34

5.4K 549 35
                                        

Surai selegam malam milik Fredric bersinar kala diterpa sang surya. Serasi dengan surai keabuan pekat milik Scoot yang diterpa angin.

Dari jarak yang lumayan jauh mereka bertukar pandang. Saling mengunci bersamaan dengan gerakan jemari yang mengerat pada gagang pedang.

Para prajurit yang harusnya berlatih justru datang menghampiri, menonton dengan serius pertarungan di tengah lapangan. Pria-pria dengan tubuh berukuran besar itu melingkari kedua bintang utama pada hari ini. Tidak dikit yang berteriak mencoba memanaskan suasana.

"Satu luka dan kau akan mendapatkannya," ujar Fredric dengan diakhiri satu sudut bibir yang terangkat.

Otot-otot kecokelatan yang tak terlapis kain milik Fredric terlihat semakin sempurna seiring dengan jemari yang mengangkat lurus ke atas pedang di genggamannya. Dari Kilauan perak itu, netra hitam pada bagian kiri miliknya semakin terlihat menawan.

Ketika tajamnya pedang mulai bergerak mencari titik terlemah, Scott mempertajam tiap indranya, memperkecil kemungkinan untuk keluar bersama kekalahan.

Suara dentingan pedang yang beradu terdengar nyaring seirama dengan tiap ayunan yang bergerak lincah. Memperlihatkan keseriusan mereka yang ingin mengalahkan satu sama lain.

"Aku tidak akan bisa bertahan selama itu," ujar salah satu prajurit. Merasa kagum dengan kemampuan Scott.

Fredric mengakui kehebatan Scott, pria yang ia pilih sendiri untuk berada di sisinya, membantu meraih kemenangan yang akan terukir oleh sejarah dan mempertahankan setiap wilayah kekuasaan di bawah Valtor. Jadi, tidak heran jika permainan pedangnya mampu diseimbangi.

Scott mengetatkan rahangnya kala nyaris mengenai leher Fredric. Tidak bertahan lama, lawannya itu mampu menghindar dengan mudah dan balik menyerang hingga lengannya terluka.

Cukup dalam, tapi tidak menimbulkan rasa sakit yang berarti. Dibandingkan rasa sakit, ia lebih cemas dengan luka yang menjadi tanda untuk lebih berhati-hati. Kesalahan satu lagi bisa membuatnya kehilangan kesempatan berlibur selama satu minggu penuh.

"Kau akan kehilangan satu minggu itu, kawan." Fredric mengingatkan.

Scott memutar otaknya, menyerang dengan lebih penuh perhitungan, mengenai sela yang mampu ia tembus dari pertahanan Fredric. Cukup lama ia melakukannya, hingga tajamnya pedang berhasil menggores lengan Fredric. Meraih tepukan tangan dan sorak kagum dari para penonton.

"Satu minggu," ujar Scott setelah berhasil memenuhi syarat yang diajukan. Wajahnya berseri dengan senyuman yang tak terkatup.

Fredric menepuk pundak Scott sebelum berlalu dari sana menuju tempat latihan memanah.

"Maaf mengganggu waktu berharga anda, Duke." Sebastian. Kepala pelayan -yang bertanggung jawab dengan semua kegiatan internal kediaman- berjalan menghampirinya dengan tergopoh-gopoh. Berujar panik setelah memberikan salam dengan tubuh bergetar.

Fredric menaikkan satu alisnya, "Aku harap informasi yang kau bawa tidak akan mengecewakan."

Sebastian tahu itu, ia bahkan berpikir seratus kali untuk datang melapor, tapi bagaimanapun tamu yang datang bukan orang sembarangan. Ingin melaporkan pada Gretta terlebih dahulu,  tapi membayangkan apa yang akan terjadi membuatnya lebih bergidik takut.

"Princess Graciella Catalina of Othelholt tiba sekitar 15 menit yang lalu," ujarnya menyampaikan dengan kepala tertunduk. Tidak mampu melihat tatapan tajam lawan bicara.

"Berikan hidangan terbaik, aku akan menemuinya."

Sebastian mengangguk patuh, berlalu dari sana setelah Fredric pergi lebih dahulu dengan ekspresi bingung yang masih tercetak.

Duchess of ValtorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang