Senin pagi, parkiran kampus FH
“Lo beneran pake ini ke kampus, Zell?”
Lisya menatap sahabatnya dari ujung helm sampai hak sepatu. Gizell, si ratu pink dari planet Vespa, baru aja parkir manis dengan suara ngeng-ngeng khas motornya yang dicat custom pink candy gloss.
“Kenapa emangnya? Vespa gue tuh simbol cinta dan kesetiaan, Lis,” jawab Zell sambil melepas helm. Rambut ikalnya langsung terurai, poni dicek pakai kaca spion. Outfit-nya serba pastel, cardigan pink muda, dan tote bag dengan pin Ariana Grande berjajar manis.
“Simbol cari perhatian,” sambung Alya dari belakang. Dia baru turun dari ojek online, hoodie ungu dan celana kain flowy warna hitam bikin gayanya terlihat effortless tapi tetap stylish. Rambut dicepol tinggi, earbuds masih nyala muter playlist K-Pop.
“Ngomong-ngomong, kenapa kita ngumpul di parkiran kayak preman nongkrong?” tanya Zell sambil menyeruput kopi instan kaleng yang entah darimana munculnya.
“Karena males masuk duluan. Kita aja belum move on dari ospek kemarin,” keluh Alya sambil duduk di trotoar. “Masih kebayang suara teriakan Kak BEM waktu nyuruh baris tengah panas-panas.”
“Bukan Kak BEM, Al. Kak Druvian,” ralat Lisya sambil berdiri menyilangkan tangan, seolah mengulang posisi siap baris. “Sumpah, orang itu kayak dibentuk dari es batu dan tekanan akademik.”
Zell pura-pura sibuk buka HP, padahal telinganya langsung panas waktu nama itu disebut.
Druvian Thorne.
Ketua BEM, senior Fakultas Hukum, dan... sesuatu yang lebih dari sekadar kakak tingkat buat dia.
Tapi itu cuma dia yang tahu. Atau setidaknya, cuma mereka berdua.
“He's scary sih,” lanjut Alya. “Tapi... gantengnya tuh annoying banget. Kayak, kenapa lo harus galak dan cakep di waktu bersamaan?”
Lisya mendengus. “Gue lebih takut nilai D dari Bu Dosen HTN sih, daripada Kak Druvian.”
Zell akhirnya buka suara juga, nyambungin topik ke arah lain. “Tapi bener deh, ospek kemarin chaos banget. Lo inget gak pas kita disuruh drama air mata?”
“Tangisan palsu demi kelulusan,” jawab Alya datar. “Gue nangis sambil inget ending ‘Hospital Playlist’. Efektif banget.”
“Lo drama, Al. Gue nangis beneran pas Kak Druvian bentak kita soal ketertiban barisan,” sela Lisya sambil cemberut.
Zell hanya senyum tipis.
Dia juga ingat momen itu.
Tapi bukan karena dibentak.
Karena setelah barisan bubar, dan semua panitia udah pergi...
Dru sempet nyamperin dia.
Bukan buat marah.
Cuma buat bilang, pelan,
“Kalau kamu sakit karena panas tadi, kabarin aku.”
Dan sejak itu, mereka mulai sering... bertukar kalimat singkat.
Di lorong. Di DM. Di jam-jam aneh.
Tapi semua serba diam-diam.
Karena di mata dunia, Gee si tukang ngegas dan Druvian si Dewa Disiplin gak cocok.
Tapi di semesta mereka yang kecil... semuanya terasa pas.
Suara bel kampus berbunyi, menandakan lima belas menit lagi kelas pertama semester ini dimulai.
“Yuk ah, sebelum dosennya ngerasa kita gak menghargai waktu,” ujar Lisya, mulai jalan sambil merapikan blazer hijaunya.
“Zell, lo bawa Vespa, titip kunci ke satpam dong. Takut ilang,” saran Alya.
Zell cuma angguk, tapi dalam hati—
yang takut ilang tuh bukan Vespa.
Tapi seseorang yang gak pernah janji bakal tinggal.
---
to be continued..
YOU ARE READING
Gee & Dru ; Between Rules and Ruins
RomanceDi mata kampus, Gizell Damaris dan Druvian Thorne adalah musuh alami, ibarat gula dan garam, selalu adu argumen, selalu berseberangan. Gizell si bawel yang hobi pakai outfit pink dan naik Vespa maticnya, selalu jadi pusat perhatian karena tingkahnya...
