Happy Reading ❤️🔥
Beberapa hari terakhir, mansion terasa lebih hidup bagi Haruna.
Mungkin bukan karena suasananya berubah, melainkan karena ada sesuatu - atau seseorang - yang membuat waktunya tidak lagi begitu panjang dan hampa.
Setiap pagi, setelah memastikan rumah tenang, ia berjalan ke taman belakang.
Jun selalu ada di sana.
Kadang sedang menyapu daun, kadang memeriksa pot yang baru diganti tanahnya.
Haruna datang dengan langkah pelan, membawa buku atau sekadar alasan untuk "melihat bunga yang hampir layu."
Mereka berbicara seperti biasa - dengan jarak, tapi juga dengan kehangatan yang tak mereka sadari sedang tumbuh.
Jun mulai memanggilnya dengan nada lebih lembut, tanpa rasa canggung seperti dulu.
Dan Haruna mulai tersenyum lebih cepat, seolah hanya butuh satu tatapan mata dari Jun untuk merasa sedikit lebih tenang.
"Sepertinya bunga mawar di sisi timur mulai mati," kata Haruna suatu siang.
Jun menunduk, memeriksa kelopaknya. "Tidak, hanya kekurangan cahaya. Aku bisa pindahkan nanti sore."
"Boleh aku bantu?"
Jun menggeleng dengan senyum tipis. "Kalau kau membantu, nanti aku kehilangan alasan untuk menemuimu lagi besok."
Haruna menunduk, pipinya memanas. Ia tahu itu hanya gurauan kecil, tapi hatinya berdebar dengan cara yang asing.
Bukan karena cinta - tapi karena ia lupa bagaimana rasanya dilihat bukan sebagai milik seseorang.
❤️🔥❤️🔥
Sementara itu, di tempat lain, Chanyeol duduk di balik meja rapatnya.
Hari itu ia kehilangan fokus, berkali-kali menatap layar ponselnya.
Entah kenapa, ada perasaan tidak nyaman yang sulit dijelaskan - sesuatu seperti firasat.
Beberapa laporan tentang mansion datang seperti biasa: "Semuanya baik,"
"Tidak ada kejadian khusus,"
"Nona Haruna tetap di rumah."
Namun, bagi Chanyeol, kata-kata itu tidak cukup.
Ia tahu Haruna terlalu tenang belakangan ini.
Tidak ada keluhan, tidak ada permintaan, tidak ada telepon.
Itu seharusnya membuatnya lega. Tapi justru sebaliknya - membuatnya gelisah.
Ia memandangi jendela, jari-jarinya mengetuk meja pelan.
Apakah ada sesuatu yang tidak kulihat?
❤️🔥❤️🔥
Di taman, sore mulai turun. Haruna duduk di bawah pohon kamelia sambil membaca, sementara Jun menata beberapa pot baru di sisi pagar.
Angin membawa aroma tanah basah.
Saat Haruna menutup buku, Jun mendekat, membawa segelas air dingin.
"Kau sering lupa minum," katanya singkat.
Haruna tersenyum kecil. "Kau memperhatikanku."
"Bukan begitu," Jun menjawab, tapi nada suaranya pelan. "Aku hanya tidak ingin kau jatuh sakit."
Mereka terdiam sesaat. Hening, tapi bukan canggung - seperti jeda di antara dua napas yang sinkron.
Dan entah kenapa, di dalam dada Haruna, rasa bersalah muncul perlahan.
Karena setiap kali ia kembali ke kamar, suara lembut Jun masih terngiang di kepala... bersamaan dengan wajah Chanyeol yang selalu menuntut kepastian.
Hari berganti menjadi malam.
Chanyeol duduk sendirian di ruang kerjanya di mansion, lampu redup menerangi meja penuh dokumen.
Ia memandangi ponselnya lagi, jempolnya berhenti di nomor Haruna, tapi tidak menekan panggilan.
Malam itu ia tidak tahu bahwa hanya beberapa jam sebelumnya, Haruna tertawa kecil di taman - tawa yang tidak pernah ia dengar selama ini.
Dan mungkin karena itulah, ketika malam semakin sunyi, untuk pertama kalinya Chanyeol merasa benar-benar tidak tenang.
Bukan karena kesepian.
Tapi karena ia mulai sadar... ada sesuatu yang berubah tanpa seizin dirinya.
YOU ARE READING
Obsession
FanfictionIa selalu hadir-dalam senyap, dalam tatapan yang tak pernah lepas. Chanyeol, lelaki dengan usia dan dunia yang jauh lebih dulu matang, menemukan dirinya terjerat oleh pesona seorang gadis yang baginya terasa terlalu rapuh sekaligus berbahaya. Apa ya...
