

Warren melihat anak pertamanya itu. Dan terkekeh, lalu lanjut meminum kopinya. "Tetap tidak berhasil rupanya." gumam Warren pelan.

Terdengar suara kaki berlari dari lantai atas. Dan 3 anak berambut pirang dengan umur yang masing masing berselisih 2 tahun dengan wajah memelas melihat April.

"Baiklah. Kalian masih sekolah di Wilson Middle School dan Badger Elementary School. Cepat sarapan dan pergi sekolah sebelum kutelpon pihak sekolah asrama." jelas April yang setiap katanya masih mengandung ancaman. Hingga ketiga anak itu terus dirundung ketakutan sekolah asrama, yang sebenarnya tidak perlu ditakutkan.

Summer, Rossie, dan Brighton duduk di kursi mereka selalu duduki saat makan. Kurang dari 10 menit kemudian, mereka selesai sarapan dan Warren menyiapkan mobilnya untuk mengantar kedua cucu dan anak kembarnya itu.

Brighton tidak ada hentinya melihat ibunya, April, sampai ibunya itu kebingungan. Tapi April hanya membiarkannya, Brighton anak yang paling kecil dan paling tidak diperkirakan. Jadi dia mungkin hanya takut masuk asrama, pikir April.

"Kau ini kenapa, Bright?" tanya Summer bingung melihat adiknya itu terus menggidikan tubuhnya dan melirik sana sini dengan mata coklat gelapnya itu. Brighton, dan kakaknya hanya mirip dari rambut pirangnya saja. Rosalind (Rossie), bermata hazel, dan Summer bermata biru, seperti ibunya. Dan dari yang diingat Summer, ayahnya punya mata bewarna coklat di kiri dan hazel di kanan, Heterochromia Iridium. Jadi mereka sedikit berbeda satu sama lain.

"Jadi, bagaimana menurut kalian?" tanya Warren pada ketiga cucunya itu saat mereka semua sudah masuk kedalam mobil lamanya itu.

"Apa?" tanya Rossie.

"Sekolah asrama." jawab Warren seolah tidak terjadi apa apa, tapi bagi ke-3 bersaudara itu. Kedua kata itu kedengaran seperti pertumpahan darah. Summer dan Rossie memang pernah menonton film Action seperti Battle: Los Angeles dan The Walking Dead, walau tidak pernah betul betul menontonnya, karena mereka terlalu takut melihatnya.

"Bagaimana?" tanya Daniel yang duduk disebelah ayahnya dan semakin membuat ketiga adik tirinya itu paranoid.

Summer, Rossie, dan Brighton melirik satu sama lain sambil berdoa agar tidak masuk asrama. Walau ibunya sebenarnya hanya mengatakan itu untuk ancaman.

The Darkest DaysWhere stories live. Discover now