BAB 7 : Pelepasan cahaya

20 15 2
                                        


​Bintang Jatuh Abadi di tengah ruangan kini berdenyut dengan cahaya merah menyala, semakin membesar dan menarik energi di sekitarnya.

Kristal Mekanisme Starlight bergetar hebat, mengeluarkan bunyi pekikan bernada tinggi.

​"Kita harus cepat, Ezra! Dia mencoba menyerap kita!" teriak Arka, suaranya hampir tenggelam dalam kebisingan.

​Ezra, meskipun takut, menjaga fokusnya. Ia telah melihat Ayahnya mempertaruhkan segalanya selama tiga tahun, dan ia tidak akan membiarkan perjuangan itu sia-sia.

​Mereka sudah mengaktifkan tiga dari lima cekungan. Dua cekungan lagi tersisa.
​Mereka berlari ke cekungan keempat.

Ezra dengan cepat menghancurkan sisa daun Sangit. Bau mint dan tanah yang kuat itu terasa menusuk, seolah Sangit sendiri menolak untuk tunduk pada energi kacau di ruangan itu.

​Ia menekan Sangit ke cekungan keempat. WUM! Cekungan itu menyala dengan cahaya ungu yang lebih terang, mengirimkan gelombang energi yang terasa dingin ke seluruh Mekanisme.

​Empat cekungan aktif.
​Kini tinggal cekungan terakhir, tepat di seberang Bintang Jatuh Abadi. Untuk mencapainya, mereka harus melewati medan energi yang ditarik oleh inti kristal yang memerah.

​"Ezra, hati-hati! Jangan sampai tertarik!" seru Arka.

​Ezra mengangguk. Ia memiliki beberapa lembar Sangit terakhir. Ia harus berhasil.

​Mereka berdua merangkak mendekat, melawan tarikan yang kuat, seolah ada tangan raksasa tak kasat mata yang mencoba menarik mereka ke dalam Bintang Jatuh Abadi.

Pakaian Ezra mulai bergetar, dan ia merasa rambutnya tertarik ke arah kristal merah.

​"Gunakan Sangit, Ezra! Itu pelindungmu!" perintah Arka, melindungi dirinya dengan liontin kuningan yang bersinar redup.

​Ezra menempelkan sisa Sangit di tangan kirinya ke tubuhnya dan merangkak maju. Ketika Sangit menyentuh kulitnya, tarikan energi itu terasa sedikit berkurang.

​Ia berhasil mencapai cekungan kelima. Dengan napas terengah-engah, ia menaruh semua sisa daun Sangit ke dalamnya dan menekannya dengan telapak tangan.

​BLAAR!
​Cahaya ungu yang meledak dari cekungan kelima jauh lebih kuat dari empat cekungan lainnya.

Lima gelombang energi ungu, yang diperkuat oleh Sangit, menyatu, mengalir menuju Bintang Jatuh Abadi yang kini bergetar dahsyat.

​Saat energi Sangit menyentuh kristal merah, terjadi reaksi yang luar biasa. Warna merah itu segera dipadamkan.

Kristal Bintang Jatuh Abadi berubah dari merah menjadi putih cemerlang, lalu menjadi biru-putih yang tenang, sama seperti saat Ezra melihatnya di luar.

​Mekanisme Starlight, yang tadinya bergetar dan bising, kini menjadi sunyi.
​Arka dan Ezra hanya bisa berdiri dan melihat.

​Bintang Jatuh Abadi tidak lagi menyerap cahaya. Sebaliknya, ia mulai memancarkan cahaya yang luar biasa.

​Dari inti kristal itu, muncul aliran cahaya yang tak terhitung jumlahnya—semua warna bintang, galaksi mini, dan nebula yang tak terhingga.

Mereka tidak jatuh, tetapi memancar ke atas, menuju langit-langit ruang kosmik.
​Cahaya-cahaya itu seperti cairan emas yang dilepaskan.

Mereka membentuk sungai kosmik yang mengalir deras, lalu dengan cepat tersedot ke celah di langit-langit yang menghubungkan ruang ini dengan dunia luar—Gerbang.

​"Itu dia, Nak!" Arka berteriak kegirangan, air mata menggenang di matanya. "Cahaya itu kembali! Semua rasi bintang yang dia curi, kini dilepaskan!"

​Ezra menatap pemandangan itu dengan takjub, merasakan getaran emosi yang dalam. Setiap titik cahaya yang kembali ke atas mewakili harapan yang kembali ke dunia, kembali ke desanya.

​Namun, pelepasan energi ini ternyata berdampak pada Mekanisme itu sendiri. Pilar-pilar kristal mulai retak, dan lantai di bawah mereka bergetar.

​"Cepat, Ezra! Mekanisme ini tidak stabil setelah pelepasan! Kita harus pergi!" seru Arka, meraih tangan Ezra.

​Mereka bergegas menuju Gerbang. Saat mereka tiba di ambang batas, Ayah menoleh untuk melihat Mekanisme Starlight untuk terakhir kalinya.

Perangkat itu kini perlahan-lahan hancur, kristal-kristal pecah dan berubah menjadi debu bintang yang melayang.

​"Dia akan tidur untuk waktu yang sangat lama," gumam Arka. "Langit kita aman."

​Mereka melompat melalui Gerbang, kembali ke dataran tinggi yang dingin di Puncak Keheningan.

​Begitu mereka mendarat, Gerbang perak itu langsung menutup. Pilar-pilar batu di belakang mereka ambruk menjadi tumpukan kerikil biasa.

Keajaiban itu lenyap, menjadi bagian dari sejarah.

​Ezra dan Arka berdiri di dataran tinggi. Angin bertiup kencang, udara terasa dingin kembali.

​Tiba-tiba, Arka menunjuk ke langit di atas. "Lihatlah, Ezra!"
​Meskipun masih pagi buta, dan awan masih menggantung rendah di bawah mereka, celah di atas kepala mereka kini tidak lagi kosong.

​Seluruh bentangan langit di atas Puncak Keheningan, yang sebelumnya gelap dan hampa, kini dipenuhi dengan cahaya.

Bintang-bintang bersinar begitu terang, begitu padat, seolah seseorang telah menyalakan lampu di seluruh alam semesta.

Rasi bintang yang Ezra hanya lihat sketsanya di buku Ayahnya, kini terlihat jelas dan memukau.

​Ezra melihatnya: Bintang-bintang kembali.

​Ia menatap Ayahnya, yang kini tersenyum bahagia dan lega. "Kita berhasil, Ayah. Kita melakukannya."

​"Kita berhasil, Anakku," jawab Arka. "Sekarang, mari kita pulang. Ibumu telah menunggu terlalu lama, dan aku ingin melihat langit berbintang ini dari desa kita."

​Ezra mengangguk. Dengan hati yang penuh kepuasan dan harapan, ia dan Ayahnya mulai menuruni gunung.

Sangit telah melakukan tugasnya, dan Bintang telah memenuhi janjinya. Kini, saatnya untuk kembali ke rumah.

                      
                        Bersambung

𝒍𝒂𝒏𝒈𝒊𝒕 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒊𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя