=^._.^= ∫ Bagian 2

7 2 0
                                        

(ू•ᴗ•ू❁)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(ू•ᴗ•ू❁)

Gedung Krafton, Gangnam, Seoul, berdiri megah dengan dinding kaca yang berkilau diterpa cahaya musim semi. Lalu-lalang karyawan dengan kemeja rapi dan laptop di tangan memenuhi lobi. Aroma kopi dari kafe di lantai dasar bercampur dengan langkah tergesa orang-orang yang sibuk mengejar rapat pagi.

Di antara keramaian itu, Kim Geonwoo berdiri tegap di depan lift bersama dua rekannya, Yoo Kangmin dan Lee Sangwon. Jas kasual yang ia kenakan mempertegas bahunya yang bidang, wajahnya tampak serius sambil menatap layar ponsel berisi catatan presentasi.

"Geonwoo-yaa, apa kau yakin ingin langsung pitching konsep pagi ini? Padahal kita baru finalisasi kemarin malam," ucap Kangmin setengah berbisik, nada suaranya ragu.

Geonwoo menurunkan ponselnya, menatap sekilas. "Kalau kita menunggu segalanya sempurna, kita tidak akan pernah maju. Lagipula aku percaya dengan hasil kerja kita." Nada bicaranya tegas, tapi terselip ketenangan yang menular pada dua rekannya.

Ting!

Pintu lift terbuka. Mereka bertiga melangkah masuk ke dalam ruangan sempit berlapis kaca itu. Musik lembut mengalun pelan, nyaris tertelan oleh suara langkah orang-orang di luar.

Saat pintu hampir menutup, terdengar suara langkah tergesa-dua pasang sepatu hak beradu dengan lantai marmer.

"Tunggu sebentar!" seru salah satu dari mereka dengan napas terengah.

Refleks, tangan besar Geonwoo terulur menekan tombol tahan pintu. Daun lift berhenti bergerak, memberikan celah bagi dua sosok perempuan yang berlari kecil sambil memegang map dan tablet.

Mereka masuk sambil membungkuk hormat. "Terima kasih banyak!" ucap salah satunya, suaranya ceria.

Geonwoo menoleh tanpa banyak pikir, sekadar sopan. Namun pandangannya terhenti sejenak pada sosok mungil di sampingnya-rambut hitamnya diikat setengah dengan pita berwarna pink, beberapa helai terlepas lembut membingkai wajahnya. Pipi putih nya merona karena berlari, matanya berbinar walau ia tampak sedikit kehabisan napas.

Sosok itu membungkuk dalam-dalam sekali lagi. Nametag di lehernya bergoyang pelan, dan tanpa sadar, Geonwoo membaca tulisan yang tertera di sana.

•|Jeon Jina - Desain Komunikasi Visual|•

Wajah itu sekilas terasa familiar, namun Geonwoo segera mengalihkan pandangannya. Ia menegakkan tubuh, berusaha menetralkan ekspresinya yang sempat berubah sepersekian detik.

Di sisi lain, gadi yang bernama Jina itu juga sempat menoleh sekilas pada pria jangkung yang menahan pintu lift ini.

Tingginya menjulang, wajahnya serius namun teduh, dan auranya begitu kuat hingga membuat ruang sempit itu terasa lebih penuh. Tapi ia buru-buru mengalihkan pandangan, memilih menatap angka-angka di layar digital lift yang bergerak naik.

When the Codes meet the Color's | Kim GeonwooWhere stories live. Discover now