Three

390 34 2
                                        

Renjun sampai di rumah dalam keadaan basah kuyup. Baekhyun mengambil handuk dan membungkus badan sang anak.

"Ya ampun nak, kenapa kamu baru pulang, sampai basah-basahan begini" Baekhyun memeluk tubuh menggigil sang anak. Setelah mandi dan berganti pakaian, Renjun berbaring dengan memeluk ayahnya, karna saking kedinginan, Renjun akhirnya demam, suhu tubuhnya sangat panas. Baekhyun terus mengompres dahi Renjun agar panasnya menurun.

Dalam pelukan Chanyeol, Renjun menangis sekaligus kecewa pada Jaemin yang mengingkari janjinya. Renjun sudah menunggu Jaemin hampir 3 jam, tetapi orang yang dimaksud sama sekali tidak muncul.

Bukan sekali dua kali Jaemin melupakan janjinya dengan Renjun dan selalu mendahulukan Haechan. Renjun paham posisinya hanya sebagai sahabat Jaemin, sedangkan Haechan memiliki posisi paling besar di hati Jaemin.

Renjun sering kali mengalah dengan Haechan. Salah satunya seperti ini. Hari ini mereka akan ke mall karna Jaemin sudah berjanji akan menemani Renjun untuk membeli perlengkapan melukisnya, Renjun kira hanya dia dan Jaemin saja yang pergi, ternyata Haechan juga ikut.

Selama di mall, Haechan memonopoli Jaemin kemana pun ia ingin, hingga Jaemin melupakan niat awalnya untuk menemani Renjun. Renjun mengalah dan membeli peralatan melukis sendiri.

Yang kedua saat Renjun mengajak Jaemin joging bersama, Jaemin mengiyakan ajakan Renjun. Selama berlari mereka sesekali bercerita dan tertawa bersama, sampai Haechan datang dan menghampiri mereka. Perasaan Renjun sudah tidak enak karna dipastikan Jaemin akan melupakannya. Dan yah benar terjadi, Jaemin melupakan keberadaan Renjun dan memfokuskan diri pada Haechan.

Ujung-ujungnya, Jaemin berlari bersama Haechan dengan diikuti Renjun dari belakang. Saat kaki Renjun terkilir, Jaemin hanya membantu Renjun berdiri dan mengatakan Renjun anak manja. sedangakan saat Haechan terjatuh, Jaemin sangat panik dan menggendong Haechan hingga pulang.

Tidak adil bukan? Ya, sangat tidak adil bagi Renjun. Tapi kembali ke status bahwa Renjun hanya sebatas sahabat, sedangkan Haechan adalah seorang kekasih.

:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:


Sedangkan di rumah keluarga Seo, Haechan tengah berbaring dengan Jaemin yang senantiasa memeluknya. Petir yang mengkilat membuat Haechan sangat ketakutan sehingga ia memeluk Jaemin dengan erat. Jaemin mendekap tubuh sang pacar erat dan membisingkan kata penenang.

"Jeje jangan pulang, Echan takut" Gumam Haechan

"Iya, Jeje tidak akan pulang. Jeje akan menemani Echan malam ini" Jaemin mengusap punggung Haechan yang berbalut selimut.

Haechan mendongakan wajah menatap Jaemin. Mereka sama-sama saling menatap, menyelami pandangan masing-masing.

Hujan memang menjadi momen yang tepat bagi pasangan untuk berbagi kehangatan. Seperti sekarang, dua insan yang tengah bercumbu panas, saling membelit lidah dan mengecap bibir satu sama lain. Hisapan, gigitan serta bunyi kecipak basah dari tautan bibir mereka menambah suasana erotis malam ini, ditambah suara hujan dan suhu yang dingin membuat tubuh mereka semakin menempel.

Jaemin semakin gencar untuk melumat bibir manis sang pacar seolah-olah itu candu baginya. Tangan Jaemin sudah menjalar kemana-mana, dan kini tangannya berada di dada Haechan, meremas dan menarik puting mencuat Haechan.

"Eungh... " Lenguhan keluar dari bibir Haechan membuat nafsu Jaemin semakin membara. Haechan yang sudah kepalang nafsu, semakin memepetkan badannya ke Jaemin. Tangannya yang berada di belakang leher Jaemin, meremas rambut Jaemin kuat sebagai pelampiasan kenikmatan yang Jaemin berikan melalui tautan bibir mereka.

Ciuman mereka terhenti saat mendengar ketukan pada pintu kamar Haechan. Mereka segera menghentikan ciuman dan merapikan pakaian masing-masing. Jaemin bangun dan membuka pintu kamar, menampilkan Ten yang berdiri sambil memegang nampan ditangan.

Melihat kondisi rambut Jaemin yang cukup berantakan ditambah bibir Jaemin yang membengkak membuat Ten tersenyum penuh arti. Jaemin mempersilahkan Ten untuk masuk.

"Bagaimana perutnya Sayang?" Tanya Ten setelah meletakkan nampan dimeja nakas. "Sudah mendingan mae. Tidak sesakit tadi" Jawab Haechan.

"Ini, mae siapkan bubur ayam untuk anak mae yang cantik ini. Jangan lupa minum obat juga yah" Ten mengelus rambut halus Haechan kemudian beralih menatap Jaemin.

"Jaemin, tolong temani Haechan makan yah. Sekalian kamu menginap disini saja. Di luar masih hujan" Jaemin mengangguk. Setelah Ten keluar, Jaemin mengirim pesan ke mama nya agar tidak khawatir.

"Makanlah sayang, setelah itu minum obat"

"Mau jeje suapin~" Jaemin tertawa dengan tingkah menggemaskan dari sang kekasih.

"Baiklah. Pesawat datang" Jaemin menyuapi Haechan dengan telaten dan memberi Haechan obat. Malam ini, Jaemin dan Haechan tidur saling berpelukan hingga pagi.



Paginya, Jaemin dan Haechan sampai di sekolah. Seperti biasa, selalu saja ada siswa siswi yang membicarakan soal hubungan mereka. Usai mengantar Haechan di kelas, Jaemin kembali ke kelasnya. Di kelas, Jaemin tidak mendapati kehadiran Renjun sama sekali. Jaemin akhirnya bertanya di teman sekelasnya terkait Renjun yang tidak sekolah. Temannya bilang, Renjun tidak sekolah hari ini karna sakit. Jaemin akhirnya teringat akan janjinya pada Renjun kemarin.

Rasa bersalah muncul dihati Jaemin. Ia berniat jika pulang sekolah ia akan ke rumah Renjun dan meminta maaf.

Jam istirahat, Jaemin dan Haechan akan makan siang bersama. Saat sedang makan, meja mereka dihampiri oleh Jisung dan beberapa temannya.

BRAK

Jisung memukul meja Jaemin dan menarik kerah Jaemin ke atas hingga Jaemin berdiri. Kejadian tersebut mencuri atensi seisi kantin.

"Gara-gara lo, kakak gue jadi sakit" Bentak Jisung pada Jaemin.

"Jisung, maksud kamu apa? " Jaemin bingung. Tiba-tiba Jisung datang dan menyalahkan dirinya karna Renjun yang sakit.

"Ga usah Pura-pura bego lo anjing. Gara-gara nunggu lo, kak Renjun harus pulang malam dan basah-basahan karna  hujan. Kakak gue udah nunggu lo tiga jam tapi lo sama sekali ga datang dan malah sibuk sama pacar lo ini" Jisung menunjuk Haechan yang sama sekali tidak tau apa².

"Kalo lo ga bisa nepatin janji, ga usah sok ngasi harapan ke kakak gue" Ucap Jisung pelan tapi dengan nada menusuk. Setelahnya, Jisung dan rombongan pergi dari kantin. Bisik-bisik terdengar dari para siswa siswi setelah kepergian Jisung dkk.

Haechan merasa bersalah pada Renjun. Jika bukan karna dirinya yang pingsan kemarin, Jaemin pasti sudah mengantar Renjun dan Renjun tidak kehujanan hingga sakit. Haechan mulai terisak kecil. Menyadari kekasih mungilnya menangis, Jaemin mendekap tubuh Haechan. Mendengar ucapan Jisung membuat Jaemin tersadar, ia sering mengingkari janjinya pada Renjun. Jaemin harus meminta maaf pada Renjun.











Pendek dulu......

Tbc....

PROMISEWhere stories live. Discover now