"Ternyata pemandangan di sini bagus banget ya Ji," ucap Tian.

"Yo pasti mas. Biasanya juga jadi tempat nongkrong anak-anak kalau suntuk di rumah. Karena memang bagus banget pemandangannya," jawab Aji.

"Tak buat kopi dulu ya mas," pamit Aji. Sepeninggal Aji, Tian meregangkan badannya di kursi kayu. Ia menghirup udara segar dari angin telaga.

Tian bersyukur bahwa bapaknya memboyong ia dan adiknya pulang ke kampung halaman. Bayangkan jika Tian masih menetap di Jakarta, mungkin ia tidak akan mengenal pemuda desa bernama Aji ini. Dada Tian berdebar ketika senyum Aji terpatri di wajah manis itu. Tian masih mengingat pertemuan pertama mereka di rumahnya. Diam-diam perasaan suka itu merasuk ke dalam sukmanya. Hari itu Tian tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan Aji.

"Ini mas kopinya. Maaf adanya kopi hitam ala desa bukan ala cafe shop," ucap Aji sembari memberikan kopi hitam dengan wadah cangkir khas. Biasanya setiap pagi bapaknya meminum ini.

"Makasih Ji."

Mereka kemudian menikmati semilir angin dan senja yang mulai menguning. Tian diam-diam melirik Aji disebelahnya. Dadanya ikut bergemuruh kencang karena gugup. Dan Aji, ia tidak berani menaruh hati pada Tian. Tian terlalu sempurna untuknya. Dan Aji masih meyakini dirinya untuk tidak terjebak dalam lingkar terlarang ini.

"Aji, hari minggu kamu senggang atau enggak?" tanya Tian yang membuat Aji menoleh padanya.

"Senggang mas tapi pas pagi. Soalnya siang harus buka bengkel. Ada apa mas?" jawab Aji.

"Senggangmu hari apa?"

"Hari Jumat mas." Aji menyesap kopi hitamnya untuk menghindari kegugupannya.

"Ohh gitu ya. Kalau Minggu pagi, kamu bener nggak ada acara?" tanya Tian lagi.

"Tidak ada mas Tian." Tian terpaku. Suara Aji terasa mendayu-dayu di telinganya.

"Ada apa to mas?" lanjut Aji.

"Mas mau traktir kamu kalau kamu nggak ada acara," jawab Tian.

"Loh...aku ikhlas bantu mas Tian. Aku juga nggak mengharap imbalan." Aji tidak enak hati pada Tian.

"Udahlah Ji. Ya mau ya nanti tempatnya kamu yang pilih. Gimana?" Tian berusaha menyembunyikan kegugupannya lagi dan lagi.

"Yaudah aku ngalah. Minggu pagi aku jemput mas," jawab Aji mengalah.

"Jam berapa?" tanya Tian.

"Jam 6 sekalian jogging pagi. Mas mau kan jogging pagi? Nanti sekalian aku bilang ke teman-temanku?" jawab Aji.

"Berdua aja Ji," lirih Tian.

"Gimana mas? Nggak kedengeran soalnya," goda Aji.

"Bisa berdua aja nggak?" Coba saja Aji tidak menggodanya. Pasti Tian akan menarik rambut Aji dan menjambaknya.

"Kalau mas mau bisa kok," jawab Aji.

Setelahnya mereka terdiam. Aji tengah dilanda kebingungan karena bisa-bisanya ia menggoda Tian. Memang lucu sekali wajah Tian berubah memerah dan disinari matahari sore. Tian juga demikian, ia gugup setengah mati karena ulah Aji. Jangan sampai Aji tahu jika ia sedang naksir pemuda itu. Pasti nanti ia akan dikira gila.

Pandangan Aji teralihkan pada Sonia yang tiba-tiba lewat di depan bengkelnya. Tangan Sonia ditaruh sangat mesra pada pacar barunya. Hati Aji masih tergores. Sejujurnya ia masih tidak rela jika Sonia memilih hati yang lain.

"Ji? Kamu nggak papa?" tanya Tian pada Aji yang terlihat sedih.

"Ndak papa mas."

"Kirain kamu kenapa-napa. Eh udah terlalu sore, aku pulang dulu ya Ji. Jangan lupa janjinya Minggu pagi. Aku tunggu," pamit Tian. Dengan tergesa ia membereskan tasnya. Ia harus segera pulang karena bisa-bisa ia mencium Aji di sini. Salah sendiri Aji gantengnya kebangetan.

"Iya mas hati-hati," jawab Aji sembari mengikuti Tian turun dari kamarnya.

Senyum Tian dan Aji mengembang seirama. Meski Tian tidak tahu bagaimana ke depannya. Ia harus berusaha memperjuangkan cintanya. Ia harus berani, jika tidak mungkin kisahnya akan seperti di Jakarta.

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

(yang naksir mas aji angkat tangan ☝️)

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

(yang naksir mas aji angkat tangan ☝️)

(yang naksir mas aji angkat tangan ☝️)

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


mas tian calon mantu idaman

DUA YANG TAK SAMA (joonghwa version)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora