Prolog

5 1 0
                                        

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰♡

Bukankah semua pertemuan hanya bersifat sementara, terkadang ada perpisahan yang harus dijalani untuk bertemu manusia manusia baik lainnya. Tidak ada yang bertahan lama sekalipun kita memohon kepada sang pencipta, nyatanya memang semua orang ada masa dan waktunya. Entah untuk mengajarkan bahagia atau malah justru sebuah trauma.

Satu kalimat terdengar persekian detik yang lalu dan langsung membuat dunia seperti runtuh secara mendadak, ah mungkin ia salah dengar saja.

Seorang pria menghela nafas mencoba menatralisir sesak yang tiba-tiba memenuhi rongga dadanya. Menundukan kepala agar tingginya sejajar dengan gadis yang tengah duduk didepannya.

"Aya bilang apa?gak boleh bilang kaya gitu anak kecil." Tangan berurat itu mengelus kepala gadisnya.

"Perlu aku ulang kak? aku mau kita putus."
Gadis yang dipanggil Aya hanya tersenyum tipis padahal ia mati-matian menahan air matanya agar tidak jatuh.

Sungguh pria itu sudah mendengar kalimat itu tapi mencoba menyangkal dan kali ini malah terucap lebih gamlang tanpa beban.

"Emang anak kecil suka bercanda ya? Aya mau es krim? susu coklat? dimsum atau ...."

"Kak aku serius, aku mau putus dan kita sampai disini aja." Pria yang sedang berbicara dengan antusias menggenggam tangan yang ia sebut gadisnya terhenti.

Emosi yang sebenarnya ditahan benar benar segera ingin keluar dari sarangnya.
"Kenapa Aya? aku salah apa? apa aku selingkuh, aku kasar, aku nakal, aku bandel, aku ga nurut sama kamu?"

"Engga kak, kamu cowo yang baik banget. Tapi aku capek, mungkin tanpa kamu sadar sebenernya aku ngerasain banyak hal akhir akhir ini. Aku memang sama kamu tapi kamu kaya udah gak sama aku, kamu berubah kamu sering bohong sekarang dan aku ngerasa sendirian." Mengusap pipinya secara kasar ternyata tangis yang sedari ditahan akhirnya luruh. "Kita sering obrolin ini kok kak, dan kamu selalu bilang bakalan diperbaiki tapi hasilnya gak pernah ada kan?"

Rasa capek lebih mendominasi disini perihal sakit yang mungkin ditahan terlalu lama menjadi akarnya. Hal sederhana yang selalu menjadi tidak ternilai lama-lama juga pasti ingin segera disudahi.

Hatinya serasa dihujani panah, ternyata selama ini ia sungguh benar-benar berubah dan gadisnya menunjukan apa yang ditahannya untuk tetap bersama. Ia sadar akan itu, tau bahwa semunya seperti sudah berbeda tapi dirinya sulit untuk berubah disini.

Tangan yang sudah seperti beku semakin menggenggam erat tangan gadis yang selalu menemani hari harinya.
"Aku minta maaf, aku minta maaf kalo selama ini aku belum bisa tepatin omongan aku buat perbaikin apa yang salah disini. Tapi aku bakalan perbaikin Ay, aku janji kamu bisa pegang omongan aku"

Banyak hal yang memang harus dimaklumi tapi jika terus menerus pasti rasa muak lelah akan muncul dengan sendirinya.

"Untuk apa? untuk aku bertahan di rasa sakit ini sendirian makin lama? dan kamu ngerasa kalo kita baik-baik aja. Hubungan itu dua orang jadi satu bukan salah satunya lebih dominan." Suara gadis itu semakin lirih nyatanya semakin lama semuanya seperti sia sia. Untuk apa bertahan disebuah ruang yang perlahan mulai gelap.

Mungkin waktu untuk sama sama sudah habis, sudah berhenti untuk tetap digaris yang sama.

Menghela nafas gusar emosi kalimat keputusasaan yang sangat jelas telah terucap.
"Aku gak pernah mau kamu ngerasain ini, tapi ternyata tanpa aku sadar kamu ngerasain ini dari lama. Aku bener-bener minta maaf Aya, untuk aku yang gagal jadi seseorang yang paling terbaik buat kamu"

Keduanya sama sama sakit berat sesak, untuk hubungan yang hampir menginjak satu tahun kali ini harus benar benar berakhir. Bukan keegoisan tapi memang rasa lelah sudah menguasai sedari lama. Katanya lebih baik amat sakit satu kali dari pada sakit berkali kali.

"Kamu gak pernah gagal untuk itu, mungkin dengan cara ini kita bakalan lebih baik nanti nya. Maafin aku ya kak yang udah capek soal kita" Tangis itu pecah nyatanya seperti menikam diri sendiri dengan batu besar.

Semakin erat tangan keduanya.
"Please kasih aku kesempatan satu kali lagi Aya, untuk perbaiki semuanya. Aku gak bisa kalo gak sama kamu, aku mau terus sama kamu."

Gadis itu melepas genggaman, jika terus seperti ini keputusan yang diambil nya secara matang bisa berubah. Dia sudah lelah sungguh, rasa disepelekan akan hal hal kecil setiap hari selalu ada. Dirinya perlu diselamatkan.

"Aku udah gak bisa kak. Temuin perempuan yang lebih dari aku, yang lebih bisa paham akan kamu. Aku pamit sekali lagi maaf untuk rasa sakit yang aku kasih, kalo bisa kita jadi asing aja ya Kak." Berdiri dan segera melangkah kan kakinya meninggalkan tempat itu. Air mata terus menerus menerobos turun.

Pria itu terdiam kaku berdiri dan memandang gadis yang benar benar sudah menjadi separuh hidupnya pergi. Bodoh, benar-benar bodoh kemana janji untuk menemani gadis itu selalu, ia malah mengecewakan menghancurkan. Hati ini berteriak untuk mengejar dan menahan semuanya tapi logika mematahkan dengan berkata jangan.

"Aku gak bisa Aya, tapi kalo memang ini keputusan kamu aku terima. Kita asing, tapi jika kita bertemu lagi dikebetulan manapun jangan berharap ada kata perpisahan selanjutnya."
Marah, remuk sudah pertahanan yang dibangun dari awal, nyatanya air mata yang sedari tadi ditahannya tetap ingin jatuh.

Ini benar-benar diluar kendalinya, kenapa perpisahan itu secepat ini. Kata terima sulit ia dapatkan. Hubungannya dengan gadis periang itu selesai, tanpa menemukan ending bahagia diujungnya.







___


Alhamdulilah jadi prolognya🫠.
Cerita pertama masih agak bingung gimana, tapi diri ini berusaha banget buat tetep jadi cerita😭.
Menerima kritik dan saran kok gaes.
Jadi kalo ada typo, salah nama, atau lain-lain bisa dikomen aja🥰.
Biar bikin aku lebih belajar jadi penulis yang baik🥹.


Dan selamat menjelajahi cerita aku❤️
Jangan lupa follow, komen dan vote yaa♡
Tinggalkan jejak kalian, dilarang keras plagiat.

Q&NWhere stories live. Discover now