Test Psikopat [[chapter V]]

10.6K 495 72
                                    

Pada suatu malam, istri ku di serang oleh seorang perampok, ketika aku sedang dalam perjalanan pulang sehabis lelah bekerja. Isrti ku menusuk si perampok dengan pisau yang dia bawa, lalu membunuh nya.

Setelah menyelidiki kasus penusukan itu, polisi menyatakan bahwa hal tersebut merupakan perlindungan diri yg di lakukan istri ku.

Sewaktu aku memjemput nya di kantor polisi. Dia berkata "ketika aku mendengar bel pintu berbunyi, ku kira itu kamu, tapi ternyata perampok bertopeng yg langsung masuk segera setelah aku membuka pintu.

Sambil memeluk nya erat, aku bergumam. "Kau pasti sangat ketakutan, tenanglah.. paling tidak sekarang kau aman."

#####################

"Aku hanya bisa menangkap seorang suami yg sangat menyayangi istri nya, yg baru saja mengalami kejadian buruk." Agus menyampaikan pendapat nya.

"Menurut ku ada yang aneh." Kelvin bergumam.
"Ada yqng janggal di bagian perkataan si istri. Aku menyimpulkan bahwa si suaminya itu lah sebener nya ingin di bunuh oleh si istri."

"Ehh.. kenapa.?!' Agus tidak mengerti.

"Kalau kau mendengar nya baik-baik kejanggalan cerita ini termasuk mudah di tebak." Rima yang sejak tadi diam ikut berkomentar.

"Pertama, dikatakan kalau si istri menusuk perampok dengan pisau yg di bawa nya. Untuk apa si istri bawa² pisau, padahal di cerita itu tidak di jelas kan kalau dia sedang memasak atau melakukan suatu kegiatan yg memerlukan pisau, seperti mengupas apel misal nya."

"Kedua, adalah dari perkataan si istri dia berkata. " ketika aku mendengar bel pintu berbunyi, ku kira itu kamu." Kalimat ini bearti si istri semenjak awal sudah menunggu kepulangan si suami untuk membunuh nya.

"Haaa... rasa nya tidak seru cerita yang aku bacakan, mudah di tebak seperti ini." Wilis menggerutu. Namun pandangan mata nya tetap intens menatap pemandangan langka di depan nya.

"Aku tidak percaya penjelasan nya akan jadi seperti itu." Guman agus yang jg melihat ke arah pandangan yg di tatap oleh wilis.

"Karna jawaban ku benar, berarti skor ku sekarang sama dengan Alfi." Kelvin merasa senang, ia tersenyum tipis.
Tidak terlalu di perdulikan nya sosok gadis yang merasa risih karena tangan kanan nya di genggam terus oleh Fahri sejak tadi.

"Ri"

"Ya"

"Lepaskan tangan mu."

"Jangan harap Al, kalau ku lepaskan , kau pasti berniat untuk melarikan diri kan." Fahri melirik sinis. Sementara Alfi mati kutu karna rencana nya terbaca jelas.

"Kau nikmati saja permainan nya sambil aku menggenggam tangan mu, tidak masalah kan.?" " tentu saja masalah. " Alfi protes. "Kau tidak lihat mereka berdua.?"

Jari telunjuk si Alfi menunjuk emosi sosok wilis & agus yg duduk di hadapan nya. "Dari tadi mereka tersenyum aneh karena melihat ini brengsek!"

Wilis yg merasa kasihan pada Alfi, akhir nya mengambil sebuah keputusan.

"Baiklah, karena waktu istirahat sebentar lagi akan habis, bagaimana kalau kita lanjutkan saja permainan nya nanti malam di rumah ku."

"Ehh.. di rumah mu.?" Agus sedikit terkejut.

"Yap, besok hari libur, aku mengundang kalian semua menginap di rumah ku.-"
Wilis mendadak terdiam sewaktu ia mengingat Sebuah hal penting.

"Ah.. aku lupa kalau nanti malam teman² kakak ku akan datang untuk menginap. Kalau ada mereka pasti permainan nya tidak menyenangkan."

"Kalau begitu kalian semua boleh menginap di rumah ku, kedua orang tua ku sedang dalam perjalanan bisnis. Di rumah ku hanya ada kakak ku. Dia pasti tidak keberatan."

Fahri memberikan solusi membuat semua yang mendengar nya meragukan indra pendengaran masing².

"Kau serius mengundang kami semua Fahri.?" Tanya wilis memastikan.
"Ya, jam tujuh malam berkumpulah di rumah ku." Bales nya datar.

"Al-ayo kau harus membayar atas tindakan mu pada ku." Fahri bangkit berdiri lalu menarik paksa Alfi untuk ikut bersama nya.

"Kuatkan hati mu al." batin Rima, wilis dan Agus bersamaan. Sedang kan Kelvin, ia menghela nafas kecewa karna jalan permainan harus ditunda.

.

.

.

Tbc
Sampe jumpa di chap depan. ^**/

Test Psychology PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang