Langkah Yibo terdengar hampa ketika memasuki mansion itu lagi. Bau kayu tua dan parfum mahal yang pernah mendominasi udara sejak ia kecil masih sama, menusuk hingga ke paru-paru. Setiap dinding, setiap sudut, seolah menyimpan mata yang mengawasinya.
Ia berhenti di depan ruang belajar yang besar. Pegangan pintunya masih dingin, seperti dulu. Begitu ia mendorongnya, memori menamparnya tanpa ampun.
"Duduk."
Suara bariton dingin Tuan Wang bergema dalam kepalanya, jelas seakan pria itu masih hidup.
Yibo kecil duduk tegak di kursi kayu keras, tangan mungilnya bergetar memegang pena. Jam berdetak lambat, dan di hadapannya bertumpuk buku hukum, ekonomi, dan strategi. Usianya baru sembilan tahun, tapi dunia sudah menuntutnya jadi mesin.
"Ulangi."
"Aku... aku tidak-"
"Ulangi, Cirrus. Kamu adalah Wang. Tidak ada kata tidak bisa."
Kesalahan kecil dibalas dengan tatapan dingin, bukan tamparan, melainkan sesuatu yang lebih menusuk rasa tidak pernah cukup.
Ia ingat bagaimana tubuhnya kaku, bagaimana matanya selalu dipaksa terbuka meski kantuk memeluk. Tutor silih berganti, tapi semua tunduk pada satu perintah jadikan anak itu sempurna. Jadikan dia penerus, meski harus merampas masa kecilnya.
Kini, berdiri sebagai pria dewasa, Yibo menatap kursi itu lagi. Kosong. Tak ada Tuan Wang, tak ada tutor. Tapi bayangannya masih terasa lebih berat daripada keberadaan mereka dulu.
"Apa semua ini pernah menjadi milikku Tuan Wang? Tidak pernah, kerana semuanya tetap milikmu.. termasuk diriku. meskipun kau sudah mati." gumamnya pelan, suaranya retak. "Tapi aku akan menjadi Wang yang lebih baik.. jauh lebih baik darimu. Kau lihat saja.. akan ku buat dunia melupakanmu dan hanya membicarakanku."
Dan di detik itu, tanpa ia sadari, wajah Xiaozhan terlintas. Satu-satunya cahaya yang entah bagaimana bisa menembus reruntuhan emas yang menjeratnya.
***
Mansion Wang berdiri angkuh, menjulang dengan pilar-pilar megah yang membuat siapa pun merasa kecil di hadapannya. Xiaozhan menegakkan punggungnya, menahan napas dalam-dalam sebelum melangkah masuk.
"Ini..." ia berbisik pelan, menatap langit-langit tinggi berornamen emas. "...seperti dunia lain."
Di sampingnya, Yibo hanya tertawa halus.
"Mansion ini kalah dari istanamu.. aku lebih suka bau kayu manismu dari bau kayu tua ini.." Pandangannya dingin, tapi jemarinya sedikit mengepal. Ia tahu setiap sudut rumah itu adalah jeruji, bukan rumah.
Xiaozhan bisa merasakan hawa berat, seolah udara di dalam mansion ini menolak bernapas bersamanya. Dinding yang seakan berbisik, karpet yang terlalu lembut untuk diinjak, dan lukisan wajah Wang tua yang menatap tajam dari dinding. Semua terasa tidak ramah.
Namun bukannya mundur, Xiaozhan melangkah lebih dalam.
"Kalau aku boleh jujur, Bo... rumah ini terlalu sunyi. Indah, iya. Tapi... terasa sepi."
Kalimat sederhana itu membuat Yibo menoleh. Untuk sesaat, ia terdiam.
Tidak ada yang pernah menyebut mansion itu 'sepi'. Mereka biasanya menyebutnya megah, kaya, terhormat. Tapi Xiaozhan langsung menyingkap kebenarannya.
Kenangan buruk mulai menekan Yibo lagi sekali suara perintah dingin Tuan Wang, malam panjang di ruang belajar, rasa gagal yang selalu membayang. Semua itu berputar di kepala. Namun di tengah bayangan itu, suara Xiaozhan hadir bagai jangkar.
"Aku tahu tempat ini menyakitkan buatmu," lanjut Xiaozhan, lirih, "tapi kalau memang harus di sini... kita bisa buat ruang sendiri. Kita bisa isi sunyinya dengan sesuatu yang lebih hangat."
Kata 'kita' menampar halus sisi Yibo yang paling rapuh.
Ia menatap Xiaozhan lama, lalu tersenyum tipis bukan senyum bangga seorang pewaris Wang, melainkan senyum seorang pria yang hampir percaya dirinya bisa bebas dari rantai emas.
![DOMINANCE HIERARCHY [COMPLETE]](https://img.wattpad.com/cover/389613935-64-k85443.jpg)