Dua

20.9K 1.2K 33
                                    

Dikantin sekolah Rafa dan Jaka nampak berbincang bincang sambil menyantap mie ayam .

"Hah, lo serius? Jahat banget dia... Dia kan tau kalo Ega tuh pacar lo, dan kata lo Ega lagi ada di Kanada buat lanjutin kuliah."

"Gua juga gak nyangka dua orang yang gua percaya tega nyakitin gua... Makanya gua nyesel kenal sama mereka." ucap Rafa murung.

"Hehehe... Kan masih ada gua , si abang Jecky yang tetep setia disamping lo Raf.."

"Iya dah percaya gua... Makasih ya..."

Itulah percakapan antara Rafa dan Jaka , Rafa menceritakan semua kejadian yang menimpanya.

Jaka sendiri kaget mendengar kelakuan Dicky yang seperti itu , padahal mereka bertiga bersahabat semenjak SMP. Tiba tiba Dicky datang dan duduk disamping Rafa. Rafa hanya diam melihat Dicky yang mencoba mendekatinya.

"Emm... Raf , soal kemarin gua minta maaf ya.. Bukan begitu maksud gua.. Lu salah paham."
Rafa tidak menanggapinya dan tetap diam..

"Raf... Please jangan gini dong." mohon Dicky sambil menyentuh pergelangan tangan Rafa.

Merasa tangannya disentuh , Rafa mencoba menepisnya. Dan tetap diam.

"Eh Dicky!! Lo tega-teganya ngehianatin Rafa !! Lo taukan Ega tuh pacar Rafa!! Harusnya lo pake otak lo, sekarang liat Rafa .. Sakit hati!!!!" Bentak Jaka tiba tiba.

Mendengar Jaka yang tiba tiba menghujatnya , Dicky tak tinggal diam.

"Eh lo tuh siapa! Jangan ikut campur urusan gua sama Rafa... Lo tuh gatau apa apa!!"

Mendengar sahutan Dicky, Jaka terdiam.

"Jangan jadi kompor yang bisanya bacotin sesuatu yang bukan urusan lo... Ini tuh gak ada hubungannya sama lo, Jak!!!" Sambung Dicky.

BRAK!! Rafa menggebrak meja .

"Harusnya elo Dicky yang gausah ngebacot!! Jaka itu gapernah khianat dan nusuk sahabatnya sendiri, sedangkan elo? Lo busuk!!! Lo sama Ega tuh sama sama murahan! Kalo lo emang gentle, lo bilang dari dulu kalo lo suka sama Ega tanpa harus nusuk gua dari belakang begini...."

Seisi kantin terdiam mendengar gebrakan dan teriakan Rafa...

Dicky hanya terdiam dan menunduk malu mendengar Rafa menghujatnya dan mengetahui jika seisi kantin sedang memperhatikan. Rafa yang berkaca kaca meluapkan kekecewaannya pada Dicky pun berlari dan pergi dari kantin. Jaka yang terbengong bengong pun mencoba mengejar Rafa yang berlari dengan cepat.

Dengan menahan air mata yang ingin jatuh, Rafa berlari sekencang kencangnya mencari tempat yang aman dan dapat membuatnya tenang. Dia tak peduli Jaka mengejarnya dan dia juga tak peduli jika seandainya seisi kantin tadi mengetahui jati dirinya. Rafa memilih untuk masuk perpus dan..

BRAK!!!

"Aww....!!!!"

Rafa menabrak seseorang , buku buku yang dipilih anak itu untuk dibaca terjatuh ke lantai perpustakaan.. Dengan mendongakkan wajah dan menahan sakit dikakinya .. Rafa melihat siapa yang dia tabrak. Seorang anak laki laki tengah tersenyum ke arahnya.

"Eh lo tuh kalo berdiri ditempat yang bener!! Gak pernah ke perpus ya? Kampungan!!"

Seketika senyum anak laki laki tersebut sirna dan berganti kemarahan.

"Lo yang lari lari diperpus!! Disini bukan lapangan tapi perpus tempat tenang buat ngebaca!!! "

"Nyolot lo! Lo yang salah malah gak ngaku lagi , idiot ya??" timpal Rafa membela diri.

"Bego!! Jaga ya mulut lu!"

Akhirnya Jaka masuk ke perpus dan melerai mereka berdua..

"Udah Raf udah.. Malu diliatin banyak orang." bisik Jaka ke Rafa.

"Biarin aja Jak!! Dia nyolot sih!!!"

"Yang nyolot siapa!!! Lo yang salah, harusnya lo yang minta maaf!!!"Cecar pria itu.

"Yaudah.. Maafin temen gua ya. Dia emang lagi kurang enak badan, maklumin ajah...."

"Eh Jak.. Lo apaan sih???"

"Eh udah Raf, lo diem aja!! Ayo pergi, bikin malu aja...."

Akhirnya Jaka menarik Rafa untuk keluar perpus.

"Orang gila kok sekolah!!!!"

Terdengar suara anak laki laki itu didalam perpus , mendengar suara tersebut Rafa naik pitam dan ingin masuk ke perpus kembali. Tapi Jaka menahannya..

**

Seperti biasa , Rafa pulang sekolah menggunakan angkutan umum. Tak seperti biasa , siang ini tampaknya cuaca sedang bersahabat. Dan langit terlihat teduh tapi hati Rafa tetap panas mengingat Dicky masih saja mendekatinya. Menampakan wajahnya dihadapan Rafa, hanya membuat Rafa muak.

Sesampainya didepan rumah, seperti biasa, Rafa membuka pintu dan mengucapkan salam. Mamanya yang tengah menerima telepon pun menjawab salamnya sambil menghentikan percakapan diteleponnya. Rafa masuk kamar, mengganti baju dan turun untuk menemui mamanya.
Terlihat mamanya yang tengah pusing sambil memegang bolpoint dan buku. Melihat mamanya seperti itu, Rafa mendekati mamanya dan mencoba memijat mijat punggung mamanya.

"Ya sayang, enak.. Mama pegel nih, pusing juga mikirin tentang ibu Rosa.."

"Bu Rosa kenapa ma?? Nagih utang lagi..."

"Iya sayang... Utang mama kan belum lunas, makanya mama pusing.. Uang pensiunan ayah kamu udah habis untuk keperluan makan sehari hari dan hasil usaha warnet juga kan untuk biaya kamu sekolah."

Rafa hanya diam. Hanya memijat mijat mamanya saja yang ia bisa lakukan. Semenjak ayah Rafa meninggal , keluarga Rafa memang sering memiliki kendala ekonomi.Usaha warnet yang dikelola mamanya pun hanya cukup untuk biaya sekolah Rafa . Maka dari itu, Rafa tidak pernah membebankan mamanya untuk meminta yang macam macam seperti motor.

"Sayang?? Mama punya ide... Gimana kalau kamar kamu yang dilantai atas itu dikosongin aja.. Dideket kamar mama kan ada ruangan kosong, kamu pindah disitu saja ya...? Dan kamar kamu yang dilantai atas itu terlalu besar ."

"Kenapa dikosongin ma??" Ucap Rafa berhenti memijiti mamanya.

"Kamar atas itu kita kost-in aja... Jadi lantai atas untuk kost , dan lantai bawah untuk kita... Mama juga akan pilih pilih penghuni kostnya yang belum berkeluarga sayang... Jadi tiap bulan kita ada pemasukan buat bayar hutang bu Rosa dan bahkan juga biaya yang lain-lain juga..."

"Iya deh ma... Gapapa kalo itu bisa bikin mama seneng, aku gak keberatan.."

"Beneran? Makasih ya .. Mama seneng kamu mau ngerti , duhh pundak mama pegel nih."

"Ah mama, bilang aja mama mau dipijitin lagi hehehe.." Ujar Rafa sambil tertawa.

Rumah Rafa memang terdapat tiga ruang kamar tidur. Dilantai pertama terdapat dua kamar. Kamar tidur mama dan almarhum ayahnya, dan satu lagi untuk tamu. Dan yang dilantai atas ada satu kamar tidur Rafa, almarhum ayahnya memang sengaja membuat kamar yang besar untuk anak semata wayangnya tersebut.

Didalam kamarnya , Rafa nampak sedih. Benarkah kamar ini akan ditempati orang lain? Ada sedikit rasa tak ikhlas tapi demi memulihkan ekonomi keluarganya, Rafa harus berkorban.

*** 

I Love You, Idiot!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang