61. HARQEEL

2.7K 128 9
                                        

Segelas kopi dingin masih utuh di hadapannya. Keringat dingin menetes di pelipisnya, bukan karena takut-tapi karena amarah yang tertahan terlalu dalam. Malam itu sunyi, hanya diisi suara pendingin ruangan dan deru napasnya sendiri.

Laptop terbuka. Deretan kode dan file rekaman CCTV terlampir jelas di layar. Semua sudah dia lacak. Mobil itu, rute lari pelaku, timestamp yang dipalsukan, dan CCTV yang sengaja diretas untuk diburamkan.

Semua itu bukan kecelakaan.

Dan Harry tahu pasti: Itu direncanakan.

Matanya sembab, tapi ekspresinya dingin. Matang. Murka yang tenang adalah murka paling mematikan-dan sekarang dia sedang duduk sebagai monster yang siap meluncur keluar dari kandang.

"Lo nyakitin orang yang gue cinta," gumamnya, suara serak dan datar. "Sekarang lo harus siap terima balasannya."

Tapi Harry tahu dia nggak bisa kerja sendiri.

Karena orang yang dilukai bukan cuma dia yang sayang.

Ada satu orang lagi. Cowok yang selama ini jadi pusat hati Aqeela.

Noel.

Tempat pertemuan itu netral. Bukan rumah sakit, bukan base mereka, dan jelas bukan tempat umum yang bisa ganggu percakapan. Hanya ruangan sepi yang disewa cepat, dengan jendela tertutup rapat.

Noel datang tepat waktu.

Baju hitam, topi hoodie, ekspresi muram. Jelas kelihatan dia masih syok dengan kondisi Aqeela. Tapi saat melihat Harry berdiri dengan wajah seserius itu, dia tahu... ini bukan pertemuan biasa.

"Kita harus ngobrol," kata Harry pelan. "Gue udah tahu yang nyerempet Aqeela itu bukan kecelakaan."

Noel mengernyit. "Lo yakin?"

Harry mengangguk. Dia tunjukin data rekaman CCTV yang udah dia bersihin. Dia juga nunjukin footage mobil itu muncul beberapa menit sebelum kecelakaan, dan bagaimana pelaku sengaja ngincar waktu saat Aqeela sendirian.

Noel diam. Ngelihatin layar laptop yang masih menyala.

"...Gila," bisiknya akhirnya. "Itu beneran bukan tabrak lari."

"Ini direncanain, Bener-bener direncanain." Harry duduk, buka file lokasi, IP, dan daftar daftar penyamaran si pelaku. "Mobil itu disewa pake KTP palsu. CCTV di tiga titik dimatiin beberapa jam sebelum kejadian. Ini kerjaan orang yang udah ngelacak gerak Aqeela."

Suasana jadi sunyi. Sampai akhirnya Noel bertanya, pelan dan agak goyah, "Siapa?"

Harry ragu sebentar. "Belum bisa gue buka identitasnya sekarang, tapi..."

"Harry," potong Noel cepat, suaranya tegas. "Gue tanya siapa pelakunya."

Harry menghela napas dalam. Akhirnya dia nyebut, "Cewek. Cewek yang kita kenal."

Noel diam. "Cewek?"

"Cewek yang pernah nempel-nempel sama lo di SMA Tirta Persada," lanjut Harry.

Noel langsung berdiri. "Nggak mungkin," suaranya naik setengah oktaf. "Stephie?"

"Gue belum bisa buka semua bukti ke Lo. Tapi gue janji, semuanya bakal jelas. Gue minta lo kerja sama. Bukan cuma buat Aqeela. Tapi juga buat ngehukum orang yang ngusik hidup Aqeela."

Noel jalan mondar-mandir. Mukanya sulit dibaca. "Gue tahu dia genit. Gue tahu dia pernah kayak... desperate sama gue. Tapi jadi pelaku? Nyakitin Aqeela? Itu kelewat jauh."

Harry tetap duduk tenang, tapi matanya nyala.

"Gue juga awalnya nggak percaya," katanya pelan. "Tapi setiap jejak digital yang gue temuin... ngarah ke dia."

Noel duduk, pelan. Kepalanya berat.

Harry lanjut, suaranya pelan tapi penuh tekanan, "Lo inget kan gimana dia yang anak baru itu nempel ke Lo Kaya perangko, Agak kurang percaya sebenernya, tapi kalo beneran dia, abis tu orang sama gue,"
Noel ngangguk pelan.

"Gue pikir, dia cuma cewek yang insecure dan pengen dapet perhatian. Tapi sekarang... gue rasa, dia lebih dari itu. Dia punya alasan lebih dalam buat nyakitin Aqeela. Dan kita harus cari tahu kenapa."

Noel masih menatap kosong ke depan. Otaknya berputar cepat.

"Gue butuh lo bantu masuk ke sistem sekolah lama," Harry lanjut, serius. "Gue yakin semua jejak masa lalu dia disembunyiin. Tapi ada celah. Kita cari siapa dia sebenernya."

Noel akhirnya mengangguk, meski wajahnya masih belum bisa sepenuhnya percaya.

"Lo yakin kita bisa menang?"

Harry menatapnya tajam. Senyum dingin terbentuk di sudut bibirnya.

"Gue bukan cuma yakin, El, Gue janji. Kali ini... dia yang bakal ngerasain neraka."

HARQEELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang