22_ The Promise of Love

Start from the beginning
                                    

Al sampai di meja dengan dua kursi kosong yang di sediakan untuk pengantin. Tapi, untuk sementara hanya satu kursi yang akan terisi. Al duduk tepat di depan Rian, selaku Ayah dan wali untuk Illy yang sudah menunggunya. Di meja saksi, Rendy dan Agra siap berlaku sebagai saksi. Sementara kedua orang tua Al, sudah duduk di kursi khusus keluarga, tidak jauh dari Al. Ya, untuk meminang seorang gadis, seorang pria bahkan tidak membutuhkan kedua orang tuanya. Karena ia sendirilah yang akan berhadapan muka dengan Ayah dari gadis yang dicintai, meminta dan menerima langsung tanggung jawab yang akan diambil alih dari tangan sang Ayah.

Setelah acara doa dan lainnya, tibalah saat Al menjabat tangan Rian, sang calon ayah mertua. Tangan dingin itu bergetar seiring jantungnya yang juga berdetak tidak beraturan.

Di ruang riasnya, Illy semakin gugup saat melihat jabatan tangan Al dengan Papanya. "Haduuhh! Gimana kalau Al salah nyebut nama gue? Jangan-jangan… dia lupa nama panjang gue, lagi?" Seingatnya, Al tidak pernah berlatih mengucapkan ijab-kabul saat bersamanya. Lebih panik lagi, saat ia tidak melihat teks di atas meja. Artinya, Al tidak bisa mencontek.

"Tenang aja.” Cassie mengusap pundak Illy. “Kalau dia sampai salah, entar lo getok kepalanya pake heels pas malam pertama, hahaha!"

"..."

Kembali ke meja akad….

"Saya nikahkan dan kawinkan putri saya Illyea Aurora Zukhrufina binti Rian Siddiq dengan anda Al Fakhry Darai Anta, dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan seperangkat perhiasan berlian dibayar tunai!"

Tepat setelah tangannya dihentakan, Al yang sebelumnya menarik nafas panjang pun mengucapkan.... "Saya terima nikah dan kawinnya Illyea Aurora Zukhrufina binti Rian Siddiq, dengan mas kawin tersebut tunai!" Dalam satu helaan nafas.

SAH!!!

Bapak penghulu mengucapkan SAH, diikuti saksi dari kedua belah pihak dan keluarga, serta tamu undangan. "Barokallohu....." Doa pun kembali dipanjatkan.

Akhirnya, Al bisa bernafas lega. Rasanya, balok es yang sejak tadi menindih punggungnya sudah menghilang. Jiwanya lega, dan raganya ringan. Seketikaa bunga-bunga berhamburan memenuhi ruang hatinya.

Di ruang rias….

Illy ikut menengadahkan tangan, seiring mengamini doa yang mereka panjatkan dari tempat ijab qabul. "Allhamdulillah...." Air matanya merebak, tidak bisa ia kendalikan.

"Gue udah yakin kok, Al gak mungkin salah ucap... hehe." Cassie terkekeh. "Eh, eh! Apaan, nih? Lo gak boleh nangis, entar makeup-nya berantakan."

“Gak tahan pengen nangis,” sahut Illy terisak.

“Udah, sini gue hapus.” Cassie menghapus air mata di sudut mata Illy dengan tissue. Kemudian, berdiri seraya mengulurkan tangannya. "Yu...! Waktunya Princess ketemu sama Prince!"

Illy menggenggam erat tangan Cassie, lalu berdiri dengan sikap anggun. Sandra yang menyaksikan ijab qabul dari ruang keluarga pun kembali masuk ke dalam kamar rias dan langsung memeluk Illy.

"Selamet ya, sayang...." Puas memeluk putrinya yang sudah menjadi milik orang lain, Sandra mengambil posisi di samping kanan Illy, dan menggenggam erat tangannya.

"Ly...," panggil Cassie sedikit menggumam.

"Hmm?"

"Lepasin tangan gue...."

"..." Illy tidak mengerti.

"Lo gak mau pegang hand bouquet lo?"

Illy kemudian melihat di meja riasnya, sebuket bunga yang sama persis dengan yang Al berikan saat melamarnya, hanya saja berukuran lebih kecil masih menunggu untuk ia bawa. "Hehe, gue lupa...."

About LOL (Losing Out Love)Where stories live. Discover now