part 2

7.8K 49 0
                                    

Lila melemparkan kresek putih itu pada Putri yang sigap menerimanya meski dengan melotot ganas melihat tingkah bar bar teman dekatnya tersebut.

" obatin!" suruh Lila sambil duduk disebelah Rafsa. Putri bersungut sungut sambil mengobati Rafsa.

" thanks pertolongan elo!" gumam Lila sambil memperhatikan wajah Rafsa yang bonyok parah. Rafsa meringis. Lila mengambil alih kassa ditangan Putri dan menggantikan Putri mengobati Rafsa.

" yang!" panggil seseorang. Ketiganya serempak menoleh kesumber suara. Sosok yang menghampiri mereka membuat Rafsa mengernyit heran. Sosok tersebut berhenti didepan ketiganya dengan wajah khawatir, menjitak kepala Lila dengan sukarela.

" sakit tauuu!!" gerutu Lila.

" fix.. gue mulai jadi obat nyamuk bakar!" gumam Putri. Lila dan Sosok itu menoleh dan memutar bola matanya malas.

" kalian berantem lagi?" Tanya sosok itu mengintograsi.

" Lawannya ngga papakan?" tanyanya khawatir membuat Lila dan Putri mendengus malas.

" HELL NOOO!!! Rafsa yang berantem!" ucap Lila. sosok itu menoleh menatap Rafsa dan menampilkan raut menyesal yang sangat.

" sory ya, Sa.. karena Lila elo jadi begini!!" sesal sosok itu.

" nope.. ini salah gue kok yang mikirnya Lila lemah jadinya gue nolongin tapi malah jadi kebalikannya. Lila bisa nanganin sendiri kok!!" ucap Rafsa meringis.

" Bii.. Derian mana sih?" Tanya Putri. Sosok yang bernama Robbi itu menatap Putri.

" di tangga tuh.. godain cewek!" jawab Robbi nyengir. putri melotot mendengarnya lalu dia bangun.

" gue cabut! Bye!" pamitnya. Lila dan robbi saling pandang lalu terkekeh dan tos.

" emm.. kalian saling kenal?" Tanya Rafsa. lila dan robbi menoleh lalu mengangguk.

" iya.. gadis nakal ini tunangan gue.." ucap Robbi dengan pandangan berbinar cinta. Lila tertawa. Pipinya bersemu. Rafsa merasa dunianya berputar cepat dan jantungnya berdegub menyakitkan hingga membuatnya tanpa sadar meringis sakit. Membuat Lila dan Robbi mengernyit.

" kalian? Sejak kapan?" tanyanya terbata mencoba menghalau rasa sesak yang mendadak terasa.

" sekitar setahunan sih mas!" ringis Lila bersalah saat melihat wajah rafsa muram. Namun sesaat wajahnya berubah cerah membuat rasa bersalah dalam diri Lila kian terasa.

" selamat ya!" ucap Rafsa dengan senyum yang dicoba setulus mungkin. Robbi tersenyum kecil sambil melirik Lila tajam membuat Lila meringis.

" oke.. kalau gitu gue dan Lila pamit Sa. Thanks sekali lagi!" ucap Robbi. lila berdiri. Menyerahkan kantung kresek pada Rafsa.

" thanks mas. Nanti lo obatin lagi sampai rumah. Bye!" pamit Lila. pasangan itu berlalu dari hadapan Rafsa. Rafsa menatap nanar dua insan yang melangkah menjauh dari hadapannya dengan Robbi yang memeluk pinggang Lila posesif. Rafsa menatap kantung kosong kresek ditangannya dengan senyum sakit di bibirnya. heh menyedihkan.. bisiknya dalam hati

" gue terlambat!" sinisnya pda diri sendiri. Dia tertawa miris dan satu persatu cairan bening menetes di pipinya, yang bahkan tidak mampu meredakan sesak yang datang padanya.

" SAA!" panggilan itu membuat Rafsa menetralkan wajahnya dan menghapus airmatanya. Rafsa mendongak, menatap datar sosok yang kini berdiri di depannya.

" elo kenapa? Kenapa wajah lo bonyok gini?" Tanya sosok itu, berniat menyentuh luka itu namun Rafsa lebih dulu menepisnya. sosok itu menatap tangan yang ditepis barusan dengan terluka.

BAHAGIA ITU SEDERHANA :) ( end )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang