LOVE AND RELATIONSHIPS ARE INDESCRIBABLE

34K 3.3K 124
                                    

####

"Kamu tidak adil, Amia. Aku harus punya kesempatan yang sama dengan yang lain." Gavin telanjur menandai hari itu dan akan izin setengah hari.

"Terserah."

"Jadi kamu setuju? Aku jemput kamu di rumahmu?" Punggungnya kembali tegak.

"Maksud saya, terserah apa pandangan Bapak mengenai keadilan dan kesempatan." Amia tidak mengerti kenapa Gavin sembarangan menyimpulkan.

"Dalam pandanganku, aku boleh menemanimu ke rumah sakit nanti."

"Saya pergi sama Adrien." Amia beralasan.

"Tidak mungkin. Adrien cuti dan ke luar kota." Yang diketahui Gavin, Adrien mengunjungi rumah mertuanya. Artinya, ini adalah kesempatannya untuk mengenal Amia tanpa harus bersitegang dengan kakaknya. Tidak akan dia sia-siakan.

"Ya ampun." Amia tidak tahu lagi harus bilang apa.

***

"Kenapa tiap lihat HP mukamu kusut gitu?" Vara menoleh ke arah Amia yang duduk di sampingnya.

"Gavin ... suka nelpon dan WhatsApp." Ragu-ragu Amia memberi tahu sahabatnya.

Tidak ada tanggapan apa-apa yang didapat Amia.

"Kok kamu nggak kaget sih?" Amia menoleh ke arah Vara.

"Amia, kamu pikir Pak Gavin tahu nomor HP kamu dari siapa?"

"Dari siapa?" Amia membeo.

"Sekretarisnya."

"Kenapa Kak Alin punya nomor HP-ku?" Sebelum ini Amia tidak pernah berurusan secara pribadi dengan sekretaris atasannya. Kalau ada urusan pekerjaan, mereka memakai telepon kantor.

"Nanya aku waktu kamu nggak masuk dulu."

"Kok kamu nggak bilang aku sih, Var?" Jadi Vara terlibat dalam hal ini?

"Kamu bukannya nanya sama Pak Gavin dulu?"

"Apa kata Kak Alin?" Salah Amia juga. Dia sama sekali tidak menanyai Gavin dari mana dia mendapat nomor ponselnya.

"Kak Alin nanya aja apa kamu sakitnya parah banget, sampe Pak Gavin minta nomer HP-mu. Aku hampir kelepasan bilang kalau kalian pacaran." Vara tertawa.

"Kami nggak pacaran!" Amia menegaskan. "Kenapa Gavin itu bego amat? Minta sama Adrien, kan, bisa. Kenapa harus sama orang kantor?"

"Adrien? Pak Gavin kenal sama dia?" Akhirnya Vara kaget juga.

"Kenal. Dia sama Gavin berteman di Amerika sana."

"Jadi kamu manggilnya Gavin selama ini?" Vara terkikik geli.

"Ya nggaklah." Meskipun Gavin menyuruhnya membuang kata 'bapak', Amia tidak bisa melakukannya.

"Yah, kurasa nggak ada salahnya kamu ikuti aja permainan Pak Gavin ini." Vara menurunkan jendela di sampingnya dan mengangguk pada satpam komplek.

"Biar kamu sembuh dari patah hati. Kalau kamu sibuk mikirin apa kamu mau memberi kesempatan sama Pak Gavin atau mau menjauh, kamu nggak akan ada waktu buat mikirin masa lalu." Vara memarkir mobilnya di depan rumah Amia.

Memberi kesempatan pada Gavin? Amia tidak akan memikirkannya. Jawabannya sudah pasti tidak.

Amia membuka pintu di samping kirinya dan Vara membantu mengeluarkan cast Amia dari kursi belakang. Sampai kapan dia akan merepotkan orang begini?

***

"Apa kata Adrien soal Pak Gavin itu?" Vara duduk di kursi Amia dan menyalakan komputer. Sedangkan Amia naik ke tempat tidur.

BELLAMIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang