19. End

518 71 7
                                        

Seminggu setelah berita kehamilan

Rapat sore ini berlangsung lebih lama dari yang dijadwalkan. Ruangan besar dengan dinding kaca memantulkan cahaya putih redup, memberi kesan tenang yang justru bertolak belakang dengan kepala June yang sejak tadi tidak benar-benar fokus.

Junelith menggeser berkas di depannya, menjelaskan strategi dengan suara rendah dan mantap. Namun, di tengah penjelasannya, ponsel yang diletakkan menghadap ke bawah di samping tangannya bergetar pelan. Getarannya halus, tapi cukup untuk menggeser fokusnya.

Nama Sayang ❤ menyala singkat di layar. Ah, sebenarnya setelah keduanya dekat kembali Junelith mengubah nama kontak Cio.

June tidak bergerak, mempertahankan ketenangannya. Ia memang tidak punya kebiasaan melirik ponsel saat memimpin rapat. Tapi ini kedua kalinya dalam beberapa menit.

Dan ketika getaran ketiga muncul, ia tidak bisa lagi mengabaikannya.

Dengan gerakan kecil yang hampir tak terlihat oleh orang lain, June memutar ponselnya sedikit, sekadar membaca pesan tanpa mengacaukan wibawa sebagai pemimpin.

June menahan napas, ada rasa gemas yang sulit disembunyikan, namun juga khawatir karena sejak tiga minggu terakhir, Cio memang jauh lebih sensitif. Kehamilannya baru memasuki bulan pertama, tapi perubahan mood-nya datang seperti gelombang yang tidak pernah memberikan peringatan.

Sayang❤

Mas, kapan pulang?
Gue pengen semangka
Mau anggur juga
Mas
Kapan pulangnya
Sein nakal!
Omelin cepet
Gue gak betah di rumah

Junelith mengembuskan napas tanpa suara. Senyum kecil muncul walau ia mencoba menyembunyikannya di balik tangan. Sekretaris di sebelahnya sempat melirik penasaran, tapi June menggeleng kecil seakan tidak ada apa-apa.

Ia menutup layar, kembali memusatkan perhatian pada diagram di slide.

Namun saat ponsel bergetar lagi, kali ini lebih lama, ia tahu Cio sedang benar-benar kacau hari ini.

Sayang ❤

Papa udah baca pesannya,
Tapi gak balas

June memejamkan mata sejenak.
Seakan ada tarikan lembut di dadanya, semacam dorongan alami yang selalu hadir ketika Cio memanggilnya seperti itu. Padahal di rumah ada Sus yang siap membantu apa pun tapi kalau Cio sudah masuk mode manja begitu, tidak ada yang bisa menggantikan keberadaan dirinya.

Jeda sepersekian detik itulah satu-satunya bukti bahwa ia terpengaruh. June mengembuskan napas sangat pelan, menahan dorongan untuk menanggalkan seluruh profesionalitasnya.

Dengan gerakan ringkas dan nyaris tak terdengar, ia membalas pesan dari bawah meja.

Aku masih di rapat, sayang. Kamu kenapa?

Balasan Cio datang lebih cepat dari getaran pertama.

Sayang ❤

Buruan pulang...
Pengen semangka
Pengen di potongan semangka nya
Terus makannya sambil dipangku
Mas masih lama pulangnya?

June mengusap wajahnya perlahan.
Ada kehangatan yang menjalar di dadanya bercampur kekhawatiran kecil. Cio jarang meminta dengan nada sememohon itu.

Masih, sebentar ya...


"Pak Junelith, untuk poin selanjutnya bagaimana?" salah satu supervisor bertanya.

Unread Affection (JICHEN)  ENDWhere stories live. Discover now