Satu

8.2K 275 2
                                    

Nathan tersentak ketika seseorang mengetuk pintu ruangan.

"Ya, masuk!" ucapnya singkat.

"Maaf pak, serangkaian test untuk nona Adinda Rachel sudah selesai... Apa bapak akan melakukan interview hari ini juga?" tanya Vida sekretaris kepercayaannya.

"Saya rasa ini bukan waktu yang tepat, Vid. Suruh dia kembali besok pagi. Mungkin saya akan lebih siap." sahut Nathan gugup.


Ya, Nathan memang gugup bahkan ketakutan untuk bertemu Rachel. Ketakutan yang belum pernah ia rasakan sekalipun. Nathan sang eksekutif muda yang cukup handal. Terbiasa menghadapi klien klien alot dan selalu berhasil menaklukkan mereka dalam bisnis yang tekuninya. Tapi Rachel, baru menyebut namanya saja keringat dingin sudah mengucur di sekujur tubuh lelaki itu.

"Baik Pak, akan saya sampaikan pada nona Rachel. Permisi." pamit Vida menangkap kegugupan atasannya.

Sebetulnya Rachel tak perlu melewati serangkaian test untuk menjadi karyawan di kantor itu, karena pada dasarnya Nathan sudah menjamin pekerjaan dengan fasilitas yang lebih dari layak untuknya. Hanya saja Nathan tak ingin gadis itu merasa curiga dengan semua kemudahan yang disiapkan untuknya.

Adinda Rachel Ananta. Putri tunggal seorang guru SMP yang tewas akibat kecelakaan lalu lintas tujuh tahun silam. Laki laki sepuh bersahaja yang setiap harinya menempuh jarak lebih dari 30 km pulang pergi menuju sekolah tempatnya mengajar. Laki laki setia yang rela menduda hampir separuh usia putrinya itulah yang menjadi korban kebrutalan Nathan di usia remaja. Ya, dialah si pembunuh Pak Ananta. Dialah laki laki yang harus bertanggung jawab atas kematian ayah Rachel. Namun Nathan tak pernah melakukannya, karena ia seorang pengecut. Begitulah Nathan menyebut dirinya sendiri.

Siang itu tujuh tahun silam, Nathan beserta mama dan papanya turut hadir di pemakaman Pak Ananta. Berdalih sebagai sahabat lama beliau, tak ada seorangpun mencurigai mereka. Papa dan Mama Nathan menawarkan untuk mengadopsi Rachel pada tante Arina, satu satunya keluarga yang Rachel miliki. Namun dengan tegas beliau menolak karena merasa masih mampu untuk membiayainya. Segala usaha untuk memberikan kemudahan hidup untuk Rachel mereka tempuh. Orang tua Nathan tak pernah kehabisan cara untuk menyalurkan sumbangan untuk mereka. Dari yang berupa beasiswa sampai dengan undian tak masuk akal sekalipun. Semua itu mereka lakukan sebagai bentuk tanggung jawab atas kematian pak Ananta.

SUMPAH, I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang