Banana -3

8.1K 775 30
                                    

"Banana Zalea. Gue cinta sama lo" Angkasa menatapku dengan senyum menawan.

INI DEMI APA ANGKASA SANG PUJAAN HATI GUE BILANG CINTA?

"Gue mau lo jadi pacar gue."

WHAT? ANGKASA NEMBAK GUE? OH MY GOD!!

"Banana"

Eh?

Kok suaranya mirip kak Melo?

"Banana. Please," Angkasa menggenggam tanganku dan meremasnya penuh cinta.

Aih. Manisnya Angkasaku...

Tak mau membuat Angkasa menunggu lebih lama lagi, akhirnya aku mengangguk malu-malu. Angkasa tersenyum hangat dan tiba-tiba menarik daguku lembut.

Astaga. Astaga. Angkasa mau ngapain?

Aku memejamkan mata rapat-rapat ketika sesuatu yang lembut dan sedikit basah menyentuh bibirku. Menempel dan melumatnya sebentar.

Astaga! Astaga! Angkasa menciumku. ANGKASA NYIUM AKU!

ANGKASA NYIUM AKU!! AAAAKKKKK...

Aku membuka mata ketika Angkasa menyudahi ciumannya. Dan saat itu juga duniaku terasa runtuh.

"AAAAAKKKK NIMONYEEEEETTTT"

Dengan sisa-sisa kekuatan yang  kumiliki dari bangun tidur. Aku mendorong Nimo dan langsung lari kedalam kamar mandi.

Sialan. Jantungku jadi dag dig dug nggak jelas. Itu tadi, itu tadi...

Refleks aku memegang bibirku yang sekarang udah nggak perawan lagi. Ciuman pertamaku... DIMALING SAMA NIMONYET!

KENAPA HARUS NIMO? KENAPA BUKAN ANGKASA??

Jadi itu tadi cuma mimpi? Angkasa? Bibirku?

HAHAHA. Tapi ciumannya benaran. Tapi bukan sama Angkasa. Tapi—

Aaaaarrrrrggggghhhhhh!!!!!

———


"Lesu amat dek," ujar kak Melo yang berpas-pasan denganku didepan kamar.

"Auk," jawabku males.

Kak Melo menyipitkan mata, menatapku penuh selidik. "Nimo nggak ngapa-ngapain kamu, kan?"

Mendengar nama itu disebut, tanpa sadar aku menyentuh bibir. Sekelebat mimpi tadi melintas dipikiranku. Astaga!

"Atau jangan-jangan..."

DIA MALING FIRST KISS milikku!!

"NGGAK. NGGAK NGAPA-NGAPAIN KOK" potongku cepat.

"Yakin?"

BOHONG!!

Aku mengangguk mantap. "Yakin,"

"Oh, yauda," kak Melo manggut-manggut.

"Mel, dek" panggilan tersebut membuatku dan kak Melo menoleh kearah tangga.

Kak Ecy terlihat berjalan tergesa-gesa. Aku dan kak Melo saling pandang, kemudian mengangkat bahu tanda tak mengerti.

"Nanti kalo Hansa datang, bilang aja gue udah berangkat" kata kak Ecy.

Sekali lagi, aku dan kak Melo saling pandang. Kemudian mengulurkan tangan kearah kak Ecy berbarengan.

"Apa?"

"Uang tutup mulut" jawab kami berbarengan.

Kak Ecy mendengus sebal. "Iye. Ntar malam gue pulang kerja. Gue traktir"

"Sushi Tei," kataku.

"Bolu meranti" kata kak Melo.

Kontan kak Ecy menoyor kakakku yang rentan galau—kak Melo. "Yeee. Lo kate ini Medan??"

Kak Melo cekikikan. "Yaudah deh kalo gitu beliin gue kaset Oh My Ghost aja"

"Korea mulu lo" cibir kak Ecy.

Selain rentan galau semenjak ditinggal nikah, kak Melo juga pecinta korea.

@#¥%&*&%¥":;/?&%@#%&*%%¥

Ponsel kak Melo berdering heboh. Tuh kan, nada deringnya aja aneh begitu. Sarang-sarang bahasanya, ckck.

"Gue ngampus dulu, kak" kataku ke kak Ecy.

Kak Ecy mengangguk. "Iya. Jangan lupa ya yang tadi"

"Sip"

Aku buru-buru menuruni undakan tangga dan berjalan menuju dapur. Menyambar dua lembar roti kosong dan satu kotak susu dari kulkas.

Hari ini orangtuaku pergi ngejenguk nenek di Medan. Berangkatnya pagi-pagi sebelum aku bangun. Dan jadilah, aku sarapan ala kadarnya karena kedua kakakku NGGAK BISA MASAK!!

Kemudian aku berjalan keluar rumah dan langsung dihadang oleh Hansa. Teman seperjuanganku sejak kecil yang tergila-gila sama kegalakan kak Ecy. Aneh memang!

"Pagi, Na"

"Biasanya kalo nyapa gue semanis itu ada apa-apanya nih" sindirku.

Hansa cengengesan. "Tau aja lo. Kak Ecy ada?"

"Ada," jawabku. Ups, keceplosan!

Mata Hansa berbinar-binar. "Gue tau kak Melo bohong tadi"

Mati aku!

"Tadi sih ada. Tapi sekarang nggak tau deh kemana. Iya gitu, hehehe..."

Wajah Hansa mendadak murung. Maafin aku yang unyu-unyu ini ya Hansa.

"Padahal gue mau pamit sama Ecy. Tapi yaudahlah, gue pergi dulu"

Pamit? Kayak mau pergi jauh aja.

Tiba-tiba dari kejauhan mataku menangkap sosok sang pujaan hati. Buru-buru aku menghampirinya dan tak sengaja menabrak Hansa yang berjalan lunglai.

"Sori. Gue buru-buru"

Hansa mengangguk. Sekilas aku melihat wajahnya yang pucat. Barangkali ada masalah.

"Pagi, Angkasa" sapaku begitu tiba didepan rumah sang pujaan hatiku.

Angkasa yang sedang memanaskan mesin motornya menoleh dan tersenyum manis. "Pagi, Nana"

"Nebeng dooong" kataku dengan mata mengedip-ngedip lucu.

Angkasa terkekeh. "Bentar ya," katanya lembut.

Aku mengangguk dan tersenyum manis. Aih, indahnya pagiku kali ini.

"Kau boleh kiss me kiss me. Kau boleh kiss me kiss me"

Sialan!

Refleks aku menoleh ke sumber suara. Di balkon kamar sebelah rumah Angkasa, si monyet sialan terlihat shirtless dengan rambut yang masih menetes basah.

"Pagi, Angkasa" sapanya.

Angkasa tersenyum tipis. "Pagi, Mo"

Si monyet sialan beralih menatapku. "Pagi, Banana...sweet" sapanya sembari menjilat bibirnya dan mengedipkan sebelah mata.

KURANG AJAR!

Seketika wajahku memerah begitu teringat kejadian bangun tidur pagi tadi. Nimo kampret!

"Yuk, naik" ajak Angkasa yang udah stand by diatas motornya.

Aku mengangguk dan duduk diboncengan. Sebelum Angkasa melajukan motornya, aku menyempatkan diri melirik kearah Nimo. Dan yang terjadi, lagi-lagi Nimo menjilat bibirnya dramatis.

HIH!!

-------------------------

BananaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang