Bagian 15

2.5K 133 4
                                    

Kadang, cinta tidak kemudian bisa bahagia selamanya hanya karena kamu mendapat kata-kata "aku mencintaimu" dari orang yang kamu cintai. Tidak. Karena setelah mendengar pernyataan cinta itu, kisah cintaku dan Raelan justru semakin rumit. Raelan sudah beberapa kali datang ke rumah untuk membicarakan soal pernikahan kami dengan ayahku. Tapi.... ayah selalu menentangnya. Kata-kata kasar terlempar dari mulutnya untuk Raelan tak terhitung sudah. Entah mengapa ayah sangat tidak menyukai Raelan. Hanya karena usia kami terpaut sepuluh tahun? Bukankah itu tidak masuk akal?

Kami sudah hampir tiga tahun berpacaran, meski tanpa sepengetahuan ayah. Di tahun pertama aku dan Raelan sudah mencoba berbagai cara untuk mendapatkan restunya agar kami segera menikah. Dulu alasannya adalah kuliahku yang belum selesai. Tapi sekarang bahkan aku sudah punya butik sendiri tapi ayah masih coba mencari begitu banyak alasan untuk menentangnya. Aku sempat berpikir untuk kawin lari saja, tapi Raelan menolaknya. Katanya dia ingin mendapatkanku dengan cara yang baik bukan dengan cara mencuriku dari keluargaku. Tapi bagaimana... aku nyaris putus asa. Aku tak bisa menikah tanpa restu ayah.

Kami terpaksa menjalin hubungan diam-diam, meski sebenarnya aku sudah sangat muak! Bukan karena kami sudah menyerah, tapi kami belum menemukan cara untuk meluluhkan hati ayah. Bahkan pernah suatu hari, mungkin takkan ada yang percaya dengan hal ini, hal yang bisa dilakukan seorang ayah pada orang yang sangat dicintai anaknya. Ayah, pernah mencoba membunuh Raelan. Ya, aku tahu ayah punya uang dan dia selalu merasa bisa membeli apa pun di dunia ini, mungkin salah satunya adalah nyawa Raelan. Dia sempat membayar orang untuk membunuh Raelan dengan membakar rumahnya, bersyukur saat itu Raelan tidak ada di rumahnya. Aku takkan percaya dan berani menuduh hal seperti ini seberapa benci pun aku padanya. Tapi.... aku mendengar sendiri pengakuannya tanpa sengaja di telepon dengan orang bayarannya.

Sejak saat itu aku memutuskan keluar dari rumah dan tinggal di apartemen. Aku tak peduli ayah melarang, aku tetap pergi. Uang yang kudapatkan dari butik cukup lumayan untuk membayar apartemen dan membiayai hidupku sendiri. Hanya bunda yang tahu alamat apartemenku dan aku memohon padanya untuk tidak memberitahunya pada ayah.

Aku membuka pintu apartemen, senyum bunda yang hangat menyapaku. "Pagi-pagi sudah ke sini? Apa ayah nggak akan curiga kalau bunda terlalu sering ke sini?"

"Tenang saja, dia tidak ada di rumah sejak dua minggu lalu. Bunda bawakan makanan untukmu. Ini sudah dimasak setengah matang, letakkan di lemari es kamu bisa memasaknya dan menyimpan sisanya untuk stok beberapa hari."

Aku memeluk bunda dengan erat sambil menahan tangis. Dialah yang membuatku berat meninggalkan rumah. Aku sudah memintanya untuk ikut tinggal di sini denganku, tapi dia selalu menolak. Meski sudah tidak dianggap sebagai seorang istri oleh ayah, bunda selalu merasa masih berkewajiban memenuhi kewajibannya sebagai istri. Dia masih mencucikan pakaian dan menyiapkan makanan untuk ayah setiap hari. Dan itu membuatku semakin sakit.

"Bagaimana kamu dan Raelan?"

"Kami baik-baik saja. Asal ayah nggak tahu."

"Bunda tidak akan cerita apa-apa padanya. Dia memang pernah memaksa bunda, tapi bunda bilang bunda tak tahu kamu ada di mana sekarang. Setiap dia memaksa, bunda akan menangis dan dia berhenti bertanya lagi."

"Syukurlah... bunda tetap jaga kesehatan ya. Aku cemas setiap malam memikirkan bunda. Tapi aku juga sudah nggak sanggup tinggal di rumah itu."

"Ya, bunda mengerti. Bunda akan selalu sehat untukmu. Setidaknya sampai bunda yakin ada seseorang yang tepat yang akan menggantikanku menjagamu. Saat itu tiba, bunda baru bisa pergi dengan tenang."

"Hush! Jangan ngomong aneh-aneh ah, memang mau pergi ke mana? Kalau bunda pergi ya aku ikut!"

Bunda mengusap lembut kepalaku, "Sudah, bunda panaskan dulu makanannya, kamu belum sarapan kan? Coba telepon Raelan, ajak dia sarapan bareng di sini."

Karena Tidak Semua Cinta Bisa BertemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang