20 ; Broken Promise

87 11 2
                                        

— Kamis, 23 Oktober 2025 —

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

— Kamis, 23 Oktober 2025 —

.
.

20; Broken Promise

D

alam waktu kurang dari dua puluh empat jam, berita tentang tragedi panti asuhan itupun langsung menyebar. Seluruh media nasional menayangkan liputannya.

'KASUS PERDAGANGAN ORGAN ANAK DI PANTI ASUHAN. DUA PELAKU DITANGKAP'

Nama Bu Mida dan Pak Arsa memenuhi headline berita, wajah mereka pun terpampang di layar kaca dengan label merah bertuliskan TERSANGKA. Tuduhan terhadap keduanya tidak main-main, penyiksaan anak, pembunuhan berencana, penculikan, hingga perdagangan organ ilegal. Jumlah korban masih dalam penyelidikan, namun duka sudah lebih dulu menyebar, membuat seluruh negeri terhenyak.

Video singkat saat polisi mengevakuasi para korban di lereng gunung berulang kali diputar di berbagai platform. Komentar publik berdatangan, marah, pilu, tidak percaya. Namun dibalik hingar-bingar dunia luar, ada satu ruangan yang senyap, ruang rawat VIP di lantai tujuh rumah sakit.

Kavi duduk di sana, di kursi kecil di sisi kanan ranjang. Wajahnya pucat karena kurang tidur. Di depan matanya, Lana terbaring dengan selang infus di tangan dan perban di beberapa bagian tubuhnya. Warna pucat di pipi gadis itu membuat Kavi menahan napas tiap kali monitor jantung mengeluarkan bunyi bip.

Ruangan itu hanya diterangi cahaya lampu temaram. Di meja kecil, ada secangkir kopi yang sudah dingin sejak tadi pagi. Kavi belum meneguknya sedikit pun.

Sejak malam itu, sejak bus hitam itu ditemukan, sejak Lana diselamatkan dalam kondisi nyaris kehilangan napas. Dan selama itu pula, Kavi belum pulang ke rumahnya.

Tangannya bergerak pelan, membetulkan selimut di dada Lana. "Stt..." ucapnya lembut, saat gerakan kecilnya membangunkan gadis itu. 

"Aku di sini," ucapnya lirih, hampir seperti berbisik ke udara. Matanya menatap Lana lembut. 

Lana menggeliat kecil, seperti anak kecil yang terganggu tidurnya. Matanya ingin terpejam kembali, namun ia menahannya sebentar hanya untuk memastikan bahwa di sampingnya benar-benar ada Kavi. 

"Mau aku ambilin minum?" tawar Kavi. 

Lana menggeleng. Ia menatap wajah lelah cowok itu, entah sudah berapa hari Kavi tidak tidur gara-gara dirinya. Lana menghela napasnya pelan. Ia ingin mengucapkan sesuatu, namun tenaganya belum sepenuhnya kembali.

Kavi yang peka akan hal itu mengusap kepala Lana dengan lembut. "Istirahat aja, jangan pikirin yang lain-lain dulu," katanya.

Lana menurut. Napasnya kembali teratur berirama dengan usapan lembut di kepalanya. Ia kembali tertidur.

Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan pelan dari pintu. Kavi menoleh perlahan dan mendapati Bundanya sedang berdiri di sana.

"Boleh ngobrol sebentar?" tanya Bundanya dengan berbisik.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BROKEN PROMISE | DOYOUNGWhere stories live. Discover now