Panas matahari yang begitu menyengat mendadak berganti dengan ribuan tetes air hujan. Tidak sendu, tapi deras, dan semua riuh mendadak hilang karena orang-orang takut kebasahan. Memangnya siapa yang mau masuk ke kelas dalam keadaan basah kuyup? Apalagi ruang kelas di Universitas Tanjung Dara yang katanya dibangun dengan standar internasional itu punya AC central yang sangat dingin. Pasti akan mengigil nanti.
"Aneh banget, padahal tadi panas loh... kenapa tiba-tiba hujan sih? Pasti sekarang kita sudah telat, pasti Ma'am Galih sudah datang," Sheila, dengan bibir manyun khasnya, bersuara karena sekarang dia berakhir di bawah salah satu pohon asam jawa yang rindang, berlindung dari hujan deras.
"Kalo masuk kelas dalam keadaan basah, pasti dia ngga akan marah, Shei. Yang ada kasian sama kita, hihihii... udah ayo terobos aja!" yang bersuara kali ini adalah Jelita, satu-satunya orang yang tidak akan pernah membiarkan dirinya benar-benar tenggelam dalam masalah.
"NGGAK MAU IH! Pasti bakal dingin banget nanti. Sekarang saja sudah basah baju aku, kamu sih... ngajak neduh kok di bawah pohon!"
"Ya mau gimana lagi, Shei. Kita sudah dekat banget sama gedung fakultas. Jalan dikit udah nyampe, basah dikit doang,"
"Dikit kamu bilang?" pertanyaan Sheila ini hanya dibalas cengiran kuda oleh Jelita. Pasalnya, kedua mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris itu sudah basah kuyup terkena hujan. Sialnya lagi mereka juga terlambat masuk ke kelas Linguistic siang ini.
Kalau kalian mengira Jelita dan Sheila benar-benar akan menerobos hujan untuk mengejar keterlambatan mereka—ya meskipun memang sudah terlambat— Kalian salah! Sekarang mereka sudah duduk di salah satu warung bakso langganan Jelita dan memakannya dengan lahap di sana. Persetan dengan kelas yang mereka lewatkan, toh juga sudah basah kuyup terkena hujan, kan?
"Je, baksonya enak..." Sheila dengan matanya yang berbinar karena satu pentol bakso daging ayam itu masuk ke mulutnya. Dan Jelita hanya menatapnya malas, sebab itu adalah reaksi yang sama, yang selalu sahabatnya itu tunjukkan saat memakan makanan enak — menurut gadis itu, ya. Tapi bagi Jelita rasanya biasa saja kok, tidak yang enak sekali tetapi juga tidak bisa dibilang tidak enak.
"Pantas saja dulu kamu sering ajak Atha makan di sini, hehe... enak banget soalnya." Oh tidak! Sheila yang polos dan manis ini membuat Jelita melotot untuk kesekian kalinya. "Aku juga kalo punya pacar nanti, pasti akan aku ajak kesini, terus cobain baksonya." Gadis mungil dengan klip bintang merah Muda di rambutnya itu masih belum sadar kalau orang yang duduk di depannya ini sudah bersiap menyiram wajahnya dengan kuah bakso.
"EH ITU ATHA!!" Sheila yang polos itu pun menegakkan wajahnya, sempat ia lihat wajah masam Jelita, tapi kini fokusnya teralih pada laki-laki jangkung yang sedang berdiri di samping warung bakso langganan mereka.
Jelita, gadis berbulu mata lentik itu sudah muak sebenarnya. Kenapa juga temannya ini harus begitu? Kalau di sana ada Atha, ya sudah biarkan saja! Untuk apa peduli? Jelita malas sekali untuk bertemu pria itu sekarang, lagi pula mereka bersebrangan sekarang. Atha — ah maksudnya Tuan Muda Athala Niranjanu Abhiseka itu pasti sedang membeli sandwich tuna mayo di satu restoran cepat saji yang rata-rata pembelinya adalah orang-orang menengah ke atas.
"ATHA.. HAII!!" dan Sheila tetap tidak menyerah, kini tangannya sudah ia lambaikan dan suaranya yang cempreng itu ia tinggikan supaya Athala bisa mendengarnya.
"Heh jangan panggil-panggil dia! Diam kamu Shei!" Jelita cepat-cepat menarik tangan Sheila dan menutup mulut gadis itu dengan tangannya, namun percuma, Athala sudah berjalan ke arah mereka sekarang.
"Apasih Je!" Sheila menepis tangan Jelita yang masih melekat di mulutnya, dan kembali menyapa Athala dengan senyum lebar.
"Nggak kelas?" dia, Athala. Sudah duduk tepat di samping Jelita dan menanyakan pertanyaan santai pada Sheila dan juga dirinya.
"Kita bolos, soalnya udah telat karena kehujanan, hehe... jadi yaudah deh makan bakso aja di sini,' jawab Sheila, tetap dengan tampang tidak tahu apa-apa padahal Jelita sudah gemas sekali ingin mencubit pipinya keras-keras nanti, sampai dia menangis meminta ampun. Dan kini, tatapan Athala beralih pada Jelita, yang sedari tadi hanya diam dan sibuk memakan makanannya. Dia lihat lengan kemeja biru muda yang gadis itu kenakan masih meneteskan air, dan rambut sebahunya yang sudah setengah kering.
"Habiskan dulu makanannya, abis itu aku anterin pulang." ucap Athala, sedangkan tangan kananya sudah bergerak melepaskan Nudie Jeans hitam yang ia kenakan dan memakaikannya ke bahu Jelita yang basah kuyup, dan Jelita nampak tidak mempermasalahkannya.
Senyum di wajah Sheila semakin merekah, ia senang karena Athala tetaplah Athala. yang selalu peduli pada Jelita, yang selalu mengkhawatirkan Jelita, Menjadi orang yang selalu bisa Jelita andalkan, orang pertama yang Jelita panggil saat sedang ketakutan, dan yang akan selalu ada kapanpun Jelita membutuhkan bantuan, meskipun hubungan percintaan mereka sudah berakhir sejak tiga tahun yang lalu — oh memang sudah begitu SOPnya, entah lah? Menurut Athala tidak masalah kalau tetap menjalin tali silaturahmi dengan mantan, hidup akan lebih tenang.
Hahaha... tenang ya??
Tiga tahun yang lalu, Athala dan Jelita adalah sepasang kekasih. Semuanya berjalan begitu baik, bahagia dan aman dalam enam bulan. Dan setelah itu, semuanya berakhir. Satu-satunya yang tidak bisa Sheila pahami soal sahabatnya ini adalah hari itu — hari dimana tiba-tiba saja Jelita memutuskan Athala.
Tidak ada masalah sebelumya, semuanya baik-baik saja ketika itu, dan Athala yang tidak tau apa-apa itu pun terpaksa menerimanya, meskipun semua orang tahu bahwa tindakan Jelita ini benar-benar menyakitinya.
Dan keduanya pun juga tahu, tidak ada yang benar-benar selesai di antara mereka, sebab sikap Athala pada Jelita masih sama. Akan ada begitu banyak hal yang menghubungkan mereka berdua untuk kembali saling terlibat, untuk kembali berhadapan, untuk kembali saling bicara, seolah-olah semesta tidak menginginkan mereka benar-benar berakhir. Dan sebenarnya hal itulah yang paling menyakiti seorang Jelita Kemuning.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resonare
RomansaSemua orang tahu, keputusan tiba-tiba yang waktu itu Jelita berikan kepada Athala, kekasihnya akan sangat menyakiti pria itu. Tapi diantara semua bingung dan semua tanya, menurut Jelita yang sudah berdarah-darah, lancang sekali jika langkahnya yang...
