Today Playlist: Lily Allen - Fück You

30.5K 1.8K 273
                                    

Botty 2 | Nggak mungkin aku pacaran sama Iblis!

Mulut aku sudah nggak tahan buat cerita soal Mas Felix ke Clique banci aku. Aku mau kasih tahu mereka kalau aku ngobrol langsung sama Mas Felix dan melihat dengan mata kepala aku sendiri betapa kokohnya punggung cowok itu. Tapi, setelah aku pikir-pikir... nggak, ah! Aku mau jadi egois dengan menyimpan kenangan itu sendirian aja. Aku nggak mau ngasih tahu mereka soal betapa indahnya pemandangan yang aku lihat. Nanti mereka ikutan horny terus pergi ke van-nya Mas Felix di Taman Kota. Nggak sudi cowok aku dibagi-bagi sama mereka.

Iya, iya, aku tahu Mas Felix itu bukan cowok aku. Dan dia memang STRAIGHT.

Bagaimana aku bisa tahu? Aku sudah browsing soal Mas Felix lebih dalam lagi tadi malam. Aku nemu berita-berita yang menyakitkan hati. Di umurnya yang ke dua puluh empat, Mas Felix sudah tunangan sama salah satu anak kolongmerat. Cewek, lho. Cantik menurut pandangan girly yang ada di sisi lain diri aku. Terus mereka menghentikan pertunangan itu karena Mas Felix nggak jadi anaknya Pak Rediandinata lagi. Cewek mata duitan, uh! Intinya, ya, dia straight. Track record-nya bilang begitu. Dia selalu dekat sama cewek.

Di Instagramnya aja... di bagian profil: woman is like air, without them man will die.

Uh! Aku nggak butuh cewek kok buat bernapas. Aku butuh cowok ganteng. Kayak Mas Felix.

Atau Damon deh!

Ew! Nggak, ih. Aku nggak mau sama Damon. Kalau sisa Aliando sama Damon di dunia ini, aku bakal lebih milih Aliando. Biarin aja Damon ngentot pohon pisang. Soalnya dia nyebelin, jadi dia nggak akan pernah dapat pantat aku.

Well, dia juga nggak bakal mau sih entot pantat. Dia kan straight. Phobia lagi sama homo kayak aku. Makanya dia benci banget setiap ngelihat aku. Anehnya, meski dia benci, pasti dia selalu ada di depan rumahnya kalau aku baru pulang dari mana-mana. Pas aku jalan ke arah pagar, dia bakal ngehampirin aku terus ngajak aku berantem.

Itu terjadi mungkin karena namanya juga. Damon Atandi Tomas. Dia selalu dipanggil Tom sama teman-temannya. Aku aja yang panggil Damon. Poinnya, dia Tom dan aku Jerry. Yes, Tom and Jerry. Gara-gara itu mungkin kami suka saling hina. Tom dan Jerry kan nggak pernah akrab. Ada sih bagian akrabnya. Persis kami juga. Kalau Mama-nya si Iblis buat acara barbecue party, kami berdua harus terlihat akrab biar nggak dipanggang sama Mama si Iblis.

Pokoknya, Damon itu nyebelin. Dia sangat-sangat ganteng, maksud aku jelek, dan brengsek.

Tuh, lihat! Kalau aku ngomong soal Damon di hati kayak gini, aku pasti langsung kesal. Sampai-sampai gelas plastik yang lagi aku pegang remuk.

"I hate Science!" seru Lady di sebelah aku, tiba-tiba aja gitu dia muncul kayak Sadako. Dia meraih salad buah yang baru aku makan setengahnya. Kata Tante India, salad buah bagus untuk sistem pencernaan dan kulit. "Aku pengen bunuh diri aja kalo udah disuruh bedah kodok. Jijik. Tangan cantik aku kan khusus buat mainin disco stick."

"I know. Everybody in this world hate Science." Marilyn duduk di sebelah aku yang satu lagi. "Oh, Cinta. Kami punya berita yang oh-so-wow, lho."

Lady terkikik, dia menepuk tangan aku dengan centil. "Iya. We both so paparazzi kemarin. Kamu pasti bakal kaget dan excited at the same time."

Aku mengernyit, menatap wajah Lady yang cantik. Waktu aku bilang cantik, dia memang cantik, lho. Dia punya mata bulat besar bagai Barbie. Tulang pipinya itu berlekuk indah. Bibirnya warna pink cerah. Itu dia nggak pakek lipgloss kaya Marilyn. Rambutnya bergaya Mullet. Alisnya tipis, dibentuk naik ke atas. Dia mirip Cruella. Versi baik dan binal. Dia juga anak orang kaya, jadi selalu bisa perawatan kulit. Makanya kulit dia putih bersih. Lady juga mengasuransikan kakinya lho. Berapa puluh juta gitu, karena dia kan suka nari-nari ala Lady Gaga kalau lagi manggung di Luv Papi. Tarian standar, sih. Nggak seheboh aku. Lady pretty kewl.

Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang