[٤] ; Ditinggalkan

33.6K 2.2K 43
                                    

"Jadi, gimana teman-teman baru di sana?" Shofa bertanya penasaran.

"Ya gitu, ada yang asik buat diajak tukar pendapat dan ada juga yang kelihatannya kurang enak untuk diajak ngobrol"

"Tapi, cowok di sana ganteng-ganteng lho Shof!" Ismi cerita menggebu-gebu, semua bahasa tubuhnya dikeluarkan. Bercerita seakan tak ingin masa-masa seperti kemarin terlupakan dengan mudah, mengingat perjuangan Ismi yang panjang dan super sulit untuk mencapai mimpinya itu.

"Ah, pokoknya aku seneng banget!" Ismi memeluk erat Shofa saking bahagianya.

"Eh, heboh banget" Farhan datang merusak suasana.

"Cerita terus dari kemaren, gak berenti-berenti"

"Biarin, yee" Ismi menjulurkan lidahnya lalu membuang wajahnya jauh jauh dari Farhan. Dua orang yang bersahabat namun sebenarnya tidak pernah bisa disatukan, Farhan yang selalu jahil, dan Ismi yang terlalu sensitif.

"Perempuan memang gitu, gak mau berhenti bicara kalau lagi bahagia." tiba-tiba Malik datang entah darimana.

"Tapi memilih untuk diam seribu bahasa kalau lagi kecewa," lanjut Malik, Farhan menepuk-nepuk pundak Malik, sependapat dengan apa yang baru saja Malik katakan.

"Hih, sudah sana kalian balik ke kursi masing masing." Ismi mengibaskan tangannya agar mereka cepat cepat menjauh. Farhan dan Malik justru tertawa kecil dan pergi kembali ke kursinya masing-masing.

"Asyifa belum masuk juga, Han?" Shofa bertanya pada teman sebangkunya, Farhan. Ia hanya mengangkat pundaknya dan menurunkannya kembali. "Udah hampir seminggu, dia belum juga kasih kabar?"

"Belum"

Shofa sudah mencoba untuk menghubungi Asyifa, tapi belum juga mendapat balasan tentang kabarnya.

Jam istirahat sudah selesai, Pak Ghani guru kimia sekaligus Wali Kelas ini masuk ke dalam kelas. "PR Minggu kemarin, tolong kumpulan di depan" titah Pak Ghani seraya mengetuk-ngetuk meja, mengisyaratkan agar siswa cepat mengumpulkan buku di mejanya.

Semua siswa beranjak dari tempat duduknya dan maju untuk mengumpulkan tugasnya, tapi tidak dengan Rizal dia masih duduk mencari sesuatu dari dalam tasnya.

"Rizal, kamu nggak ngumpulin?" Rizal menoleh mendengar pertanyaan dari Shofa.

"Aku lupa bawa bukunya" Jawabnya, lalu Malik datang menepuk pundak Rizal sembari menggelengkan kepala.

"Makanya, kalo malam itu belajar jangan chating-an terus sama Sakila" ledek Malik, kemudian duduk di kursinya, tepat di sebelah Rizal.

"Ada yang tidak mengerjakan PR?" pertanyaan Pak Ghani berhasil membuat wajah Rizal semakin gusar.

"Sa- saya, Pak" akunya Gugup, dan mengacungkan tangan ke atas.

"Rizal?" Pak Ghani sedikit tidak percaya.

"Iya, saya Pak" ucapnya memberi jeda.

"Saya sudah kerjan kok, Pak, cuma bukunya saja ketinggalan di Rumah" lanjutnya. Maklum, seumur-umur Rizal tak pernah seceroboh ini sampai meninggalkan buku pelajarannya di Rumah.

"Rizal, kamu sadar gak? Kalau nilai kamu di semester ini menurun." Ucap Pak Ghani sedikit kecewa.

"Yasudah, sebagai hukumannya kamu hari ini belajar sambil berdiri di depan temani saya" Rizal berdiri tanpa menolak apapun, lalu maju ke depan kelas. Semua mata tertuju padanya dengan tatapan heran.

"Akhir-akhir ini Rizal memang kelihatan sedikit berbeda, ya?" ujar Ismi, Shofa mengangguk menanggapi ucapan Ismi.

Pak Ghani mulai menerangkan pembahasan materi kimia di depan kelas, semua siswa sangat menyukainya karena caranya mengajar yang sangat simple dan mudah dipahami oleh siswa.

Achieve HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang