🗝🗝🗝
"Cih... jebakan bodoh," geram Kirara pelan. Matanya masih menatap Hinoko yang terduduk lemah, akibat terkena panah obsidiannya yang beracun. Gadis cahaya itu memang kuat, namun tetap saja ceroboh. Fiuuna dan peri kecil itu juga tak berani bergerak saat ia mengacungkan belati ke arah Hinoko.
Kemenangan sudah ada di depan mata. Kini, ia hanya perlu satu tusukan lagi. Tangannya terangkat, belati siap meluncur-tapi sebuah ledakan kecil memecah keheningan. Bukan sembarang ledakan, tapi disertai kilatan cahaya aneh seperti kembang api... dan debu hijau muda yang mengambang liar di udara.
"A-Apa ini?"
"Wah, bubuk mesiu magisku! Syukurlah, ternyata benar-benar berhasil!" Neo bersorak kegirangan saat letupan sihir di depan Kirara semakin menjadi-jadi. "Rencanamu memang sangat bagus, Fiuuna!" Neo memberi jempol penghargaan kepada Fiuuna yang berdiri di sebelahnya.
"Hehe. Terimakasih."
-
-
-
Langit sore menggantung berat. Anginnya membawa aroma dedaunan yang mulai kering oleh udara sore. Di halaman kiri Akademi Staraa, Fiuuna, Neo, dan Hinoko duduk melingkar, dikelilingi cahaya kecil dari tongkat Neo yang mengambang di udara.
"Kau yakin dia akan datang dari arah kanan?" tanya Neo sambil memutar jarinya, menciptakan spiral kecil dari debu sihir."
Fiuuna mengangguk pelan. "Itu jalur satu-satunya yang memberi Kirara keunggulan mobilitas. Gedung tinggi, bayangan panjang. Dia suka bergerak melompati gedung-gedung tinggi. Kemudian secara spontan, dia pasti akan turun lewat sisi kiri ini."
Hinoko, yang sedang menyematkan sesuatu ke payungnya, ikut menimpali, "jadi, kita akan pasang jebakan di sisi kiri halaman ini?"
"Tepat sekali." Fiuuna menunjuk area rerumputan tinggi yang tak jauh dari tempat mereka duduk. "Tepat di sana... kita bentangkan tali sihir. Tipis, tapi kuat. Terbuat dari debu peri yang sudah ditahan dalam bentuk padat elastis. Jika tersentuh..." Ia menoleh ke Neo. "Kau bisa mengaturnya, kan Neo?"
Neo mengangguk cepat, semangat. "Tentu! Begitu talinya tertekan... whoosh-sebilah pisau cahaya akan melesat dari arah berlawanan. Langsung mengarah ke punggung tubuhnya."
"Bagus." Fiuuna tersenyum tipis. Ia segera berdiri ke area rerumputan yang disebut tadi, diikuti dengan Neo dan Hinoko yang berjalan tak jauh di belakangnya.
"Bagaimana kalau dia menghindar ke kanan? Dia lumayan gesit, kau tahu itu."
"Di sanalah jebakan kedua kita bekerja." Fiuuna membungkuk dan menggambar lingkaran kecil di dinding luar akademi dengan ranting kecil yang ia temukan sembarangan. "Jebakan ini hanya aktif jika Kirara bergerak ke arah sini dalam waktu tiga detik setelah menghindari jebakan pertama. Jika berhasil, dia akan masuk ke dalam lingkaran cahaya yang menyembur dan menciptakan pecahan kristal tajam seperti duri mawar."
Hinoko menatapnya polos. "Aku yang akan membuatnya?"
"Hehe. Aku sudah mempelajari gerakannya sejak pertemuan kita dengannya sebelumnya. Dia cepat, tapi... punya pola. Dan dia percaya diri berlebihan." Fiuuna berdiri tegak. "Itu kelemahannya."
Setelah Hinoko memasang jebakan kedua, Fiuuna berjalan pelan ke tengah lalu menatap langit sejenak, sebelum berkata dengan nada pelan tapi tegas. "Sekarang bagian terakhir. Bagian yang tidak kusukai... tapi kita butuh jika terdesak."
Neo dan Hinoko langsung menoleh. "Bagian ketiga?" gumam Neo.
"Ya." Fiuuna menatap Hinoko. "Kita biarkan Kirara mengira bahwa pertarungan kali ini tak jauh beda dari sebelumnya. Kak Hinoko, kau harus tetap tampil impulsif. Banyak serangan beruntun yang tak terlalu akurat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamas : The Clandestine of Millgrien
FantasyBlurb 🔮 "Mungkin sudah suratan takdirku untuk bertemu denganmu, anak muda. Banyak sejarah yang terkubur akibat peperangan ratusan tahun lalu. Kau mungkin salah satu yang terpilih untuk menyelamatkan negeri ini dari kehancuran." Pertemuan tak terdug...
