Empty Image

15 2 0
                                        

❛ HAPPY READING ! ·﹆〻₎∖ ❀࿔₊°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❛ HAPPY READING ! ·﹆〻₎∖ ❀࿔₊°

Hari ini, hari pertama masuk SMA. Rayyan resmi menjadi anak SMA Keswara. Langit Kota Bogor masih seperti biasa mendung ringan, seolah-olah malu untuk hujan.

Rayyan berdiri di depan gerbang SMA Keswara, memeluk ransel di punggung, sambil menatap halaman yang dipenuhi wajah-wajah baru.

Tapi di tengah semua kebisingan itu, dia hanya menunggu satu suara. Suara teriakan dari belakang. Suara yang biasanya melompat-lompat memanggil.

Tapi suara itu tidak datang. Rayyan melangkah masuk, melewati koridor demi koridor.

Ia memeriksa papan informasi kelas, mencari nama Ailin. Dan tidak ada.

“Palingan belum ditempel semua,” batinnya.

Di dalam kelas, ia duduk di kursi dekat jendela, seperti biasa. Ia buka buku catatannya, lalu diam-diam menyelipkan selembar kertas puisi dari Ailin dulu.

Disimpannya di sana, sebagai semangat kecil tanda bahwa hari-hari SMA mereka akan dimulai. Bersama.

Tapi hari itu berlalu. Ailin tidak muncul.

꒰𑁬໒꒱

Hari kedua. Rayyan datang lebih pagi.
Ia duduk di taman depan, menatap setiap wajah yang datang satu per satu.

Ada yang mirip dari jauh. Rambut sebahu dengan poni tipis. Langkah cepat. Tapi bukan Ailin.

Di kelas, ia terus menoleh ke arah pintu.
Setiap kali suara sepatu berlari terdengar dari lorong, ia menoleh cepat.

Tapi bukan suara itu. Bukan langkah itu. Bukan Ailin.

꒰𑁬໒꒱

Hari ketiga. Di meja Rayyan, tak ada susu stroberi.

Ia bahkan menunggu lebih lama di bangku taman belakang. Bangku tempat mereka biasanya duduk dan berbagi cerita aneh.
Tapi bangku itu tetap kosong.

Rayyan membuka ponselnya.
Pesan terakhir dari Ailin masih ada, dikirim dua minggu sebelum kelulusan SMP.

“Kita barengan ya SMA nya. Jangan duluan punya temen deket! Haha”

Ia mengetik balasan, lalu hapus. Ketik lagi. Hapus lagi.

Ia tidak tahu harus bilang apa.

꒰𑁬໒꒱

Seminggu berlalu. Rayyan mulai bertanya pada beberapa teman SMP yang lain.
Tapi jawaban mereka tak pernah jelas.

“Kayaknya Ailin pindah.”
“Gak denger kabarnya lagi, sih.”
“Mungkin SMA swasta lain.”
“Nggak update dia sekarang.”

Tidak ada yang tahu pasti. Dan itu membuat Rayyan semakin diam.

꒰𑁬໒꒱

Bulan pertama sekolah.

Rayyan mulai menghilangkan kebiasaannya menoleh ke arah pintu setiap pagi.

Ia berhenti mencari-cari nama Ailin di daftar kegiatan ekstrakurikuler.

Ia tidak lagi bawa dua kotak susu satu untuk dirinya, satu untuk meja yang kini selalu kosong di seberangnya.

Bangku taman sekolah baru ini ia harap akan menjadi tempat penuh tawa dan ocehan Ailin,
kini hanya jadi tempat ia duduk sendiri, tanpa sketsa baru, tanpa cerita.

Buku sketsa nya tetap ia bawa. Tapi halaman tentang Ailin berhenti di halaman ke-17. Setelah itu, kosong.

꒰𑁬໒꒱

Tahun kedua SMA.

Rayyan mulai terbiasa. Tapi bukan berarti dia benar-benar lupa.

Setiap kali mendengar suara tawa nyaring di koridor, dia masih menoleh. Setiap ada anak perempuan yang pecicilan dan rame, dia masih sempat menahan napas.

Tapi dari mereka tak satu pun, adalah Ailin. Dia tetap menggambar. Dia tetap menulis, tapi tak ada lagi puisi yang datang dari puisi lain.

꒰𑁬໒꒱

Tahun ketiga.

Menjelang kelulusan. Rayyan berdiri di lorong belakang sekolah, dulu saat masih SMP tempat ini adalah tempat terakhir kali Ailin memberinya secarik kertas penuh aksara.

Tangannya membuka lembar itu lagi. Lama sekali ia menatap tulisan Ailin.

"Kalau nanti Rayyan gak nemuin Ailin di SMA."

"Buka kertas ini lagi."

Rayyan menatap langit yang semakin gelap. "Aku buka lagi, Ai."

"Udah aku buka berkali-kali. Tapi kamu tetap gak dateng."

Waktu tidak pernah memaksa kita melupakan.
Ia hanya membuat kita perlahan terbiasa.

Rayyan tumbuh. Tapi suara Ailin tetap hidup di sela-sela ingatan.

Dalam suara yang tak pernah datang lagi. Dalam gangguan yang kini jadi sunyi. Dalam tawa yang hanya bisa ia lukis dari ingatan.

Dan dalam satu janji yang tak pernah ditepati, tapi juga tak pernah disalahkan.

ㅤㅤ
✃- - - - - - - - - - -

Continue following Rayyan and Ailin story in the next chapter >>

Continue following Rayyan and Ailin story in the next chapter >>

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
RAYYAN : Pages of YouWhere stories live. Discover now