Prolog

264K 8.7K 70
                                    

Haiii...

Bagian prolognya bakal aku edit, sekalian sama chapter-chapter awal, karena aku rasa nggak sinkron sama alur chapter delapan sampai seterusnya. Jadi prolog yang kalian baca ini nanti bakal mengalami penyesuaian. Tapi editing/revisi keseluruhan nanti saja setelah cerita ini ending, biar lebih smooth alurnya.

Semoga cepat kelar juga :D

Buat yang baru baca, selamat membaca. Dan buat yang udah baca, terimakasih!

_________________________________________________________________________________

Prolog

Seanna sudah merencanakan semua ini. Menghilang sejenak dari segala urusan tentang Ervan dan Dinda.

Mengapa bukan dia? mengapa Ervan harus memilih Dinda? Apa kurangnya dirinya dibandingkan perempuan itu? Tidakkah Ervan melihat dengan mata batinnya bahwa dialah perempuan yang paling pantas untuknya? Menunggu bertahun-tahun sampai hatinya terbuka dan menerimanya tidak lagi sebagai pengagum rahasia?

Patah hati. Perasaan itulah yang dirasakannya sekarang.

Patah hati memang menyakitkan.

Tapi apakah patah hati memang harus sesakit ini?

"Martini. Tambah lagi," ucapnya.

***

Pandangan Arland tidak pernah lepas dari sosok gadis yang sedang meminum gelas kelima Martini. Di atas bar stool, tubuhnya terlihat mulai goyah, hampir kehilangan keseimbangan.

Gadis yang sama yang ditemuinya pertamakali di lobi hotel saat mereka berpapasan di dekat pintu. Dress putihnya di pertemuan pertama telah berganti penampilan yang sedikit lebih berani. Tank top keemasan dan jins. Aura manis berganti aura seksi. Dua-duanya sama memikat.

"Bisa jalan?"

Gadis itu menggeleng. Arland kini sedang memapahnya keluar dari club. Menyetop taksi yang mengantarkan mereka ke hotel tempat Arland menginap.

"Ervaaan. Kenapa kamu ninggalin akuuu..."

Cegukan diselingi tawa dan tangis mengindikasikan gadis itu sudah benar-benar mabuk. Arland menunggu sampai gadis itu memintanya memapah untuk memuntahkan semua alkohol yang terlanjur masuk ke perutnya ke dalam wastafel.

Tapi gadis itu hanya melingkarkan lengannya dan tanpa permisi mengecup bibirnya.

"Aku cinta sama kamu, tapi kenapa aku nggak bisa memiliki kamu?"

***

Dengan gerak cepat, Arland mengambil tas kecil milik gadis itu. Mengeluarkan dompet untuk mengetahui identitasnya.

"Seanna Ardelia. 27 tahun. Jakarta."

***

Tadinya gadis itu tertidur begitu pulas. Nafasnya teratur, tidak seperti dua jam yang lalu. Saat mereka bercumbu. Gadis itu di luar kesadaran, dan dirinya dalam keadaan sadar sepenuhnya. Entah siapa yang sebetulnya mengambil keuntungan dari "kecelakaan" itu.

Mungkin memang dialah yang paling beruntung dalam hal ini.

Pelan-pelan Arland merapikan selimut yang dipakai gadis itu saat tubuhnya mulai menunjukkan gerakan menggeliat.

"Di mana aku?"

"Ssh. Tidurlah. You're safe here." Arland, dengan suara setengah berbisik menenangkan.

Kepala gadis itu bergerak, mengikuti pergerakan kedua matanya yang mulai terbuka dengan pandangan sayu. Beberapa detik, keningnya mengerut. Matanya menyipit, seolah pikirannya yang semalam mengelana entah ke mana kini telah kembali ke asalnya.

"Ini... bukan kamarku."

Meskipun gadis itu terlihat menahan sakit di kepala, dia tetap memaksakan untuk duduk.

"Semalam kamu minum lumayan banyak. Aku bawa kamu ke sini karena aku nggak tau kamu nginap di mana."

Pandangan gadis itu terhenti pada tubuhnya yang ditutupi selimut. Dia terdiam sesaat. Berpikir dalam keadaan hangover memang bukan hal mudah.

"Kamu ngejebak aku kan?"

Arland belum sempat menjawab dan lekas berdiri ketika sebuah bantal melayang ke arahnya.

"Jawaab!"

"Nggak seperti yang kamu kira."

"Nggak seperti yang kamu kira, gimana? Kamu ngejebak aku! Dasar penjahat kelamin!"

Satu bantal lagi melayang.

"Aku benci sama kamu!"

Suara teriakan berganti tangisan mulai terdengar.

"Jangan mendekat!" bentakan di sela suara isak tangis memaksa Arland mundur beberapa langkah ketika mencoba mendekat.

"Aku bisa jelasin."

"Nggak perlu! Aku harap ini terakhir kali kita ketemu. Dan jangan pernah berpikir aku akan nyari kamu untuk minta pertanggungjawaban."


_______________________________________________________________________________


Marriage With Benefits (Terbit Namina Books)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang