PROLOG

18 2 0
                                        

WARNING ⚠️

Semua tokoh dalam cerita ini pure from author. Dilarang keras berkomentar buruk, plagiarisme, dan menjual karya. Jangan lupa komen dan like, mari sama-sama saling menghargai antara penulis dan pembaca. Love you all 🤎

17+

***

I got you

Butuh waktu sepersekian detik untuk menghancurkan para musuh dihadapannya. Pria berbadan besar itu kini berjalan gagah sambil sesekali menyeka cipratan darah di wajahnya. Sebelum kakinya melangkah masuk kedalam mobil pria tersebut lantas tertawa, bukan tawa biasa melainkan tawa bak iblis.

"Persona estúpida y moralista,"

RAPHAEL DIRGANTARA RADENPHATI CEO D'Amaro Prestige Group 28 Tahun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

RAPHAEL DIRGANTARA RADENPHATI
CEO D'Amaro Prestige Group
28 Tahun

Pria itu berjalan gagah setelah melemparkan jas penuh darah dan kunci mobil pada penjaga di depan lobby. Dengan rahang tegas dan sorot mata tajam bak elang memberi kesan tampan namun berbahaya bagi yang mendekatinya.

"Selamat datang tuan," pria itu mengangguk singkat tanda 'iya'

Bukan kelas pria itu untuk menghampiri dan menyapa sesama tamu disana, baginya itu impossible. Otoriter dan kekuasaan yang dimiliki pria 28 tahun itu jelas tercetak jelas di wajah dan tubuh atletisnya.

Seorang pramusaji berkeliling dan menawarkan beberapa anggur kepada tamu, termasuk pria besar tersebut. Tangan kanannya tampak memegang gelas dan alis kirinya naik wujud "terimakasih"

"Halo tuan muda, sudah lama aku tidak melihat mu." sapa seorang pria tua kisaran umur 60 tahunan.

"Kau semakin tua dad," ejeknya. Pria tua yang kerap disapa Mr. Marco menatap nanar kata-kata anak keduanya tersebut. Setelah berbulan-bulan tidak bertemu, pria tua itu akhirnya melihat wajah tampan sang penguasa.

"Segera cari wanita mu, atau kau dan burung mu akan menua bersamaan nanti," sindir Mr. Marco.

Pria itu mendesis, "Jangan bicarakan burung mu sendiri dad, " pria itu lantas pergi meninggalkan si tua Marco yang tersenyum melihat tingkat putranya.

Mungkin di dunia mafia dan otoriter Raphael D Radenphati bukanlah nama biasa yang tidak dikenal para pemegang saham dan pemilik perusahaan di Italia. Pria berkebangsaan Indonesia Italia ini benar-benar tampan, penuh kuasa, dan kaya. Tapi jangankan mendekatinya, wanita-wanita disana bahkan hanya berani menatap dari 'kejauhan'

 Tapi jangankan mendekatinya, wanita-wanita disana bahkan hanya berani menatap dari 'kejauhan'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

CALISTA SARASVATI ADIWANGSA
ROLE MODE
25 tahun

Disisi lain seorang wanita berjalan memasuki pelataran aula A Belmon hotel. Semua sorot mata langsung tertuju dengan kehadirannya. Kacamata hitam yang masi menghiasi wajahnya, gaun hitam polos yang memberi kesan seksi dan mewah, serta perhiasan lain yang membuat wanita itu tampak menawan. Beberapa orang dari jejeran pemegang saham kelas atas menghampiri gadis itu dan menyapanya.

"Nyonya Saras, kau terlihat sangat menawan malam ini," seorang pria 30 tahunan tersenyum kearah wanita tersebut. Diarah lainnya pria dengan jas Dormeuil Vanquish II memegang tangan kiri wanita itu, sambil tersenyum.

"Kehormatan untuk ku, jika kau mau berdansa malam ini Saras,"

Wanita itu tersenyum, ah tidak itu bahkan terlihat seperti smirk. "Aku tidak ingin hand cream ku terbuang sia-sia," kalimat barusan adalah tolakan telak bagi kedua pria dikira dan kanannyal.

Dengan langkah anggun nan elegannya, wanita itu berjalan menghampiri sebuah meja dengan beberapa gelas wine diatasnya. Ia meneguk wine nya hanya dengan sekali teguk. Tak butuh adaptasi, Calista Sarasvati Adiwangsa untuk menghilangkan canggungnya. Pasalnya hampir semua orang di dalam pesta mengenalnya, baik sebagai putri seorang konglomerat Indonesia Jerman ataupun sebagai rolemode seluruh wanita. Calista begitu terkenal dengan panggilan Saras, bahkan hampir seluruh keluarga dan awak media memanggilnya dengan sebutan itu.

Calista berjalan keluar dari dalam aula menuju kearah selatan hotel, disana ada sebuah bar private yang difasilitasi untuk pemilik Gold Card, atau kartu akses dan fasitas kelas atas atau tertentu di pesta tersebut.

"Such a bad celebration" gumamnya. Calista kemudian merebahkan badannya disebuh sofa duduk. Ia berfikir bahwa para tamu tidak akan mungkin masuk saat ini, apalagi tidak semua punya gold card. Ehm! Baru saja wanita itu menutup matanya, deheman seseorang justru membuat gadis itu mendelik kaget.

Matanya menatap seseorang yang tengah duduk disebelah kirinya, pantas tak terlihat dia ditutupi partisi, batin Calista.

"Kau. Sedang apa kau disini," tanya Calista tetap dengan posisi duduk.

Pria itu santai Calista sambil mengangkat tangan kiri nya. Disana undangan dan gold card. Ah! Calista bergumam dan kembali menutup matanya. Tal menghiraukan pria itu.

Dan, "Mmmphhh shhhh..." suara desahan keluar dari mulut Calista, gadis itu membuka matanya kaget melihat pria tadi tiba-tiba menciumi lehernya. Tidak sopan bukan?

"Kau. KAU GILA?" teriak wanita itu.

Pria itu menatap diam Calista, dan kemudian, "Jangan berteriak," ucapnya datar.

Calista memiringkan kepalanya tidak percaya,
"Fuck you jerk!" Calista merebut undangan daei tangnnya, "Kau. Betul-betul bia- Raphael? Nama kau Raphael?"

Raphael diam tidak menggubris, "Orangtua mu terlalu menaruh ekspetasi besar pada nama Raphael, dasar sampah!"

Calista kemudian berdiri, mengambil barangnya dan pergi dari sana. So, powerfull. Batin Raphael.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 29 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bound By DesireWhere stories live. Discover now