Closer - Chapter 1

16.4K 815 50
                                    

CHAPTER 1

"Jangan bergerak, Sayang!" ucap Ilsa dengan suara memohon. Perlahan namun pasti, ia berjalan menuju makhluk kecil nan malang di ujung sana. Kakinya bergerak hati-hati melintasi beton melintang yang lebarnya hanya cukup untuk sebelah telapak kaki orang dewasa. Kedua tangannya terentang, menjaga keseimbangan. Betapapun, saat ini ia tengah berada di atap rumah, sekitar lima meter di atas permukaan tanah. "Aku nggak akan nyakitin kamu."

"Miawww...." Makhluk berbulu putih itu menyahut dengan wajah yang tampak semakin takut. Sedikit lagi dia bergerak, akibatnya bisa gawat.

Ilsa harus bergegas sebelum anak kucing itu benar-benar jatuh. Jarak mereka masih cukup jauh untuk dapat saling menyentuh. Namun, Ilsa tak mampu menambah kecepatan langkahnya tanpa mengabaikan keseimbangan tubuh. Yang bisa dilakukannya hanya terus melangkah dan berusaha menahan anak kucing itu dengan kata-kata atau bahasa tubuh. "M-mi-miaw...." Ilsa berharap dengan mengeluarkan suara seperti itu, si anak kucing bisa paham. "Miaaaw...," ulangnya, sambil terus berjalan.

Rupanya, usaha itu berhasil. Anak kucing yang malang itu bergeming. Langkah Ilsa semakin dekat, hingga tangannya bisa menyentuh bulu-bulu halus berwarna putih itu setelah ia menurunkan tubuhnya seperti posisi start jongkok. Dielusnya anak kucing itu penuh rasa sayang, lalu diraih dan digendongnya dengan sebelah tangan. "Sekarang, kamu aman."

Ilsa masih mempertahankan posisinya, mengumpulkan kesiapan dan keseimbangan untuk bangkit. Ia harus berjalan sekitar dua meter untuk kembali ke ujung atap yang akan mempertemukannya dengan balkon kamar.

"Astaga! Sayang, apa yang kamu lakukan?" Itu adalah suara Bu Alisa yang berasal dari arah balkon kamar Ilsa. "Jangan konyol, Ilsa! Jalan hidupmu masih panjang!"

"Mami jangan mikir yang enggak-enggak, deh!" teriak Ilsa sambil menoleh kepada ibunya. "Aku baru aja nyelametin anak kucing ini, bukannya mau bunuh diri!"

"Jangan, Sayang! Jangan! Bunuh diri itu dosa! Ayo kembali!"

Ilsa mendengus. Apakah teriakannya kurang jelas atau Mami terlalu lelah hingga pendengarannya bermasalah? Sementara Mami terus meracau penuh rasa khawatir, Ilsa berusaha bangkit dari start jongkoknya. Menyeimbangkan tubuh, ia lantas memutar arah tujuan langkahnya.

"Aaa...!" jerit Mami saat tubuh Ilsa sedikit oleng ke kanan. Nyaris saja. Untungnya, Ilsa segera mendapatkan kembali titik keseimbangannya. "Sayang, Sayang, kamu... kamu diam di situ saja. Mami akan panggil Mang Amir untuk membantu kamu turun. Oke?"

Ilsa mengangguk. Sesaat, ia diam di tempat, sampai Mami pergi mencari bantuan. Mami hanya terlalu meremehkannya. Meski tak mampu melakukan gerakan akrobatik yang mengagumkan, Ilsa merasa cukup percaya diri untuk kembali ke balkon kamarnya. Tempat semula ia duduk-duduk sambil berbalas pesan dengan temannya di Pekanbaru, saat suara anak kucing itu terdengar.

Hanya tinggal satu lompatan, dan Ilsa baru saja mendarat di lantai balkon kamarnya dengan selamat. Saat Mami datang bersama seorang lelaki berperawakan kurus tinggi, Ilsa sedang bermain-main dengan si anak kucing.

"Pokoknya, Mami tidak mau lagi melihat kamu manjat-manjat atap seperti tadi!" omel perempuan berusia empat puluh lima tahun itu setelah mengajak anak gadisnya masuk kamar. "Jantung Mami hampir copot, Ilsa!"

"Mami lebay banget sih, kayak baru pertama kali liat aku manjat aja!" sahut Ilsa enteng, sambil mengelus anak kucing yang kini berada di pangkuannya.

"Itu dia masalahnya. Lama-lama hal itu jadi kebiasaan, dan sewaktu-waktu bisa saja kamu hilang kewaspadaan."

"Jangan ngeremehin aku, Mi. Aku ini cukup jago dalam hal...."

"Jangan meremehkan bahaya, Ilsa!" potong Mami cepat. Lalu matanya beralih pada anak kucing yang tampak nyaman di pangkuan Ilsa. "Dan jangan membawa hewan liar ke dalam rumah. Oma tidak suka di rumahnya ada makhluk-makhluk berbulu seperti itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang