Dominick bergegas pulang ke apartemennya yang tidak terlalu jauh dari kantor.
Tadi sahabat lamanya, Lory menelepon bahwa anak gadisnya sudah sampai dan menunggu di depan apartemen.Dominick masih ingat betul dulu anak kecil yang sangat imut dan menyenangkan, dan menggemaskan juga. Itulah alasan kenapa ia mau di titipkan anak gadis Lory yang jauh lebih muda dibandingkan dirinya. Dominick berpikir mungkin gadis itu 'menyenangkan'.
Dominick menaiki lift dan menekan angka 20, tidak berapa lama, lift terbuka kembali.
Melangkah menuju apartemen, dan di sana ia melihat seorang gadis kecil yang menendang-nendang pintu sambil menundukkan kepala.Dominick mendekat dan berdeham. Gadis itu membalikkan badannya. Wajahnya penuh kekesalan. Yah, mungkin karena menunggu terlalu lama.
Cantik. Itu penilaian pertama setelah melihat gadis mungil itu.
"Kenapa lama sekali, sih?" Gadis itu menyilangkan tangannya di dadanya dengan raut wajah yang cemburu.
Cerewet. Penilaian kedua dari Dominick.
Dominick menaikkan sebelah alisnya dan mendorong pelan agar bergeser, lalu membuka pintu lebar-lebar. Dominick mendengar gadis itu menggerutu pelan.
"Kenapa diam saja, kamu tak ingin masuk?" Tanya Dominick ketus karena gadis yang tidak ramah itu.
Gadis itu mengarahkan pandangannya pada tiga koper miliknya.
"Bawakan koperku!" ketusnya dan masuk ke dalam apartemen meninggalkan Dominick yang ternganga melihat kelakuannya.
Dalam hati Dominick menghapus pemikirannya tadi, termasuk kata 'menyenangkan'.
Dia gadis kecil menyebalkan! Geram Dominick dalam hati.
Dominick menggeret koper gadis itu dan menutup pintu. Menggeret dua koper dulu dan membawanya menuju kamar tamu. Karena apartemennya hanya punya 3 kamar. Kamar utama yang ia tempati, kamar tamu, dan satu kamar ia jadikan sebagai ruang kerjanya.
Dominick membuka kamar tamu tapi tak melihat gadis itu. Dominick curiga, jangan-jangan ia menyelinap kekamarnya.
Kalau ke kamar tamu ia tak masalah. Tapi, kalau ke kamarnya, tidak bisa!. Belum pernah ada orang lain masuk ke kamarnya selain dirinya. Kamarnya benar-benar privasi dan ia tidak suka jika ada orang asing yang masuk ke kamarnya, tanpa izin pula.
Dominick membuka pintu kamarnya. Benar saja, gadis itu sudah tidur terlentang di ranjangnya. Dominick meletakkan kopernya yang tanpa sadar sedari tadi ia pegang.
Dominick mendekat, melihat gadis itu berkeringat. Lalu tanpa sadar menghidupkan pendingin dan menyeka keringatnya.
Hmm, kalau tidur begini, dia tampak lebih cantik, polos, dan__ eh, tunggu. Apa yang kupikirkan? Dia tetap gadis menyebalkan. Dominick mulai berperang dengan pikirannya.
Karena tidak tega membangunkannya, ia membiarkan dia tidur di ranjangnya. Lelaki itu sedikit heran kenapa gadis itu bisa tidur dalam waktu beberapa menit saja.
Dominick keluar dari kamar untuk mengambil 1 koper Devany yang masih di dekat pintu lalu membawa koper iti ke kamar.
Dominick tiba-tiba mematung.
Kenapa aku bawa ke kamarku ya? Ah, sudahlah. Nanti di pindahkan lagi. Dominick menggeleng dan mengangkat bahunya lalu keluar dari kamar. Namun sebelum keluar, ia menyelimuti gadis kecil itu dan berjalan ke ruang kerja dan tenggelam dengan proposal di atas meja.•°°°•
Devany mengerjabkan kedua matanya dan melihat sekeliling. Kamarnya sangat asing, tapi ia menyukai kamar ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Girl [Republish]
RomanceIni benar-benar gila. Bagaimana tidak? Aku di perbudak gadis remaja labil yang keras kepalanya sejagat raya. Dan anehnya, aku mau saja menuruti semua kemauannya. Ini bukan diriku yang kukenal. Gadis yang sangat menyebalkan, tapi mampu membuatku lulu...