-

9.2K 539 22
                                    

♡♡♡

Baekhyun POV

Tubuhku tertahan. Aku berhenti. Aku rasa tangan kiriku tertarik.

"Yak.. kau ini ku bilang berhenti berjalan.." aku mendengar keluhan seorang namja dengan suara bariton khas tiang berjalan.

"Mwo.. Mwoya?!" aku berbalik dan berteriak keras di depan wajahnya.

"Kenapa kau ini?" Dia memundurkan tubuhnya. Aku menatapnya tajam.

"Apa yang kau inginkan Park Chanyeol?" Aku bertanya tanpa menatapnya.

"Jujurlah sekarang, kau ini fans ku kan?"
Aku menoleh menatapnya tidak percaya.

"Benar bukan?" Dia tersenyum.

"Apa kau gila? Aku ini bukan fans mu, bodoh." Bentak ku.

Padahal jauh di hatiku, dia adalah idolaku. Huuh, entahlah, aku tidak bisa mengontrol emosiku jika di dekatnya begini. Aku selalu saja ingin memarahinya, bahkan membentaknya. Aneh.

"Yak, bisakah kau tidak berbicara dengan berteriak seperti itu? Kau pikir aku tuli.."

Ku lihat dengan ekor mataku namja tinggi itu tampak mempoutkan bibirnya. Bodoh, dia tidak tau seperti apa hatiku sebenarnya.

"Okay, dengar ya, Park Chanyeol. Aku ini bukan fans mu, jadi, mulai sekarang, berhenti menganggap ku seperti itu, arraso?" ujarku acuh.

Aku sedikit memundurkan wajahku saat ia menghapus jarak antara kami.

"Apa kau Yakin?"

"Yak!"

Aku mendorongnya, hingga jarak kami agak berjauhan. Aku merasa panas sekarang, padahal sore ini hujan turun begitu banyak.

"Tentu saja.." jawabku.

"bersumpahlah!"

Aku diam. Bersumpah?

"Huh, bahkan sekarang kau hanya diam. Akui saja.. tidak usah berpura pura."

Aku menatap datar wajahnya yang terhias senyum kemenangan.

"Aku bersumpah, bahwa aku.--"

byurrrr

Sebuah bus lewat dan menyemprotkan genangan air di dekat tempat ku berdiri. Alhasil wajahku basah dan juga seragam yang ku kenakan.

"Pppffttt.."

Aku menatap kesal namja yang kini tertawa terbahak-bahak di depanku.

"Yak!! Lihatlah Chanyeol-ah! Ini semua karena mu! Memangnya kau mau mencuci seragam ku, eoh?" aku berteriak padanya lagi.

"Mwo? Karena aku?"

Ku lihat dia berjalan dan berdiri tepat di hadapanku, Saat dia mengangkat tangannya ku kira ia akan memukulku tetapi..

"Ini semua karena kau tidak mau mengakuinya.."

Tangannya mengusap air yang ada di wajahku dengan pelan. Beberapa detik ini aku merasa waktu telah berhenti. Aku dapat melihat tatapannya dengan jelas. Wajahnya...

"Yak! Apa yang kau lakukan.." aku mendorongnya lagi. Namun kali ini pelan. Aku belum sadar sepenuhnya.

"Hih, dasar aneh.. harusnya kau ber terimakasih padaku! Aku sudah membiarkan tangan ku kotor untuk membersihkan air itu dari wajahmu." Balasnya.

"Jadi kau melakukan itu hanya untuk mendapat terima kasih dari ku?!"

"Mwo? Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran mu.. kenapa kau bisa berfikir jika aku hanya.. ah! Bodohnya.. aku bisa suka dengan orang seperti mu. dan lebih parah nya lagi kau namja yang aku sendiri bahkan meragukan jati dirimu sebagai laki laki.."

"Tentu aku bisa berfikir..- Mwo?" aku menatapnya perlahan.

"Huh! Astaga.. aku malas mengulangi kata-kata ku.."

dia memegang kedua bahu ku.


Aku masih menatapnya. Percaya tidak percaya. Sepertinya aku salah dengar apa yang ia katakan beberapa detik yang lalu.

"SA-RANG-HAE, arraso?"

Mataku tidak berkedip menatap matanya. Mimpi kah? Jika ia, aku lebih baik tidak terbangun selamanya.

"kau juga?"

Aku berkedip juga. Lalu tertawa.

"lelucon apa ini Chanyeol-ah?"

"Aniya, aku serius.. tidak ada lelucon. Ini sungguh. Kajjayo.." dia menangkup pipiku.

"katakan kau juga.."

.

.

.

Perlahan aku tersenyum.

"na do" kataku pelan.

Seketika seperti ada kupu-kupu yang beterbangan di perutku. Menggelitik. Aku merasakan kehangatan dekapannya.

"Chanyeol. nanti seragam mu kotor.."

"Aku akan mencuci seragam ku dan seragam mu juga.."


FIN-


Say itTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang