Di sebuah perusahaan game ternama di Seoul, takdir mempertemukan dua dunia yang sama sekali berbeda.
Kim Geonwoo, mahasiswa Game Development dari KAIST, terbiasa hidup dalam barisan kode yang tegas dan sempurna. Ia dikenal dingin, perfeksionis, dan...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
(ू•ᴗ•ू❁)
Jam makan siang di Krafton selalu jadi momen paling ramai. Pantry besar di lantai dasar gedung dipenuhi suara riuh pegawai yang antre, aroma makanan hangat bercampur dengan wangi kopi baru diseduh. Meja-meja kayu panjang dipenuhi karyawan yang bercakap sambil membuka kotak bekal atau menunggu pesanan keluar dari barista dan chef kecil di balik konter.
Jeon Jina berjalan bersama Min Yoonji dan dua rekan DKV lainnya. Langkahnya kecil, namun gerakannya cepat-pita pink di rambutnya bergoyang tiap kali ia menoleh ke arah Yoonji yang masih saja heboh dengan gosip pagi.
"Kau dengar tidak? Mereka bilang tiga anak KAIST yang baru masuk tim Game Development itu makan siangnya di pantry juga hari ini," bisik Yoonji dengan mata berbinar.
"Benar. Katanya wajah mereka seperti model iklan. Tinggi semua," sahut rekan lain sambil menahan tawa kecil.
"Ya ampun, aku ingin lihat dengan mata kepala sendiri," celetuk yang lain lagi, wajahnya penuh rasa ingin tahu.
Jina, yang berjalan paling depan, mendengus pelan. "Kalian ini... baru juga bergabung sudah seperti anggota fans club. Bukankah lebih baik kita fokus makan?"
"Tapi Jina-ya, mereka benar-benar-"
Jina mengangkat tangan, menyela. "Tidak ada pria yang lebih tampan dari Edward-ku. Titik."
Yoonji menepuk dahinya. "Astaga, Edward lagi. Itu kan hanya karakter gambar buatanmu. Sampai kapan kau membandingkan pria nyata dengan tokoh fiksi?"
"Selamanya," jawab Jina singkat, nadanya datar. Membuat teman temannya menggeleng jengah seolah susah biasa.
---
Mereka tiba di depan konter. Jina melirik papan menu sambil bergumam kecil, mencoba memilih minuman yang pas. Tingginya yang hanya sekitar 159 cm membuat ia tampak tenggelam di antara kerumunan pegawai lain, terlebih saat beberapa pria jangkung berdiri di belakangnya.
Dan salah satu dari pria itu adalah Kim Geonwoo.
Tinggi 183,5 cm, tubuhnya tegap, membuatnya menjulang di atas kerumunan. Dari sudut pandangnya, Jina yang mungil terlihat seperti anak kelinci kecil yang tengah berusaha menatap papan menu tinggi di dinding. Pandangan Geonwoo sempat tertahan pada pita pink yang menghiasi rambutnya-persis menarik perhatiannya seperti pagi tadi saat di lift.
"Ah, jadi ini gadis kecil itu..." batinnya, sudut bibirnya terangkat samar.
"Aku mau pesan es boba dua, yang satu sangat manis dan yang punyaku jangan pakai susu, Seperti biasa," ucap Jina dengan suara santai pada barista, seolah ia pelanggan tetap.
Barista itu mengangguk, sambil tiba-tiba terkekeh. "Jina-ssi, kalau kau terus menolak minum susu, jangan salahkan siapa pun kalau tinggimu tidak pernah bertambah lagi."